Bagian Satu

19 1 0
                                    

Alhamdulillah, betapa indahnya pagi ini ketika kita mampu mengucap syukur pada-Nya karena masih diberi nikmat untuk bisa membuka mata, terbangun dari tidur lelap. Aku Putri. Anak bungsu dari dua bersaudara. Aku memiliki kakak, Umar namanya. Ia sudah menikah dan tinggal bersama istrinya. Sementara Aku, bersama orangtuaku tinggal di desa yang masih asri dengan hijaunya pemandangan.

Pagi ini adalah pagi yang indah. Matahari menyambut dunia dengan senyum hangatnya. Membuatku semangat untuk pergi ke sekolah. Jarak antara rumah dan sekolahku tidak terlalu jauh, jadi aku bersama teman-temanku biasa berjalan kaki atau bersepeda bersama.

“Putrii,” suara nyaring itu terdengar jelas di telinga dan hampir membuatku tersedak.
“Putri, Ayo habiskan makanannya. Temanmu sudah menunggu,” ucap ibu di dapur padaku.
“Iya, Bu. Ini dikit lagi.”
“Putrii.” Panggilan ini tidak akan berhenti sebelum Aku menampakkan diri.
“Iya iya, tunggu.” Dengan terburu-buru Aku memakai sepatu dan berpamitan pada Ayah Ibu untuk berangkat ke sekolah.

Setiap paginya aku selalu seperti ini. Paling telat kumpul saat berangkat sekolah, hingga terkadang membuat teman-teman yang lain kesal karena harus menunggu.

“Lama banget si, Put,” ujar Sari padaku.
“Biasa aku tadi terlalu menikmati sarapanku,” senyumku mengembang pada sari.
“Pantas saja itu pipimu sudah obesitas begitu,” lanjut Fatih.
“Yey, apaan si Fath, kan gak ada salahnya aku sarapan.”
“Iya, tapi harus inget waktu dong, Put.”
“Iya, Fatihku.” Dengan manjanya Aku menjawab Fatih, serta melihat sekilas wajahnya. Meskipun pandangan Fatih tetap lurus ke depan.

“Kalian itu ya, kalo lagi bareng nggak pernah mau akur. Gitu aja terus kaya Kucing sama tikus,” tukas Sari yang daritadi memperhatikan Aku dan Fatih.
“Aku juga nggak ngerti. Dia tuh gitu terus sama Aku, Sarii.”
“Sudah-sudah, ayo kita percepat jalannya. Sebentar lagi mau masuk,” suara Dina menyadarkan kami yang keasyikan mengobrol di jalan.

Aku dan teman-temanku selalu bersama sedari kecil, hingga sekarang menduduki bangku SMA. Hanya berbeda jurusan yang memisahkan kita semua.

~~~

Sempurnakan AgamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang