2.

3.9K 419 56
                                    

Jam 7 malam di hari Sabtu. Sesuai janjiku, aku sudah duduk di teras depan rumah Haechan.

" Gak masuk Mark?" Tanya ayah Haechan yang kebetulan baru saja hendak memasuki rumah.

" Disini saja om, lagian Saya cuma mau jemput Haechan. Bolehkan om, Haechan saya ajak keluar." Hampir saja aku lupa untuk meminta izin pada Om Jhonny.

" Kalau sama kamu, jangankan ajak keluar, ajak ke pelaminan juga om izinin." Canda om Jhonny yang sanggup buat jantungku berdetak tak karuan lagi. Apakah aku sudah dapat izin dari Ayah Haechan.

" Ayah kebiasaan bikin anak orang jantungan." Bunda Donita keluar dengan segelas teh jahe hangat, minuman kesukaanku.

" Minum dulu Mar! Haechan baru selesai mandi, tadi pulang telat karena ada rapat dadakan katanya." Aku pun menerima minuman yang dibuatkan Bunda Haechan.

" Kamu ajak ngobrol dulu si Amar yah, kasian daritadi sendirian." Ucap bunda Donita

" Sulung kemana?" Tanya Ayah Jhonny mendudukkan dirinya dikursi samping kursi yang kududuki.

" Ya udah ngapeli pacarnya, anak itu mana betah sehari aja gak ketemu Reni."

'Mohon maaf tante, saya juga gak betah kalau sehari gak ketemu sama anak tante' Batinku, aku tak mungkin mengungkapkannya secara terang - terangan.

💚💚💚

Aku dan Haechan sudah sampai di pusat perbelanjaan, Haechan memintaku untuk menemaninya ke toko buku yang ada di mall itu.

" Cari buku apa Chan?" Tanyaku saat dia berhenti di deretan rak novel fiksi.

" Novel kak, buat selingan kalau capek belajar." Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari deretan novel yang tertata rapi. " Kak Amar gak malam mingguan sama pacarnya?" Tanya Haechan tiba - tiba, aku yang awalnya juga ikut memilih novel di depanku pun mengalihkan pandangan ke arahnya.

" Ini kakak lagi malam mingguan sama calon pacar." Jawabku, entah keberanian darimana yang datang menghampiriku. Haechan tersenyum manis sangat sangat manis lalu kembali sibuk mencari novel yang diinginkan.

" Jangan suka ngomong gitu ke cewe kak! Ntar cewe nya baper." Ucapnya seraya mengambil satu buku dan berjalan ke kasir, aku pun mengikuti langkahnya.

" Kakak cuma ngomong sama kamu bukan sama cewe lain." Aku mengeluarkan kartu debitku dan menyerahkan ke kasir.

" Kak!" Haechan melotot, sungguh menggemaskan.

" Apa?" Tanyaku dan dia hanya berdecak.

" Ini nih malesnya aku kalau ngajak kakak jalan, aturannya kalau aku yang ngajak jalan ya aku yang bayar." Cerocos Haechan.

" Dan aturan kakak, selama sama kakak kamu gak boleh keluar uang sepeser pun. Bukannya kamu lagi nabung buat nonton konser."

Aku dan Haechan udah duduk di sebuah cafe dengan beberapa makanan juga minuman dihadapan kami. Menyelesaikan makan malam tanpa pembicaraan.

" Kak!" Panggil Haechan saat makanan kami sudah sama - sama habis.

" Iya?" Tanyaku, Haechan diam mengigit bibir bawahnya. Ah dia sedang gugup ternyata. " Kenapa Chan?" Tanyaku lagi, meraih tangannya yang bebas, menggenggamnya lalu mengelus lembut punggung tangannya.

" Kalau aku suka sama kakak boleh gak sih?" Tanyanya lirih, demi apapun jantungku sudah ribut lebih ribut dari biasanya. Aku merasakan senyum tertarik dibibirku.










Tbc


Bagaimana kabar?
Sudahkah ambyar?

Genggam ⚠️ Markhyuck GS ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang