Jam menunjukkan pukul 22.46 WIB dan Naina masih setia terjaga dalam lamunannya, sesekali ia tersenyum mengingat kejadian beberapa waktu lalu, lebih tepatnya saat Lendra mengembangkan senyum pada nya. Masih terlihat jelas dalam memorinya bahwa Lendra yang memuji sahabatnya, ada sedikit rasa cemburu yang bergelantungan di hatinya. Namun buru-buru ia tepis perasaan itu, karna tidak mungkin Lendra mencintai sahabatnya, Felice.
"Argghhh Lendra! Lo kenapa sih suka banget porak porandain ni hati!! Gua jadi sulit tidur kan jadinya" Teriak Naina yang mulai kesal dengan dirinya, kenapa senyum Lendra sangat berpengaruh pada perasaanya? Untung saja kamarnya didesain kedap suara, jadi ia tak tanggung tanggung untuk berteriak sekencang apa.
"Bodoamat lah!! Cape gua gini mulu, mending gua tidur" Gerutunya dengan mengubah posisi awalnya yang duduk menjadi tidur di ranjang king size nya.
Lambat laun, matanya mulai terasa berat sampai akhirnya ia memasuki alam mimpi yang ia tunggu sedari tadi.
🌸🌸🌸🌸
"Naina!! Bangunn! Udah siang! " Teriak seorang wanita paruh baya yang membuka pintu kamar Naina dengan tangan kanan membawa spatula.
"Naina!! Udah jam setengah 7! " Karna merasa kesal dengan tingkah Naina yang malah enak enakkan diatas ranjang, wanita tadi langsung membuka tirai jendela dikamar Naina yang membuat sinar matahari masuk ke cela2 kamar Naina.
"Mama!!! Naina cape" Ujar Naina dengan nada serak nya khas bangun tidur.
"Bangung gak! Udah jam setengah tujuh Naina yaTuhan! " Kesal Vita, mama Naina.
"APAA!! Aaaaaaa
Gubrakk
Sangking terkejutnya, Naina langsung melompat dari ranjang. Namun naas, kaki Naina belum cukup siap untuk menopang tubuhnya dilantai hingga akhirnya ia terjatuh tepat di depan mamanya.
" Yatuhan Naina, kamu kenapa sih haa! Masih pagi udah bikin ribut" Bukannya dibantu, Vita malah menceramahi Naina karna sifatnya yang ceroboh.
"Aaaa Mama! Ceramahnya nanti aja ya Naina mau mandi dulu papay! " Sahut Naina yang sekarang sudah didalam kamar mandi.
Vita hanya menggelengkan kepalanya pelan, putrinya itu memang benar benar tidak berubah.
Setelah beberapa menit dikamar mandi, Naina mulai melangkahkan kakinya keluar dan tidak mendapati mamanya didalam kamar.
"Mama tu kenapa sih tiap pagi harus tereak tereak mulu, cape kan kuping kesayangan gua ini, maaf ya kuping kamu jadi gak fresh lag... "
"Naina!!! Udah jam 7! " Belum saja Naina menyelesaikan gerutuannya, Ayahnya sudah teriak terlebih dahulu.
Cepat cepat Naina memakai sepatu vans hitam dan tak lupa ia memakai jaket jins armynya. Setelah selesai, ia mulai keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Sesampainya di ruang makan, Naina mendapat ceramah dari Vita.
"Naina! Kamu bisa gak sih kalau bagun itu pagi. Kamu itu cewe, bentar lagi mau lulus SMA pula. Rubah sikap ceroboh kamu itu lho. Mama gak habis pikir, disekolah berprestasi, tapi dirumah ceroboh nya gak ketulungan. Besok lagi mama gak mau bangunin kamu. Kalau telat yaudah berangkat naik angkot, gak usah ikut Ayah" Ujar Vita panjang lebar. Padahal sebentar lagi Naina akan berusia 18 tahun. Tapi sikapnya masih seperti anak usia 10 tahun.