[Dimohon untuk tidak memplagiat cerita ini 🙏🙏 terima kasih]
Follow instagram >> @imulfa22-KIN-
Amsterdam, Belanda
Gadis itu memejamkan matanya sesekali, menatap lirih bangku panjang yang terselimuti oleh salju. Biasanya dia akan selalu tersenyum lebar saat memperhatikan bangku itu, namun pada detik ini ia merasa sangat rapuh sekaligus marah akan keadaan yang dialaminya.
"Aku pernah memikirkan ini sebelumnya, tapi dia selalu mampu membuat aku percaya dia takdirku," lirih gadis itu menunduk menatap tempat yang ia pijak.
Gadis itu sudah tau bahwa akhir dari perjalanannya ini adalah luka. Tapi dia tetap percaya pada sebuah kalimat yang selalu terngiang di kepalanya. Sebuah kalimat yang pernah menyelamatkan hidupnya dari keterpurukan yang membuatnya ingin mengakhiri segalanya.
Hidup mungkin saja menakutkan, tapi hidup lebih menakutkan jika kamu mencoba untuk berhenti, kata-kata itu berasal dari seseorang yang selalu meyakinkan gadis itu untuk tetap tegar. Gadis itu tertawa pedih merasa sangat lucu namun menyakitkan, gadis itu tau kalimat itulah yang membuat seseorang itu berakhir seperti ini. Ia mengambil sepucuk surat di dalam tasnya dan menggenggam erat surat itu. Ia menghembuskan nafas berat dan mulai membuka dan membaca barisan kata di surat lusuh itu.
Teruntuk Nera,
Kata orang seberapa besar kita memperjuangkan sesuatu yang kita ingin genggam, jika bukan takdir kita tidak bisa memaksa. Apa itu benar, Ner?
Mungkin sekarang kamu sedang menangis, tapi cukup Ner. Aku tidak pantas ditangisi. Air mata kamu terlalu berharga untuk menangisi seorang pria brengsek ini. Itu yang kamu katakan dulu bukan?
Het spijt me dat ik zo laat ben.
Seperkian menit kemudian air mata tak terbendung lagi. Sekujur tubuhnya terasa seperti terkena hantaman keras yang membuatnya hancur seketika. Bola mata yang semakin memanas dan kaki yang seperti tak bernyawa menambah gencatan luka yang kian membara. Zeline terduduk di atas salju dingin yang membekukan lututnya. Tak sebanding dengan sayatan hatinya sekarang.
Andai saja saat itu aku tak sebodoh itu, batinnya berteriak.
Luka memang terkadang tak bersuara, tapi air mata jatuh seakan berbicara.Cinta memang begitu rumit, seperti teka teki yang harus kita temukan jawabannya. Bertahun-tahun Zeline mencoba menebak teka-teki itu. Tapi tak ada jawabannya.
"Kembalilah, aku membutuhkanmu."
Suara itu tiba-tiba merasuki pikirannya, ia ingin mengikuti suara itu tapi dia sangat ragu. Ia mencoba menerjemahkan setiap kata yang berperang di dalam otaknya. Batinnya ikut berdebat dan memutuskan untuk melangkah ke suatu arah yang berharap akan membawanya pada sebuah titik terang dalam hidupnya. Ia berlari sekuat tenaga menuju cahaya yang terasa semakin mengecil.
Akankah ini menjadi takdir hidupnya? pertanyaan yang akan terjawab pada akhir langkahnya.
-KIN-
Het spijt it me dat ik zo laat ben: Maaf, saya terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIN
Teen Fiction[perfect cover: by UnicornGraph] [PLAGIATOR SILAHKAN MENJAUH] [Privat acak; follow author dulu untuk full version] Takdir yang menuntunku menemukanmu bukan? Lalu kenapa aku terluka? "Aku memendam, tapi aku mengerti. " ~ Kin Altezza "Aku tau, tapi...