8. his game

157 22 4
                                    

I know how to play.
Cause I know this game.

Chaeyoung menuruni anak tangga satu persatu dengan sangat hati-hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chaeyoung menuruni anak tangga satu persatu dengan sangat hati-hati. Meskipun sepanjang lantainya dilapisi dengan karpet merah dan dirinya tidak beralaskan sandal maupun sepatu, Chaeyoung harus tetap was-was dengan keadaan di sekelilingnya. Rumah besar bak istana megah ini begitu membuatnya berpikir seribu kali tentang siapa gerangan pemilik rumah ini.

Tidak mungkin Taehyung. Pikirnya.

Taehyung tidak sekaya ini. Gadis itu sudah mengenal pria itu sejak di bangku sekolah akhir dan pria protektif itu tidak begitu suka dengan barang mewah. Intinya, Kim Taehyung dulu sangat sederhana.

Kejadian tadi, sangat membuat Chaeyoung ketakutan. Dua tahun ia tidak bertemu dengan Taehyung, tetapi sekarang? Bahkan anehnya lagi Taehyung benar-benar aneh sampai mengajaknya untuk menikah.

"Bagaimana tidurmu, Chaeyoung-ssi? Apa kau bermimpi indah?" Suara yang sudah familiar di telinganya membuat Chaeyoung menoleh malas. Park Jimin. Pemuda yang Chaeyoung sempat mengumpat kasar untuknya tadi.

"Aku tidak kenal yang namanya mimpi indah sejak pria itu datang ke dalam hidupku." Jawabnya sambil melangkahkan tungkainya menuju meja makan.

Jimin tidak berniat untuk membalasnya, tapi ia menarik kursi utama yang berukuran besar itu untuk Chaeyoung. Kemudian, gadis itu menundukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih lalu duduk di kursinya sambil menunggu makan siang bersama dimulai.

Setelah memastikan Chaeyoung sudah terduduk, Jimin kembali terlihat sibuk menyiapkan menu makan siang kali ini dan bisa Chaeyoung lihat sorot mata Jimin yang sangat bersahabat kepada siapapun, bahkan kepada pelayan muda itu Jimin masih tampak bersahabat, tersenyum tulus sambil membantu pelayan itu. Sorot mata yang sama saat ia tatap sewaktu di rumah sakit kemarin.

Tidak lama kemudian, Taehyung datang dengan baju yang masih sama, serba putih. Bedanya, kali ini Taehyung tampak sedikit kusut. Rambut hitamnya yang mulai panjang terlihat acak-acakan, kemeja putih yang bersembunyi di balik jasnya dikeluarkan, kancing atasnya dibuka begitu saja.

Tidak heran bagi Chaeyoung karena gadis itu tahu betul dengan apa yang sudah terjadi pada pria aneh itu.

Jimin yang melihat Taehyung berantakan membuatnya langsung menghampiri temannya. "Kau tidak apa-apa? Mengapa kau terlihat sedikit berantakan?" Tanya Jimin yang agak panik. Takut jika Taehyung kembali berulah lagi.

Tidak ada jawaban dari mulutnya. Taehyung hanya melirik tajam ke arah Chaeyoung yang sedang terduduk anggun sambil memandang depannya dengan tatapan kosong disana.

Taehyung berjalan, menghampiri Chaeyoung. Kedua tangannya ia sengaja masukkan ke dalam saku celana putihnya. Wajahnya kini terlihat kembali bersinar dan lembut ketika menyapa sang kekasih. "Chaeyoung-ssi, kau lapar ya?"

Chaeyoung yang menyadari kehadiran Taehyung mencoba untuk tidak menatapnya, takut dan malas. Takut karena sikap Taehyung yang sangat berbeda dari biasanya, dan malas karena ia benar-benar sudah menganggap Taehyung adalah mantan kekasihnya.

Selang beberapa menit kemudian, menu makan siang agaknya sudah lengkap dan tersusun rapih diatas meja makan.

Dengan menu steak bagian atas sirloin yang dimasak medium rare untuk Chaeyoung dan Jimin dan medium untuk Taehyung. Untuk makanan tambahannya, ada truffle crust. Tidak hanya itu, ada shrimp cocktail untuk appetizer dan kentang goreng untuk side dish.

Last but not least, cheesecake for dessert is a must for Taehyung.

Chaeyoung menatap makan siangnya dengan aneh. Hal itu langsung disadari oleh Taehyung dan Jimin.

"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Taehyung yang ikut bingung.

Chaeyoung menggeleng cepat. Gadis itu sebenarnya sedang berbohong tentang steak lezat ini. Sejak kapan Taehyung menyukai steak yang dimasak medium? Dan mengapa dirinya diberi steak yang dimasak medium rare? Itu sama sekali bukan favoritnya.

"Maaf jika kami tidak menyajikan masakan Korea-"

"Tidak. Tidak apa apa, Jimin. Aku bahkan begitu terima kasih kepadamu yang sudah menyiapkan ini semua."

Taehyung berdeham, "Maaf tapi semuanya adalah ideku. Kau seharusnya berterima kasih kepadaku."

Cih.

Rasanya Chaeyoung ingin melumuri pria tampan itu dengan saus steak sekarang juga. Untungnya, alam sadarnya mengingatkan untuk menahan amarahnya.

"Oh iya Chaeyoung, habis ini kau mandi ya. Sudah ku siapkan air hangat beserta lilin wangi mawar. Aku juga sudah menyiapkan kau baju ganti di lemari kamar mandi." Lagi-lagi Jimin tersenyum kepadanya.

Dia baik, sangat baik. Tetapi tetap saja aku tidak suka padanya. Pikirnya. Kemudian ia melanjutkan, "Terima kasih banyak, Jimin. Tetapi kamar mandinya yang dimana ya? Rumahmu besar sekali."

"Rumahku." Taehyung memotongnya. "Dan juga sebenarnya aku menyuruh Jimin menyiapkannya semua untuk mu."

"Aku tidak bertanya tentang kalimat yang terakhir."

Chaeyoung benar-benar tak sabar pergi dari sini. Begitu menyenangkan jika ia tidak bertemu dengan dua pria ini lagi di hidupnya.

Maka dari itu, ia berusaha untuk mencoba mengikuti alur permainannya dan ketika sudah sampai di pertengahan, Chaeyoung melarikan diri.

Ku harap kali ini berhasil.

autumnal🍁 || jinroséWhere stories live. Discover now