Kedua

3 0 0
                                    

Aku selalu memikirkan bagaimana hubunganku dengan kak Andre nantinya, sampai-sampai guru yang menerangkan pelajaran hari ini membuyarkan lamunanku.

"Armeta Charl, kalau kamu tak konsen dengan pelajaran bapak. Silahkan keluar dari kelas!"

"Meta minta maaf pak,"

Pak guru sejarah menerangkan pelajaran lagi. Bel istirahat pertama berbunyi.

"Armeta, sebenarnya daritadi kamu memikirkan apa?"
Thania yang duduknya di sebelahku pasti menyadarinya lebih awal dari pak Guru

"Aku memikirkan bagaimana hubunganku dengan kak Andre nantinya, kan sekarang kak Andre kelas 3 dan mau lulus dari sekolah ini. Apa hubungan kami akan tetap berlanjut atau putus,"

"Itu urusan nanti Met, sekarang kita fokusin apa yang ada dihadapan kita. Yaitu pelajaran kelas 2 ini,"
Rindy yang mendengarkan perbincangan kami langsung ikut nimbrun.

"Kamu mah enak Rin, kak Mada rumahnya sebelahan sama kamu apalagi dia kakakku. Sedangkan kak Andre? Dia hanya temannya kak Mada,"

"Ah sudahlah Armeta Charl. Tak perlu memikirkan itu, bila kalian jodoh pasti akan bertemu setelah terpisah,"

Selama perbincangan mereka, bel selesainya istirahat pun berbunyi hingga bel pulang berbunyi.

"Meta,"

Kak Andre menjemputmu?

"Iya kak Andre?"

"Mau pulang bareng?"

"Baiklah kak. Aku duluan ya Thania, Rindy,"

"Hati-hati dijalan!" Jawab mereka serempak.

"Gabiasanya kakak jemput Meta didepan kelas. Ada apa kak?"

"Kakakmu itu, kemarin pas di rumahku bilang ke orangtuaku kalau adiknya itu pacarku, dan aku disuruh mengenalkannya pada orangtuaku. Kamu mau ga?"

"Eh? Kogk tiba-tiba sih kak?"

"Kamu mau ga?"
"Iya mau saja kak. Tapi, kalau misal orangtua kakak ga ngrestui gimana?"
"Kamu yakin saja, bahwa orangtuaku akan merestui hubungan kita,"
Dengan nada meyakinkan dari kak Andre, hatiku juga ikut yakin.

Kami pun naik sepeda motor dan menuju rumah kak Andre. Rumah nan mewah tak sebanding dengan rumahku, rumah kak Andre?
Aku melihat seorang wanita yang sedang merajut sesuatu. Ternyata beliau adalah Ibunda dari kak Andre

"Bunda ayah, kami pulang!"

"Eh Andre, ayah masih kerja. Apakah dia adiknya Armada?"

"Iya Bun. Meta..." Belum selesai kak Andre bicara sudah dipotong oleh bunda.
Untuk memberi kelonggaran dalam pembicaraan, kak Andre memutuskan untuk masuk kamarnya dulu entah apa yang dilakukannya.

"Nak Armeta? Wahhh kamu sudah besar yaa. Dulu waktu kamu dibawa kesini oleh Ibumu, kamu masih kecil. Sekarang sudah jadi pacarnya Andre,"

"Hehehe iya Bun, eh maaf Tante,"
"Gapapa, anggap seperti bundamu sendiri. Okeh? Oh iya, bagaimana kabar ayah ibumu?"

"Alhamdulillah Bun, ayah ibu selalu sehat. Tapi, beliau masih ada keperluan diluar negeri. Jadi, yang ada dirumah cuman ada kak Armada dengan saya. Kadang teman saya ditetangga mampir ke rumah Bun,"

"Alhamdulillah kalau ayah ibumu baik-baik saja dan tentunya kamu juga,"

"Terimakasih bun,"

"Untuk hubungan kalian.. Semoga langgeng hingga ke pelaminan dan sampai akhir menutup mata,"

Aku melongo mendengar perkataan dari Bunda, eh beneran kah ini? Hubungan kami direstui?

"Alhamdulillah, terimakasih Bunda,"

Meta dan AndreWhere stories live. Discover now