gulf's point of view.
( samson — luluh )dihari kami sepakat berpisah dan mew anter gue pulang, mew sempet bilang untuk gue jangan sungkan jika ada sesuatu. gue mengiyakan and telling him not to worry, jujur gue lebih khawatir dia nyetir sendirian dengan kondisi nggak baik kayak gini.
"gulf, boleh cium? yang terakhir." pintanya, diantara udara dingin bandung pukul dua pagi saat itu gue iyakan.
mew mulai mengikis jarak, hangat nafasnya mulai terasa di pipi dan tidak lama bibir mew sepenuhnya berada disana. pada detik mew mulai mencium gue lembut justru kenangan dua tahun kemarin berputar cepat dalam dua puluh detik bibir kami bertemu, "aku pulang, ya." ucapnya.
ah, gue baru sadar, instead of kissing him good night, i kissed him good bye.
"hati-hati, kalau ngantuk berhenti di pom bensin dulu, jangan maksa." mew membawa gue dalam peluknya, memberi usapan dan ciuman final di puncak kepala gue,
"iya." ucapnya lembut.
rasanya kosong. mau nangis juga apa yang mau ditangisin. tiga jam gue nangis di depan mew sampe rasanya kering. mew minta maaf berulang kali, gue nggak tau harus apa. beban mew udah banyak, gue sadar menjadi salah satunya. maka kami pikir berpisah adalah jalan paling tepat. seenggaknya untuk kondisi sekarang.
"jagain bunda, udah, jangan nangis lagi, ya."
mew tidak kunjung pulang usai gue masuk rumah. dari jendela kamar lantai dua, mew duduk diatas kap mobil. matanya menerawang langit gelap bandung, menggelengkan kepala berkali-kali, gue tahu mew menangis.
dan berakhir gue turut larut dalam kesedihan ini hingga bunda mengetuk pintu kamar tanda sholat subuh harus segera ditunaikan.
udah ya sedihnya, tidak semua cerita harus punya akhir bahagia, ya, kan?
"misal hitler dan nazi dapet happy ending yang mereka mau, chaos gak tuh satu eropa." kata sahabat gue, tommy menyuap sandwich pada pacar lelaki disampingnya, jimmy.
"life sucks, gulf, bullshit lah happy ending, cerita bahagia yang lo baca seakan selalu berakhir dengan ciuman tapi lo nggak pernah kan lihat all the bullshit that comes later, yes, life is sucks, nggak tau dimana the real ending." tambah jimmy.
"somehow pernah mikir nggak gimana pernikahan dan perceraian sama-sama punya satu tujuan yang sama; untuk bahagia, yes happy ending tai anjing kalo kata gua." jimmy ketawa terbahak tapi membuat gue berpikir akhirnya, iya ya. happy ending tuh apaan sih? fana, burem, nggak tau dimana.
"maafin jimmy ya gulf, ngaco banget semalem emosi nonton al sama andin nangis mulu suruh cerai aja." gelak tommy, mengelap sisa remah sandwich di sudut bibir jimmy.
"andin berhak bahagia, gulf, sama kayak lo, kita, nggak apa clueless tentang dimana akhir bahagia itu tapi lo bisa milih bahagia lo sama siapa, atleast, buat sekarang."
sementara mereka mulai ribut perihal sinetron, gue mencerna kalimat jimmy untuk gue memilih bahagia sama siapa tapi ya itu, siapa?
makan jagung bakar juga bisa bikin bahagia yaudah gue memutuskan bahagia gue saat ini makan jagung bakar, dua, minumnya milo hangat.
![](https://img.wattpad.com/cover/215408546-288-k227368.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
pulang | mewgulf au
Fanfic"you'll always be my home." - mew suppasit. warn: -lowercase -non baku