first page

127 13 8
                                    

Hai. Senang bertemu denganmu. Perkenalkan, namaku Ahn You Ra. Aku hanya gadis biasa, yang kebetulan mendapat beasiswa untuk bersekolah di sekolah elite yang sebenarnya bukan tempatku. Tapi tidak apa apa, justru aku senang bisa bersekolah disana.

Ini hari pertamaku dan rasanya sangat gugup. Apakah nantinya aku akan mendapatkan teman? Ah ngomong ngomong, siapa juga yang mau berteman dengan gadis miskin sepertiku, iyakan?

Setelah selesai bersiap aku langsung berjalan kaki untuk berangkat ke sekolah. Aku tidak menaiki apapun, aku juga tidak diantar oleh orang tuaku karena mereka sudah berangkat bekerja ke ladang.

Cuaca pagi ini cukup cerah, sang mentari sepertinya sedang bahagia. Ah syukurlah aku tidak harus berhujan hujanan seperti tahun lalu, haha.

"Wah," kata itulah yang yang keluar dari mulutku ketika sudah sampai di sekolah ini. "Menakjubkan,"

Aku tersenyum memandanginya, masih tidak percaya bahwa aku bisa berada di tempat ini. Disinilah, aku akan menghabiskan hari hariku. semoga kau menjadi perempuan sukses, Youra!

▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀

Sebentar lagi kelas dimulai, astaga jantungku berdetak lebih kencang. Bisa dibilang aku sangat nervous. Aku akan bertemu orang orang baru sekarang. Aku harap mereka baik baik, tidak seperti--

Ah sudahlah, percuma saja membahasnya.

Banyak anak anak yang berlalu-lalang, entah itu murid junior seangkatanku ataupun para senior. Diam diam aku tersenyum, lagi, melihat mereka yang tertawa bersama temannya lalu memasuki kelas bersama.

Yang menjadi pertanyaanku, apa nanti aku juga bisa seperti itu? Aku tidak yakin tapi semoga saja.

Untuk mengurangi rasa gugupku, aku mengambil botol minumku di tas dan mulai meminumnya dengan perlahan. Tetapi, dari arah sana ada 2 orang murid yang sedang berkejar kejaran dan salah satunya menabrakku hingga botol minumku jatuh tumpah mengenai seragamnya.

"Ah! Hei jangan ditengah jalan dong!" Dia membentakku. Aku hanya bisa menundukkan kepala, "maaf. Akan ku bersihkan--"

Tanganku sudah siap meraih seragamnya berniat untuk membersihkannya tetapi sudah ditepis terlebih dahulu. "Jauhkan tanganmu!"

Kalau sudah seperti ini apalagi yang bisa aku lakukan? Lagi lagi aku hanya menunduk, merasa takut karena disini sudah mulai ramai mengerubungi kami.

"Siapa kamu sebenarnya? Berani sekali"

Nada bicaranya yang meninggi membuatku semakin takut, aku tidak berani menjawabnya. "Jangan diam saja kau sialan! Jawab aku!"

"Hahaha ketakutan tuh dia"
"Siapa sih belagu amat"
"Si beasiswa itu bukan sih?"
"Hah serius?"
"Banyak gaya dia ternyata"
"Wow wow hot news nih"

Kira kira seperti itulah bisikan anak anak yang sedang melihat pertunjukan dengan si tokoh wanita yang pecundang ini. "A-aku minta maaf, aku benar benar tidak tau kalau--"

"AKU HANYA BERTANYA SIAPA KAMU DAN AKU TIDAK MEMBUTUHKAN PERMINTAAN MAAFMU!"

Saking ketakutannya, aku sampai mengepalkan kedua tanganku dan menangis dalam diam. Siapapun tolong aku, aku tidak mau menjadi korban bully lagi, tolong...

"MINGGIR KALIAN SEMUA!"

Bukan, itu bukan dia, melainkan suara lain. Datangnya dari arah belakangku. Dia maju di depanku, berhadapan langsung dengan seseorang yang tadi membentakku. "Kenapa selalu kamu yang membuat ulah?" Tanyanya santai.

"Haha, bahkan aku tidak melakukan kesalahan sama sekali. Lihat, seragamku kotor karena minuman perempuan sialan di belakangmu itu."

Tangisku semakin deras dibuatnya, aku benar benar tidak berani untuk mengangkat kepala, aku sangat takut bertatap muka dengannya. "Kau yang bodoh, kenapa berlari lari di koridor?"

"Mau aku berlarian atau tidak jika dia tidak ditengah jalan juga pasti tidak akan terjadi hal seperti ini." Aku rasa pria yang menolongku ini menghembuskan nafasnya kasar, "ini yang kau bilang ditengah jalan? LIHATLAH SEKITARMU, SIALAN!"

"Kalian juga, apa gunanya mengerubungi mereka seperti ini? Belajarlah untuk tidak mencampuri urusan orang lain. PERGI! Dan kau, hapus videonya, jangan sampai aku melihat salah satu dari kalian yang merekam semua ini meng-upload nya di SNS." Tegasnya. Dalam sekejap semua langsung pergi meninggalkan tempatnya.

"Sekarang apalagi? Pergi atau aku laporkan pada guru BK? Kau masih junior, tidak usah banyak bertingkah."

Lalu dia benar benar pergi dari sini, sempat melewatiku, "jangan pernah berani berani menampakkan wajahmu dihadapanku."

Hah, lalu sekarang apa yang harus aku lakukan?

"Kenapa masih menunduk? Sudah tidak ada yang perlu kamu takuti lagi disini"

Dengan segenap hati, aku memberanikan diri untuk mengangkat kepalaku. Oh, apa ini? Baru sebentar aku menatap matanya dia sudah berlutut di depanku untuk mengambilkan botol minumku.

"Botolmu, lain kali hati hati. Jika kamu dibentak, bentak balik saja tidak usah takut seperti tadi,"

"T-terimakasih, kak" aku menerima botol tempat minumku dengan tangan gemetar. Tangan kanannya terulur untuk membersihkan bekas air mata di pipiku.

"Cengeng."

Sedetik kemudian dia memberiku senyuman tipis lalu pergi meninggalkanku. Hei. Tolong katakanlah jika aku sudah gila karena berkhayal seorang pria tampan sepertinya membantuku.

▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀
To Be Continued

(n.)
Apa yang kamu pikirkan untuk part selanjutnya?

Twilight ; Jung Wooyoung [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang