𝐒epulang 𝐒ekolah, prolog.

1.8K 113 42
                                    




❦︎. 天頂部 ; ☂︎
𖤐°☾︎-- ©djeongyunho -- ✰✯

Tepat di sebuah halte pinggir kota, gadis itu merenung sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tepat di sebuah halte pinggir kota, gadis itu merenung sendirian. Dilihatnya jalan raya yang ramai kendaraan itu dengan tenang. Telinganya tersemat earphone yang mengurangi berisiknya suara lalu lalang kendaraan.

Dia sendirian, dan terlihat menikmatinya.

"Angkot neng?! Manggarai-tebet?!" Gadis itu menggeleng pelan, menolak halus tawaran kernet angkot yang menawarkannya tumpangan. Tadi juga ada bis kota yang lewat, tapi dia tetap duduk di halte itu dengan tenang.

Gadis itu sedang menunggu, sebenarnya.

Saat sedang asik dengan dunianya sendiri, earphone nya terlepas. Dilepas seseorang, lebih tepatnya. "Hoi, boncel. Makin tambah budek lo denger musik pake beginian tau gak? Ampe gua panggil kaga nyaut lu."

Gadis itu menoleh sebal, reflek menjitak pemuda di depannya dengan sekuat tenaga tanpa ampun. "Diem, lo lama," ucapnya ketus.

"Aduh gusti-ya maaf?! Gua juga bareng yang lain kali. Yuk nona silahkan, sudah ditunggu pasukan kerajaan- IYA-IYA TARAAA AMPOOON!!"

Pemuda itu berteriak saat gadis itu menyikut perutnya kuat. Ia tertawa puas sambil melihat temannya itu yang terus meringis. "Biasa ae kali Williaaam, gua ngapain lu sih?"

"Ngapain? Ngapain lo bilang?! Setelah lo menjitak dan menyikut perut gua abis itu ketawa kayak nenek lampir yang ga punya hat-"

"Bacot, Wil. Sumpah dah gandeng lu. Gak malu ama jalanan? Lebih berisik lo daripada suara mobil," Sebuah suara menyela pertikaian mereka berdua.

William mendengus, membalas tak mau kalah. "Lu sendiri Ja, gak malu ama duit ke sekolah pake sendal jepit?"

Dan ya, pertikaian itu berlanjut saja tanpa henti. Meninggalkan sisa dari rombongan yang ikut William tadi menghela nafasnya sendiri.

"Itu bertiga, sekalinya bacot udah susah dah misahinnya," ucap si rambut kuncir kuda tak jauh dari mereka. "Pisahin Jun, eh kok lu malah tidur? WOY ARJUNA!"

"EIYE AYAM BETELOR KAMBING-masyaallah tabarakallah Faizana kenapasi?!" Gerutu seorang pemuda yang diganggu tidurnya. Faizana, gadis berkuncir kuda itu berdecak sebal. Masalahnya Arjuna ini hanya bersandar pada tiang listrik jalanan dalam posisi berdiri dan bisa bisanya ia cari kesempatan untuk tidur? Ga ngotak, pikir Faiza.

Bingung dengan reaksi Faiza yang tiba-tiba ketus, pemuda itu melirik gadis satunya lagi, yang sedang makan pringles dengan tenang tanpa terganggu. Arjuna menatap gadis itu lekat, bermaksud mengirim telepati. Gadis itu melirik, lalu terkekeh geli sambil memahami kode Juna. "Ya lo sih lagian, tidur nyender tiang listrik. Kesetrum di siang bolong tau rasa."

𝐂erita 𝐒epulang 𝐒ekolah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang