Dag dig dug

1.3K 145 106
                                    

Sudahlah, yang harusnya terjadi, biarlah terjadi sesuai alurnya.
————

Bantu periksa typo guys.

Subuh ini Alina bangun dengan cepat, malam ini gadis itu benar-benar tidur dengan nyenyak. Semuanya tampak bersahabat dengannya. Bahkan, semalam saat ia pulang, semua anggota keluarga sudah tidak ada yang menampakkan batang hidungnya. Entah sudah tidur, atau kemana, Alina tak peduli. Yang terpenting ia terbebas dari sidang malam ini.

"Selamat pagi dunia," ucapnya sembari merenggangkan otot-ototnya yang terasa agak kaku.

Gadis berkulit putih itu segera beranjak ke kamar mandi, karena ia bangun awal, sebelum sholat ia terlebih dahulu mandi. Sedangkan biasanya kalau ia bangun agak terlambat, ia akan langsung wudhu dan tidak mandi terlebih dahulu.

Alina sendiri heran, mengapa hari-hari ini dirinya selalu bangun awal tanpa bantuan alarm bernyawa bernama Ilham. Tapi tentunya Alina sangat senang, sedikit demi sedikit sudah ada perubahan pada kebiasaan buruknya.

Selesai sholat subuh, Alina beranjak ke dapur.

"Pagi Bi, masak apa?" sapa Alina kepada asisten rumah tangganya.

"Eh, non Alin. Ini Bibi masak ikan Gurame, ada apa non, tumben ke dapur?" tanya bi Asih heran. Pasalnya, baru kali ini majikan mudanya menyapanya pagi-pagi di dapur.

"Mau bantuin Bibi, ini bawang merahnya diiris-iris gitu, Bi?"

"Eh, ndak usah, Non. Biar Bibi aja. Nanti tangan Non Alin kotor, loh."

"Kan bisa dicuci, Bi."

Akhirnya bi Asih membiarkan Alina membatunya. Toh, dilarang pun percuma. Dengan ragu-ragu bi Asih memberikan pisau dan juga bawang merahnya kepada majikan mudanya itu.

"Hwaaahhh, kok pedes, sih, Bi," ucap Alina sambil meletakkan pisaunya. Gadis itu mengibaskan tangannya didepan matanya yang terasa perih. Bi Asih langsung mengambil talenan yang berisi bawang merah itu dan menjauhkan dari majikan mudanya.

"Ya, memang begini, Non."

"Nggak jadi deh, Bi. Lain kali aja Alina bantu Bibi," ujarnya lalu melenggang pergi ke luar dapur. Bi Asih hanya bisa tersenyum melihat tingkah majikannya.

°°°

Pagi ini aku bingung mau ngapain. Setelah gagal membantu bi Asih di dapur, akhirnya aku memilih menonton televisi. Televisi menyala, menayangkan acara yang di sukai anak-anak sepanjang masa. Dari jaman aku masih kecil, sampai segede gorila, tokoh di acara ini tetep aja nggak gede-gede. Siapa lagi kalo bukan Upin dan Ipin.

Sedang asyik-asyiknya haha hihi liat tingkah bocah-bocah kecil itu, tiba-tiba aku merasakan sofa yang aku duduki sedikit bergerak. Ada yang duduk di sampingku.

"Ekhem."

Aku nggak denger. Aku nggak nengok. Bodo amat.

"Ekhem, ekhem"

Lari, nggak. Lari, nggak. Lari, ngg...

The power Of Jodoh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang