Pada dasarnya Krystal bukan tipikal orang yang suka keramaian, atau berada di sekitar orang-orang asing yang sama sekali tidak pernah dia kenal sebelumnya, kecuali tiga tahun belakangan karena tuntutan dari profesi yang akan ia jalankan, tapi bukan berarti disaat dirinya harus diam sendiri di sebuah ruangan tanpa ada orang lain yang menemaninya akan menyenangkan bagi Krystal.
Dulu mungkin iya, tapi sekarang tidak lagi. Karena dulu ia sangat senang saat ayah dan ibunya pergi ke luar kota atau mungkin ketika di saat bersamaan kedua orang tuanya harus ke barak, markas militer ayahnya. Terlebih jika ibunya akan tinggal di barak cukup lama karena harus mengurus sesuatu yang diperlukan ketika ada salah satu anggota TNI yang mengajukan diri untuk nikah kantor. Tentu saja ibunya turut andil dalam membantu jalannya proses nikah kantor tersebut karena ibunya sekarang berstatus sebagai Ketua Persit.
Tapi berhubung ia tinggal sendirian di kosan sempit ini, jadi Krystal rasa ia cukup kesepian dan bosan. Terlebih ketika dirinya hamil, dengan mood yang gampang sekali berubah cukup membuatnya muak tinggal sendiri tanpa ada orang tua atau teman yang menemani. Untungnya Ambar dan Wenda akan sesekali menjenguk Krystal untuk memastikan Krystal baik-baik saja.
Hari ini terasa sangat panjang bagi Krystal selain karena dirinya yang tidak bekerja dan sendirian dikosannya, tetapi juga karena pertemuan tak sengaja dengan laki-laki yang cukup membuat Krystal merasakan sakit hanya dengan menatap matanya saja. Krystal ketakutan, takut kalau sampai laki-laki itu tau dirinya hamil dan berakhir menyeret dirinya pada tukang aborsi. Tidak, Krystal tidak mau membunuh anaknya sendiri meskipun kedatangannya belum siap Krystal tanggung. Tapi Krystal sudah terlanjur mencintai makhluk kecil titipan Tuhan yang sedang ada didalam rahimnya, bahkan sebelum ia dilahirkan kedunia.
Krystal tersenyum lebar begitu dengar suara ketukan dari pintu kosannya.
Itu pasti Ambar. Sahabatnya yang satu itu memang tau dengan betul kalau Krystal sedang bosan sekarang.
"Tumben baliknya cep--" mulut Krystal seketika terkunci ketika ia melihat kebawah dan ia menemukan sepatu laki-laki dua pasang. Bukan sepatu yang biasa Ambar atau Wenda kenakan. Dengan pelan Krystal mencoba mengangkat kepalanya untuk memastikan siapa yang datang kalau bukan kedua sahabatnya.
Deg.
Jantung Krystal seakan benar-benar berhenti setelah melihat dua orang yang tengah berdiri didepannya. Dua laki-laki dengan wajah tampan dan wibawa yang tidak diragukan. Krystal mengenali salah satu pria yang ada didepannya, Bian--Laki-laki yang juga menjadi teman satu kampus bahkan satu kelas dengan dirinya--tengah tersenyum manis kearah Krystal.
Bian pernah mengantarkan jas dokter muda milik Krystal yang tertinggal dirumah sakit tempat mereka koas dulu, jadi tak heran kalau Bian bisa sampai kekosan Krystal dengan tiba-tiba tanpa diminta.
Tapi... Laki-laki yang berdiri disamping Bian...
Kenapa bisa laki-laki itu ada disini sekarang?"Hai, Tal." suara Bian memecah keheningan. Bian memperhatikan pandangan Krystal yang sedari tadi tak lepas dari sosok laki-laki yang berdiri tepat disampingnya.
Ada apa ini? Apakah keduanya ada hubungan satu sama lain? Lalu mengapa teman-temannya tidak heboh kalau memang seorang Kairan Akhtar telah mempunyai pengganti Rania dengan begitu cepat?
Baik Krystal maupun Kai, keduanya tidak ada yang bersuara atau bahkan merespon kalimat Bian tadi, membuat Bian semakin kebingungan.
"Lo berdua udah kenal?" tanya Bian melirik dua manusia dihadapannya bergantian.
Lagi. Pertanyaan Bian kali ini pun sama sekali tidak mendapat respon dari Kai maupun dari Krystal, sampai Bian salah tingkah sendiri menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDALA ・ PUBLISHED
FanfictionKrystal Lindiana Meira. Perempuan cantik yang tengah menempuh pendidikan Kedokteran jenjang S1 di Universitas ini harus mengubur impiannya dalam-dalam, lantaran satu kesalahan yang tidak sengaja ia perbuat. Dia hanya seorang gadis pintar nan lugu y...