BAGIAN 5

429 23 0
                                    

Saat itu, Rangga dan Arya Sempana sudah berada di bagian belakang tembok istana Kadipaten Wurungga yang tingginya sekitar dua batang tombak. Hanya sebentar saja Rangga mengamati keadaan sekitarnya, kemudian dengan gerakan indah dan ringan sekali sudah melompat naik. Beberapa kali Pendekar Rajawali Sakti berputaran di udara.
Kemudian tanpa menimbulkan suara sedikit pun, kedua kakinya menjejak bibir tembok yang tebal itu. Rangga menjulurkan kepalanya sedikit ke bagian dalam. Tidak ada seorang penjaga pun terlihat di bagian belakang ini. Ternyata pada bagian dalam dinding tembok pagar ini adalah sebuah taman yang sangat indah. Pendekar Rajawali Sakti berpaling ke belakang. Tampak Arya Sempana masih tetap menunggu di bawah sambil mendongak ke atas, memandang padanya.
"Hup!" Arya Sempana langsung saja melompat naik, begitu Rangga memberi tanda dengan tangannya. Ternyata, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki laki-laki berusia lebih dari separuh baya itu cukup tinggi juga. Hanya sekali lesatan dan beberapa kali putaran tubuh, kakinya berhasil menjejak tepat di sebelah kiri Pendekar Rajawali Sakti.
"Kau tidak salah, Paman...? Bukankah ini taman kaputren...," tanya Rangga.
"Memang. Tapi hanya melalui jalan inilah yang teraman, Rangga. Tidak ada jalan lain lagi. Kau lihat sendiri. Tidak ada seorang penjaga pun di sana. Taman kaputren memang terlarang bagi orang luar. Khusus untuk keluarga adipati saja," sahut Arya Sempana menjelaskan keadaan dalam lingkungan kadipatenan ini.
Sebentar Rangga mengamati keadaan sekitarnya. Memang, tidak terlihat seorang penjaga pun berkeliaran di dalam taman ini. Dan keadaannya juga cukup gelap. Sehingga, mereka tentu dengan mudah bisa masuk ke sana. Tapi Rangga tidak mau bertindak gegabah. Walaupun keadaan memungkinkan, tetap saja semuanya dipelajari secermat mungkin.
"Ayo, Rangga. Jangan buang-buang waktu," ajak Arya Sempana.
"Tunggu...!" cegah Rangga cepat, seraya mencekal pergelangan tangan Arya Sempana. Laki-laki berusia lebih dari separuh baya itu tidak jadi melompat turun. Rangga segera melepaskan cekalan tangannya. Dan pada saat itu, terlihat sesosok tubuh mengendap-endap di antara gerumbul tanaman bunga.
"Rupanya bukan hanya kita berdua yang ada di sini, Paman," bisik Rangga perlahan. Begitu pelannya, sampai hampir tidak terdengar di telinga Arya Sempana. Dan laki-laki berusia lebih dari separuh baya itu hanya menganggukkan kepala saja sedikit.
Dia juga melihat sosok tubuh berpakaian serba hitam tengah mengendap-endap di antara gerumbul semak pohon bunga. Tampak jelas kalau sosok tubuh itu sedang mendekati pintu masuk ke dalam taman ini. Dia berhenti sebentar. Lalu, tubuhnya berlindung di balik sebatang pohon beringin yang cukup besar, tidak jauh dari pintu yang tertutup rapat Dari bentuk tubuhnya yang tinggi tegap, jelas sekali kalau sosok tubuh itu seorang laki-laki.
Sebilah pedang berukuran panjang, tersampir di pinggangnya yang cukup ramping. Tampak pandangannya beredar ke sekeliling, seakan-akan tengah mengamati keadaan sekitarnya. Kemudian tatapan matanya tertuju lurus ke arah pintu masuk ke dalam taman yang tetap tertutup rapat. Sementara dari atas tembok benteng, Rangga dan Arya Sempana terus memperhatikan tanpa berkedip sedikit pun juga. Memang cukup sulit untuk bisa melihat wajah orang itu. Apalagi, malam ini langit tertutup awan hitam cukup tebal. Sehingga, sinar bulan tidak bisa memancarkan cahayanya sampai ke bumi.
