2. PALING DICARI

103 11 0
                                    

"Bapak gak kasih hukuman yang berat, beresin aja aulanya ya. Bola-bola kembalikan ke keranjang sesuai ukuran. Semua matras di susun rapi di pojokan dan jangan lupa di sapu dan di pel sampai bersih, kalian masih ada waktu tiga jam lagi di sekolah, karena biasanya anak kelas satu pulang cepat di hari pertama," jelas Pak Sugi dengan ramah.

Penjelasan Pak Sugi memang ramah. Tapi perintahnya sama sekali tidak ramah. Bagaimana aula olahraga sebesar ini bisa bersih. SMA Nusa Bangsa memang punya fasilitas yang luar biasa. Ada satu aula olahraga di dalam gedung, dua lapangan basket yang terletak di luar dan satu lapangan khusus voli dan masih banyak lagi. Sekarang saja kondisi aula olahraga ini super berantakan. Bola dan matras ada dimana-mana. Belum lagi Pak Sugi bilang aula olahraganya harus disapu dan juga dipel.

"Pak Sugi gak lagi bercanda kan?" tanya Reni pada dirinya sendiri yamg disambut permintaan maaf dari Arumi.

"Maafin aku ya Ren," kata Arumi yang makin merasa bersalah.

"Sekolah ini luar biasa sekali ya," Reni berdecak. Sial sekali pikirnya. Tapi, hal-hal seperti ini tidak bisa selesai kalau cuma dikeluhkan.

"Gak papa, gue gak marah. Jangan minta maaf mulu. Kan bisa jadi kenang-kenangan masa SMA kita," kata Reni. Dia mengedipkan matanya serta mengacungkan kedua jempolnya.

"Makasih ya Ren," kata Arumi.

Arumi dan Reni pun mulai bergerak mengikuti perintah dari Pak Sugi. Mereka mulai dengan bola-bola. Matras-matras yang berserakan di mana-mana pun mereka kembalikan ke tempatnya.

"Aku ambil sapu dulu ya sama kain pelnya," kata Arumi. Melihat Reni menganggukan kepala, Arumi pun segera berlari ke tempat penyimpanan sapu dan kain pel yang ada di bawah tangga.

Arumi berlari sambil memperhatikan tali sepatunya yang terlepas. BUUUK! lagi-lagi Arumi jatuh karena menabrak sesuatu. Kali ini yang ditabrak Arumi juga bukan dinding.

"Lo sengaja?" ada suara dengan nada yang begitu dingin bertanya.

Arumi cepat-cepat berdiri. "Ka-" tatapan tajam Nino menghentikan kata-kata yang baru saja Arumi ingin ucapkan.

"Ma-af," kata Arumi. Dia menundukkan kepalanya. Hanya sekedar menatap mata Nino pun dia tak berani.

"Kalo lo jalan pakek mata juga, jangan cuma pakek kaki, ngerti?" kata Nino. "Ngapain lo di sini?" sambung Nino.

Bukannya menjawab Arumi malah diam. Tiba-tiba isi otaknya jadi kosong karena takut dimarahi oleh Nino.

"Gak ada mulut? Gak bisa ngomong?" tanya Nino lagi dengan sarkas. Arumi jadi bingung. Pagi tadi Nino bilang jangan sapa, tapi Nino sendiri yang tanpa sadar terus menghujani Arumi dengan pertanyaan.

"Arum dihukum, ini lagi bersihin aula olahraga, udah ya Arum mau lanjut lagi Kak," jawab Arum sambil melanjutkan langkah kakinya menuju lemari yang ada di bawah tangga. Setelah mengambil sapu dan kain pel, Arumi kembali menghampiri Reni. Dia sedikit terkejut ketika aula olahragannya tidak sesepi tadi. Ada beberapa anak cowok yang duduk di kursi penonton yang ada di atas.

"Ren kok jadi ramai?" tanya Arumi.

"Iya anak basket mau pakek aulanya, mereka mau latihan. Ayok kita cepet beresin sebelum Pak Sugi dateng terus ngomel," jawab Reni. Mereka pun melanjutkan hukuman mereka. Tanpa sadar mereka berdua sudah jadi pusat perhatian para anggota basket yang rata-rata isinya cowok hits di sekolah. "Rum lo sadar gak sih dari tadi para cogan merhatiin elo?" bisik Reni.

Arumi tertawa kecil, "mana mungkin Ren, mungkin kamu yang mereka perhatiin," jawab Arumi.

Reni berdecak, "ini anak sok polos, sok suci, sok tidak berdosa ya," kekeh Reni.

QUE SERA SERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang