"Silahkan ambil brosurnya." Satu persatu orang yang lewat ia tawari, meskipun ia tahu jika selebaran-selebaran ini hanya akan berakhir di tempat sampah tapi seperti inilah cara ia mencari uang.
Setiap harinya selama 2 jam penuh ia harus membagi sejumlah brosur sebagai kerja paruh waktunya. Kebetulan tempat yang ia promosikan adalah tempat les tambahannya sendiri, dan sebagai kompensasinya Jongin di beri keringanan dalam membayar sesi tutornya.
"Sudah jam 7, aku harus masuk kelas." Dengan masih menyisakan beberapa lembar brosur di tangannya, Jongin pun segera berjalan ketempat lesnya.
Sebenarnya ibunya masih sanggup untuk membiayai sekolahnya, namun Jongin tak ingin merepotkan ibunya, apalagi pekerjaan ibunya hanyalah seorang pemilik kedai kue beras di pasar.
"Selamat malam, maaf terlambat pak." Jongin menundukkan kepalanya saat memasuki kelas karena dia sedikit terlambat kali ini.
"Tak apa. Aku juga baru saja masuk. Ya sudah, sekarang buka buku bank soal kalian. Aku akan menjelaskan beberapa bab yang kemungkinan akan dijadikan bahan ujian masuk universitas kali ini."
Kelas tambahan Jongin berakhir pada pukul 9 malam, namun dia belum bisa pulang karena masih ada satu kerja paruh waktu yang harus ia kerjakan.
Jongin harus bekerja sebagai penjaga toko swalayan kecil di dekat area rumahnya. Kebetulan pemiliknya salah satu teman ibunya jadi dia mengizinkan Jongin untuk bekerja selama 3 jam saja. Namun Jongin hanya dibayar 5 ribu won per jam nya.
Kalau kalian merasa kasihan padanya, berarti kalian salah. Jongin bahkan tidak merasa lelah dengan rutinitas harian nya, dia lebih memilih untuk bekerja seharian dibandingkan pergi bermain di warnet bersama teman-temannya. Karena menurut Jongin bersenang-senang saat masih bersekolah hanyalah membuang-buang waktu dan juga uangnya. Beda lagi ceritanya jika sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri.
Shift Jongin hampir selesai, namun saat itu segerombolan pria masuk, masih dengan seragam yang melekat ditubuh mereka.
"Ambil yang banyak, kali ini aku yang bayar."
"Orang kaya memang berbeda! Kau keren Hun!"
"Tentu saja. Anggap saja sebagai penyemangat untuk ujian masuk universitas 3 bulan lagi." Seru pria itu. Sementara ke 4 orang lainnya sudah berkeliaran ke rak makanan ringan dan juga lemari pendingin.
Jongin sedikit terkejut saat melihat kelakuan orang-orang itu yang membuat rak makanan ringan hampir kosong.
'Dasar tidak tahu malu! Bukankah ini sama saja dengan membersihkan rak makanan?' Jongin berusaha untuk tidak peduli dengan hal tersebut. Sementara pria kaya yang mentraktir orang-orang itu hanya berdiri di dekat pintu toko sambil menatap ponselnya.
Bosan dengan ponselnya, pria itu pun memilih untuk menghampiri Jongin yang masih menatap para siswa yang mengambil makanan di pojok sana.
"Aku ingin Malb*ro satu." Tunjuk Sehun kearah salah satu merek rokok di belakang Jongin.
"Tanda pengenalmu?"
"Berikan saja, lagipula aku juga membayarnya."
"Maaf, tapi aku tidak ingin dipecat karena menjual rokok pada seorang murid tingkat akhir."
"Dasar cerewet." Sebenarnya Sehun masih ingin marah kearah Jongin, namun ia kembali menahannya karena ke 4 temannya sudah selesai mengambil makanan mereka.
"Woah terima kasih yah Hun. Kau memang sangat murah hati."
"Membeli toko ini bahkan tidak dapat menghabiskan uang saku ku selama sebulan Jun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush (Hunkai) -End-✔
Cerita PendekNew version dari salah satu series di Drabbles ku... Hunkai!School life!