"Kau tunggu dulu di sini, Paman. Aku ingin tahu, siapa orang itu. Juga, apa maksudnya berada di taman kaputren ini," ujar Rangga.
Belum lagi Arya Sempana bisa membuka suaranya, Pendekar Rajawali Sakti sudah melesat cepat bagai kilat. Gerakannya juga sangat ringan, seperti kapas. Begitu sempurna ilmu meringankan tubuhnya, sehingga sedikit pun tidak terdengar suara saat kedua kakinya menjejak tanah berumput tebal dan terawat rapi ini.
"Hup...!" Kembali Rangga melesat ringan dengan kecepatan luar biasa sekali. Dan tahu-tahu dia sudah berada dekat di belakang orang berpakaian serba hitam yang ketat ini.
"Kisanak...."
"Heh...?!" Orang itu tampak terkejut sekali, begitu mendengar teguran dari belakangnya. Bagaikan kilat, tubuhnya berputar sambil mengibaskan tangan kirinya. Seketika itu juga, dari telapak tangan kirinya yang terbuka melesat deras secercah cahaya kilat keperakan.
"Haiiit!" Untung saja Rangga cepat mengegoskan tubuhnya, menghindari serangan orang berpakaian serba hitam ini. Dan bagaikan kilat, kedua kakinya bergerak ke depan, sambil menghentakkan tangan kanannya ke arah dada orang berpakaian serba hitam ini.
"Hap!" Tapi orang berpakaian serba hitam itu malah menerima serangan balasan Rangga dengan hentakan tangannya pula. Hingga....
Plak!
"Hup!"
"Hap...!"
Mereka sama-sama berlompatan ke belakang, sejauh lima langkah. Untung saja, Rangga tadi tidak mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya. Sehingga, orang berpakaian serba hitam itu hanya terhuyung sedikit sambil memegangi sebelah tangannya yang beradu dengan tangan Rangga tadi. Tapi orang berpakaian serba hitam itu sudah cepat bersiap hendak melakukan serangan. Tangan kanannya sudah menggenggam gagang pedang. Bahkan hampir saja tercabut, kalau Rangga tidak segera mencegahnya.
"Tunggu, Kisanak...!"
Kelopak mata Rangga jadi menyipit, melihat seluruh kepala dan wajah orang itu terbungkus kain hitam. Hanya bagian kedua bola matanya saja yang terlihat. Dan tampak jelas sekali dari sinar bola matanya, kalau orang berpakaian serba hitam itu terkejut melihat Pendekar Rajawali Sakti yang ada di depannya.
"Hup...!"
Tiba-tiba saja orang berpakaian serba hitam itu melesat cepat meninggalkan Pendekar Rajawali Sakti.
"Eh, tung...."
Tidak ada lagi kesempatan bagi Rangga untuk mencegah. Begitu cepat orang berpakaian serba hitam itu melesat. Sehingga dalam sekejapan mata saja dia sudah lenyap, setelah melewati tembok pagar yang cukup tinggi di bagian belakang istana kadipatenan ini.
"Hm.... Siapa dia? Lalu kenapa mesti lari...?" gumam Rangga bertanya pada diri sendiri. Saat itu terlihat Arya Sempana melompat turun dari atas tembok pagar. Dan langsung dihampirinya Rangga yang berdiri mematung di bawah pohon beringin, menatap lurus ke arah kepergian orang berpakaian serba hitam tadi.
"Kau kenali siapa dia, Rangga?" tanya Arya Sempana langsung.
"Tidak," sahut Rangga pelan.
"Hm...."
"Dia memakai topeng kain," Rangga menjelaskan, mendengar gumaman yang bernada tidak puas. Beberapa saat mereka terdiam.
"Ayo, Rangga. Kita terus saja," ajak Arya Sempana.
"Ayolah...."

95. Pendekar Rajawali Sakti : Pangeran IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang