Chapter empat | Kemakan Gosip

93 23 5
                                    

Selagi mempunyai mata untuk dapat melihat kenyataan, tak perlu menggunakan telinga untuk mendengar perkataan orang lain.

Sekolah rasanya nggak seperti kemarin-kemarin. Kini Sandra menjadi sorotan di sekolahnya akibat gosip yang bereda tentang kejadian kemarin, di saat Nathan menggendong Sandra ke UKS. Sandra jadi nggak nyaman di sini. Nathan memang pertama kali nya menggendong seorang perempuan. Hal itu yang membuat para fans Nathan menjadi heboh dan nggak suka dengan kehadiran Sandra di sekolah ini.

"Lo Sandra kan, yang kemarin ada di toilet sama Nathan?" Tanya Karin di depan pintu kelasnya saat Sandra keluar
kelas.

Sandra menelan salivanya dengan susah payah. Matanya masih menatap Karin bingung.

"iya" Jawab Sandra ragu.

"Gue bilangin ini buat lo. Jangan pernah deket-deket sama Nathan! Jangan keganjenan jadi cewek. Nathan itu cowok gue!" Bentak Karin.

"Maksudnya?" tanya Sandra

"Nggak usah so nggak tau lo! Kemarin lo di gendong kan sama Nathan?"

"Lo gak tau masalahnya gimana," Sandra membela diri. Sandra nggak mau Karin salah paham tentang kejadian kemarin.

"Kalau mau terkenal nggak usah caper, norak tau ga cara lo! Murahan banget si jadi cewek!" Karin kesal, emosi nya sudah meledak dengan gosip kali ini. Walaupun perasaan dia hanya bertepuk sebelah tangan, tapi Karin nggak terima ada wanita yang mendekati Nathan.

"Selagi mempunyai mata untuk dapat melihat kenyataan, nggak perlu menggunakan telinga untuk mendengar gosip dari orang lain." Ujar Sandra sengit.

"Berat banget si hidup lo, sampe ngeluarin quetos sebijak itu" Hina Karin.
        
Sandra menghela napasnya gusar. Dia sudah nggak mau lagi berurusan dengan Karin. Cukup ini pertama dan terakhir kalinya. Karin memang suka melabrak junior-juniornya.

Karin jalan begitu saja ke arah kelasnya melewati Sandra yang masih diam di tempat.

                                  ***

Kelas X1 IPS-3 sedang free class. Ada yang sedang menghabiskan waktu luang mereka untuk berbagi cerita dengan temennya, ada yang sedang asyik selfie, dan ada juga murid kutu buku untuk membaca buku. Dan juga seperti Sandra dengan Ckara dan Mentari. Mereka sedang memikirkan permainan apa yang menarik untuk mereka.

"Gimana kalau kita main ToD?" Usul Mentari.

"Nah, boleh juga tuh" Clara setuju.
Mentari dan Clara sudah setuju, tinggalah Sandra yang belum mengeluarkan pendapat.

"Yaudah kalo itu mau kalian" Putus Sandra.

"San, pulpen dong," pinta Mentari.
         
Sandra mengeluarkan pulpen dari tempat pensil nya dan diberikannya kepada Mentari. Sekarang, mereka bertiga membuat lingkarang yang tidak terlalu besar di depan papan tulis kelas mereka.

"Gue yang puter." Clara langsung memutar pulpen itu, setelah berputar beberapa putaran, akhirnya kepala puloen itu menunjuk ke arah Sandra. Sandra menatap ke arah kedua temannya dengan tatapan kecewa.

"Truth or Dare?" tanta Clara.
Sandra berpikir. Bingung harus menjawab apa. Dia takut di kasih pertanyaan atau tantangan yang aneh-aneh.

"Gue pilih dare," putus Sandra.
         
Deg. Sandra penasaran dengan tantangannya kali ini. Sandra merasakan aura-aura tidak enak di sekitar mereka.
         
"Sekarang lo chat Nathan, bilang minta pulang bareng nanti sore," suruh Clara sambil tertawa puas.
          
Mata Sandra melebar. Sudah gila kali Clara. Kenapa harus cowok pembawa sial itu?. Sandra nggak mau berurusan lagi dengan cowok itu. Kalau tahu seperti ini, Sandra tidak akan mau ikutan permainan ini. Kali ini Sandra hanya bisa pasrah.
          
"Gue nggak punya nomor nya." Jelas Sandra polos.
          
"Ini gue kirim ke nomor lo,"Putus Mentari.
          
"Iya dah, yang deket sama geng Morenza,"Ucap Clara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang