Bagian Dua

12 0 0
                                    

“Seerat apapun kebersamaan yang terjalin, pasti akan mengalami yang namanya perpisahan.”
                  _Putri_

Masa-masa SMA adalah masa yang paling mengesankan, begitu menurut kebanyakan orang. Akupun setuju dengan itu, bagaimanapun Aku senang bersama teman-temanku sekarang ini. Namun yang paling tidak disukai dari sebuah kebersamaan adalah sebuah perpisahan.

“Put, nggak kerasa ya baru kemarin kita masuk kesini. Sekarang udah kelas akhir aja,” ucap Sari pada saat istirahat di kantin.

“Iya, Sari. Waktu terasa begitu cepat ya.”

“Iya bener itu, Put. Aku juga merasakan hal yang sama,” sahut Dina.

“Kalian mau pada lanjut kemana niih?”

“Kalo aku mau kuliah di luar kota kayanya, Put,” jawab Sari.

“Aku mau ikut Bapak kerja dulu, Put,” lanjut Dina.

Aku hanya mengangguk mendengar jawabn teman-temannya.

“Kalo kamu?” tanyaku pada Fatih yang dari tadi asik dengan tampang so cool dan es jeruknya.

“Aku mau ke pondok pesantren.”

“Pesantren?” aku dan teman-temanku kaget dengan jawaban Fatih. Padahal ia merupakan siswa yang pintar.

“Kenapa?”

“Ga kapa-apa, hak aku dong.”

“Iya deh.”

“Kalo kamu, Put mau lanjut kemana?” tanya Dina padaku.

“Aku rencananya mau lanjut kuliah, saling doain ya temen-temen.”

“Siap!” sontak semua bersuara dengan lantang dan berbarengan.

Obrolan kecil seperti ini akan Aku rindukan kelak. Entah apakah nanti aku akan bisa menghabiskan waktu bersama mereka atau tidak.

Hari ini, aku pulang bersama Fatih berdua. Karena temanku yang lain tidak bisa pulang bersama. Mereka masih menyelesaikan tugas di kelas. Di sepanjang perjalanan hanya hening yang menemani kami berdua.

“Fath, kalau kamu pesantren nanti, Aku nggak bisa hubungi kamu lagi.” Aku mencoba membuka obrolan, mengenai apa yang tadi Fatih sampaikan.

“Iya, tapi kamu masih bisa kirim pesan padaku. Nanti aku balas kalau ada hari libur.”

“Yah, lama dong.” Dengan memasang wajah cemberut, Aku belum bisa kalau jauh dari Fatih.

“Sebentar kok, Aku pasti kembali.”

“Ini nih yang aku nggak suka. Kenapa setiap kebersamaan yang terjalin harus merasakan sebuah perpisahan.”

“Kamu akan mengerti setelah melaluinya, percayalah.”

“So tau kamu.” Jawabku sambil menyenggol pundaknya.

“Iya bener. Kamu semangat ya nanti kuliahnya. Jangan nakal.”

“Siap pak bos.” Jawabku dengan melipat tangan seperti sedang hormat, dan memasang wajah riang tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sempurnakan AgamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang