Under the Rain.

74 14 2
                                    

Semua kenangan itu. Aku rela kehilangan itu semua asal kau tetap ada. Tapi, kau tak mungkin kembali kan? Jadi, buat apa aku mengingatmu?
.
.
.
.
.
.
.

Pairing : Nakahara Chuuya X Kunikida Doppo

Bungou Stray Dogs selamanya milik Kafka Asagiri dan Sango Harukawa

Warning : TYPO, Bahasa tak baku, gaje, dan sebagainya:')

.
.
.
.
.

Hujan turun begitu derasnya. Membasahi seisi Yokohama tanpa pandang bulu. Tak peduli di tempat paling tinggi ataupun paling rendah, semua dibasahi oleh sang hujan.

Tapi, apakah harus sekarang hujan itu turun?

Mengapa Chuuya menganggap hujan yang turun sekarang ini seakan mengolok-oloknya?

Jas hitam dan topi fedora menempel di tubuhnya. Walaupun ia selalu memakai pakaian serba hitam khas mafia, tapi ini berbeda. Tujuannya bukan untuk memberi kesan seorang mafia.

Tapi untuk acara pemakaman.

Hujan turun semakin deras. Tak peduli apa yang terjadi di bawah. Buta akan kesedihan orang-orang yang berkumpul mengelilingi suatu titik.

Dan Chuuya termasuk salah satu darinya.

Menatap nanar nisan di depannya. Seharusnya ia tidak merasakan ini. Dirinya mafia, hatinya sudah beku. Seharusnya ia biasa saja saat seseorang mati dihadapannya.

Tapi, mengapa saat 'pemuda itu' yang mati ... Chuuya ingin sekali menghancurkan semua disekitarnya?

Hujan semakin deras, angin pun berhembus dengan kuat. Kerumunan itu perlahan mulai berkurang, hingga tinggal Chuuya seorang diri.

Chuuya tak peduli akan air hujan yang membasahi tubuhnya. Ia masih terdiam menatap makam itu. Pertanyaan yang sama selalu muncul dibenaknya.

Mengapa harus pemuda itu yang pergi?

Semua orang selamat dari insiden penuduhan pada agensi. Tapi, mengapa hanya dirinya yang tidak?

Mengapa ia yang selalu menjadi korbannya?

Chuuya mengumpat kasar. Matanya pedas, tapi ia menyangkal ingin menangis. Menyalahkan tetesan air yang semakin deras dan suhu yang meninggi.

Pria berkemampuan For The Tainted Sorrow ini berlutut di atas tanah. Menghiraukan penampilannya yang basah kuyup dan kemungkinan jatuh sakit.

Tangannya terulur menggapai batu nisan dan dielusnya perlahan. Topi fedoranya jatuh ke tanah karna tiupan angin, tapi ia tak peduli. Ditatapnya lekat tulisan di nisan itu.

'Kunikida Doppo'

Pria yang berpegang teguh pada tujuannya. Hidup untuk mengejar idealismenya. Selalu berusaha melindungi orang ... dan takkan membiarkan mereka mati.

Karna mottonya...

"Aku tidak akan membiarkan orang di hadapanku mati."

Sekarang, kata-kata itu seakan menyindir Chuuya. Chuuya membiarkan pria itu mati dihadapannya. Chuuya sama sekali tak bergerak, saat orang yang ia anggap 'kekasih'nya itu berlari menerjang Fyodor, hingga mereka berdua terjatuh dari atas gedung Port Mafia.

Sekarang ... Air mata turun ke pipi Chuuya. Tapi, langsung terbawa oleh air hujan yang terus-menerus turun membasahi sekujur tubuhnya.

"Kenapa? Kenapa kau harus mati hanya untuk menyelamatkan mereka?" Gumaman pertama yang keluar dari mulut Chuuya.

Hanya suara rintik air yang menjawabnya. Pikiran Chuuya kembali pada saat Kunikida mengatakan sesuatu tentang hujan.

"Hujan itu pengantar dan penghancur kenangan, Chuuya-san ...

Cara mereka membawa kenangan lama kembali ke dalam pikiran kita itu sangatlah hebat. Lewat rintik hujan yang jatuh ke bumi dan suaranya yang seakan menceritakan semuanya dengan lembut."

Chuuya mendengus geli. Ia menahan tawanya karena hendak mendengarkan apa yang dikatakan si kacamata itu.

"Cara mereka menghancurkannya pun sangat hebat ..."

Setelah beberapa saat, hanya ada keheningan. Chuuya pun membuka suara.

"Bagaimana caranya?"

Kunikida menoleh, menatap Chuuya dengan sendu.
"Lewat petir yang menghantam segalanya hingga tercerai-berai, lalu angin yang meniup serpihan kenangan tersebut hingga menghilang."

Tiba-tiba memorinya terpotong. Seperti kaset yang rusak dan langsung menampilkan adegan lain.

"Lalu, apa hujan juga membuat kenangan?" Tanya Chuuya bercanda, tapi jawaban dari Kunikida membuatnya terdiam.

"Tentu saja."

Chuuya pun memasang ekspresi bingung, "bagaimana caranya?" Tanyanya spontan.

"Chuuya-san ... Semua yang terjadi disaat hujan itu adalah kenangan yang dibuat olehnya ..."

Dan perkataan itu pun terus terngiang dalam memorinya. Hanya sampai disitu.

Chuuya pun bangkit berdiri. Jika semua yang dikatakan Kunikida benar, ia ingin hujan menghancurkan kenangannya.

Kenangan saat ia bertemu dengan Kunikida, kenangan saat ia terpesona melihat Kunikida, semuanya.

Hingga kenangan saat Kunikida mati tepat didepan matanya.

Ia ingin hujan menghancurkan kenangan itu. Walaupun Chuuya harus merasa hampa seumur hidupnya.

"Sayonara.. Kunikida..."

Itu adalah ucapan terakhir Chuuya sebelum kegelapan melingkupinya.

Tbc?

In the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang