Zeline menyeka air mata yang perlahan keluar dari pelopak matanya. Rasa pedih yang menusuk saraf-saraf matanya membuat Zeline sangat kesakitan. Dia tidak tahan lagi dengan semua ini. Bola matanya memerah, terbakar seperti ingin meledak. Dia ingin mengakhiri saja semuanya.
"AKU INGIN MENYERAH SAJA!" teriakkan Zeline memecah keheningan yang terjadi diruangan petak penuh sesak itu.
"Selesaikan itu semua Zeline!" sahut kak Abel dari ujung ruangan.
Zeline berdecih sebal, ia sudah tidak tahan lagi. Dia menjatuhkan tubuhnya ke lantai, berguling-guling seperti orang kesakitan.
"Sudah Keano bilang kak, pake alat perlindungan diri," jelas Keano.
Zeline mengernyitkan keningnya. Dia menarik nafas panjang, lalu melipatkan tangannya didada. Zeline memperhatikan adiknya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kamu mau perang?" tanya Zeline dengan Keano.
Keano mengangkat wajahnya kearah Zeline. Dia tersenyum dan mengangguk cepat.
"Kakak berlebihan," jawabnya santai, lalu melanjutkan aksinya.
Zeline menggelengkan kepalanya kiri dan kanan beberapa kali. Ia tidak habis pikir dengan tingkah Keano yang semakin hari semakin tidak masuk akal. Kacamata berlensa hitam yang kebesaran. Masker kain berwarna merah tua yang diikat sangat ketat. Sarung tangan plastik dengan ukuran yang pas-pasan. Serta celemek merah muda bermotif Hello Kitty yang sangat imut ditubuh kekarnya.
"Kita hanya membuka beberapa kulit bawang Keano!" bentak Zeline tak percaya dengan kelakuan adiknya.
"Ini sangat dibutuhkan kak Zeline. Lihat mataku masih normal," balas Keano melemparkan sesiung bawang merah kearah Zeline.
"Terserah kamu, kakak tidak menganggapmu adik lagi!" ucap Zeline sebal.
Abel tertawa kecil melihat penampilan Keano, ia menghampiri kedua adiknya yang masih berdebat. "Ini ada buah apel, jangan dihabiskan semua. Nanti sisanya dimasukkan dalam kulkas bagian tengah, sebelum itu wadahnya ditutup dulu jangan dibiarkan terbuka. Mengerti? " jelas Abel kepada kedua adiknya.
Keano dan Zeline mengangguk paham. Tanpa aba-aba Zeline mengambil sepotong apel dan memasukkannya kedalam mulutnya dengan semangat.
"Baca doa dulu!" bentak Abel kesal.
Zeline tidak menggubris perkataan kakaknya.
"Zeline!" panggil Abel dengan nada 6 oktaf.
"Sudah-sudah jangan ribut. Abel katamu mau pergi kekegiatan kampus?" ucap Papa Kemal tiba-tiba.
"Iya Pa, Abel siap-siap dulu," kata Abel bergegas meninggalkan kedua adiknya.
"Keano rasa, kak Abel mau kencan dengan pacar barunya," bisik Keano keteliinga Zeline.
Zeline nyengir. "Dipastikan bibir kak Abel warnanya akan sangat merah seperti sudah minum darah, haha," tawa Zeline geli.
"Pipinya berwarna merah seperti baru sudah ditonjok," sambung Keano dengan cekikikan.
"Alisnya akan seperti sincan," lanjut Zeline tertawa bahagia.
"Kulit wajahnya putih menumpuk penuh dengan tepung bakwan," umpat Keano membuat Zeline tertawa terpingkal-pingkal.
"Zeline," panggil Papa Kemal membuat Zeline mengakhiri tawanya.
"Iya Pa?"
"Papa mau bicara sebentar," jawab Papa Kemal menghampiri Zeline dan Keano.
Zeline merubah posisi duduknya 90 derajat kearah Papanya.
"Papa tidak ingin kamu mengikuti festival musik itu," jelas Papa Kemal dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
KIN
Teen Fiction[perfect cover: by UnicornGraph] [PLAGIATOR SILAHKAN MENJAUH] [Privat acak; follow author dulu untuk full version] Takdir yang menuntunku menemukanmu bukan? Lalu kenapa aku terluka? "Aku memendam, tapi aku mengerti. " ~ Kin Altezza "Aku tau, tapi...