BAGIAN 3

28 3 0
                                    

Jam istirahat kedua sudah berdering, Aku segera keluar dari kelas dan menuju ruang musik. Sebagaimana yang telah Rina janjikan kepadaku tiga hari yang lalu, bahwa ia akan meminta ijin kepada Kak Amel-- selaku ketua koordinasi ekstrakulikuler musik, karena biasanya yang boleh masuk keruang musik adalah jika eskulnya musik dan sedang ada pelajaran musik. Ya, karena Aku eskulnya English Club jadi Aku termasuk yang tidak boleh masuk ruang musik.

Kenapa? Karena eskul musik itu biaya untuk perbulannya sedikit mahal dan Aku tidak mampu untuk membayarnya. Yang kumampu hanya eskul English Club biayanya sedikit murah dari eskul yang lain.

Kan ada para donatur? Iya, benar kan kalian tahu bahwa Aku tidak suka itu. Maka dari itu untuk melepas dari ketergantungan itu, Aku kerja paruh waktu.

Berhubung, Kak Amel adalah kakak kandungnya Rina, Alhasil Aku diperbolehkan main keruang musik, walaupun hanya sampai jam istirahat kedua selesai.

Saat sudah didepan pintu ruang musik, hatiku benar- benar excited, Aku sudah lama sekali tidak bermain ke ruang musik terakhir waktu ujian musik semester dua kelas sepuluh. Kubuka knop pintu, mataku langsung tertuju pada Grand piano, yang sangat besar mengkilap itu. Biasanya jika sedang ujian Aku hanya boleh memaikan Upright Piano, bukan Grand Piano.

Mumpung hari ini, Aku diperbolehkan main keruang musik, kesempatan ini tidak akan kubuang dengan percuma. Akan kumanfaatkan sebaik mungkin. Langsung kuhempaskan bokongku ke chair Piano. Perlahan Aku menghirup aroma kayu dari Grand Piano sebelum meluncurkan jemariku diatas tust. Tarik nafas perlahan lalu, tersenyum merkah. Sumpah, ini aalah salah satu kebahagianku dalam hidupku.

Aku langsung memainkan, menekan tust, dan bermain lagu, Flohwalzer or Flea waltz. Memulai dengan menekan pada kunci hitam, sampai irama mulai mengalun dengan indah. Tanganku mulai menyilang mengikuti not balok yang masih kuingat saat baru pertamakali, dapat menghafal sebuah lagu dengan not balok yang sedikit susah pada waktu itu.

Selesai.
(

kurang lebih alunannya seperti itu ya gaess)

Prok.... Prokkk....

Suara tepuk tangan itu membuatku menoleh langsung ke sumber suara, ternyata cowok yang kemarin di toilet, Raka.

"Kok, kamu ada disini?" tanyaku spontan pasalnya saat Aku masuk ruangan ini benar- benar tidak ada orang hanya ada Pak Rudy- penjaga ruang musik.

"Kebetulan, tadi saya ingin naruh buku ini," menunjukan buku yang ia bawa, dan berkata lagi, "Terus, saya lihat kamu main. Dan itu sangat bagus." Ucapnya dengan sedikit menarik bibirnya keatas.

"Terimakasih, atas pujiannya," kataku dengan tersenyum tulus.

"Sama- sama. Kalau boleh, bisa kita main bareng?"

"Piano?"

Raka mengangguk.

"Bisa?" tanyaku sedikit meragukannya.

"Dulu, saya sering bermain piano bersama bunda dan adik saya, sebelum mereka berdua pergi untuk selamanya," Ucapannya membuatku sedikit tertegun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KA'ELVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang