1. Alfatih Ghifary Humairi

137 14 5
                                    

Alfatih Ghifary Humairi, laki laki bertubuh ideal yang baru sebulan lalu berumur tujuh  belas tahun itu membaca papan kecil yang tertera dipentilasi pintu. 12 IPS 1. Membuatnya mengangguk kecil seraya masuk ke dalam kelas.

Namun, langkahnya terhenti, ketika kelas yang menjadi tujuannya tengah ramai-ramainya berebutan tempat duduk.  Laki-laki dengan rambut acak-acakkan itu malah berdiri didepan pintu dengan tas ransel hitam yang menggantung dilengan kiri. Memperhatikan penghuni kelas yang akan menjadi teman sekelasnya.

Kepalanya menggeleng berkali-kali. Saat melihat siswa-siswi dikelas itu malah saling menarik kursi, menarik meja, bahkan parahnya disudut kiri paling belakang dua siswi terlibat saling menarik rambut.

"HUAAA FAATIH, lo Fatih Ghifary Humairi, kan? Lo masuk kelas 12 IPS 1? Huaa mimpi apa gue semalam?"

Seketika kelas menjadi hening. Berkat suara cempreng itu kini Fatih jadi pusat perhatian  seisi kelas. Para siswi perempuan berteriak histeris, bukan lagi saling merebut tempat duduk. Melainkan tidak menyangka laki-laki yang memiliki paras tampan itu berada dikelas mereka.

Fatih tersenyum percaya diri, sudah biasa dengan reaksi itu. Kemudian disampingkannya rambutnya, guna menambah kadar kegantengannya. "Hai," sapanya kemudian, diiringi senyum lebar ala khasnya.

"Haaaiii," dan tentu saja sapaannya disambut ceria dari para siswi dikelasnya. Hal itu membuat Fatih tertawa lucu.

"Oh My God, makin ke sini lo kok makin ganteng, ya?"

Fatih tertawa renyah. Semua orang juga tahu, lelaki itu memiliki tingkat keramahan diatas rata-rata. Menambah nilai plus ketampanannya dimata para siswi.

Fatih kemudian melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam kelas. Mengedarkan pandangannya mencari kursi kosong. Sedikit menghiraukan kasak-kusuk para siswi dikelasnya yang menceritakan paras tampannnya.

"Fatih, sini. Disamping gue aja, masih kosong, kok."

"Enak aja, itu tempat duduk gue." Suara sewot itu membuat Fatih kembali tertawa. Sudah biasa mendapat sambutan seperti itu.

Fatih kembali mengedar pandangan, kali ini tertuju pada kursi  kosong paling depan dan yang paling dekat dengan guru. Langkahnya menuju tempat duduk itu, meletakkan ranselnya ke atas meja.  Menambah kekaguman para siswi 12 IPS 1 karena kursi itulah yang sedari tadi mereka hindari, tapi sekarang Fatih dengan ringannya menjadi  penghuninya.

Kursi paling depan, paling dekat dengan guru. Maka siap-siap aja jadi incaran para guru.

But, jangan pikir Fatih dengan keiinginannya mau duduk dikursi itu. Selain karena tidak ada tempat duduk yang lain-kecuali bangku paling belakang dan Fatih tidak suka duduk paling belakang- Fatih juga ingin para siswi dikelasnya semakin berdecak kagum karenanya.

"Fatih," Fatih menoleh ke samping, saat namanya dipanggil.

Siswi dengan bandow pink itu menatapnya binar, dengan kedua tangan yang menjadi tumpuan wajahnya. Cantik, hanya saja Fatih tidak terlalu suka dengan make-up nya. Terlalu berlebihan.

"Ya?"  Walaupun begitu, Fatih tidak menyia-nyiakan gadis itu.

"Lo kenal gue gak?" Sebelum menjawab, Fatih menoleh ke belakang, menatap siswa berkacamata yang tidak dikenalinya. Matanya seolah memberi isyarat, menanyakan nama siswi itu yang ada disampingnya itu.

Sedang siswa berkacamata yang ditatapnya mengangkat bahu. Sama-sama tidak tahu si gadis bandow pink itu. Ini hari pertama mereka menjadi siswa kelas 12, belum saling mengenal nama. Kecuali bagi mereka yang pernah menjadi teman sekelas sebelumnya.

FATIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang