Bab 02 | Jimin's letter

251 33 0
                                    

Untuk sahabat sementaraku, Kim Taehyung.

Hai, Taehyung...

Ini aku, Park Jimin. Sahabatmu walau hanya sementara. Tapi, jangan membuat kenangan kecil kita menjadi sementara. Ingat selalu kenangan kecil kita selama menjadi sahabat sementara.

Tae, bunda dulu memarahiku karena tidak menjaga adik dengan benar. Kami berkelahi tentang siapa yang akan paling cepat menghabiskan makan. Adikku marah karena kalah dan berlari keluar rumah. Saat itu, adik berlari dengan kencang. Saat itu juga adik pergi ke rumah Tuhan karena mobil yang tak bertanggung jawab menabrak tubuh adik.

Harusnya, aku menolongnya, Tae. Menjadi pahlawan untuk adikku. Tapi, Tuhan lebih rindu adik. Esoknya setelah kepulangan adik, bunda marah padaku. Saat itu, ayah membelaku mati-matian. Hingga kata-kata 'cerai' keluar dari belah bibir cantik bunda. Akhirnya, kami tinggal berpisah.

Kau tahu, Tae, apa yang selanjutnya terjadi. Bunda, dia bunuh diri. Ingin bersama adik katanya. Lagi-lagi, aku tidak bisa menjadi pahlawan dengan mencegah tindakan konyol bunda saat itu.

Saat aku melihatmu, aku berpikir. Haruskah aku menjadi pahlawanmu, memberimu semangat atau menghiburmu untuk bisa terus semangat dalam pengobatan. Melihatmu tak bersemangat membuatku berpikir, kau ingin segera mati saja. Maka saat itulah aku memberimu semangat. Aku dapat melihat sedikit harapan dan semangat di bola matamu itu, Tae.

Kau pasti berpikir, aku sangat bersemangat untuk sembuh, kan. Padahal jawabannya, tidak. Aku sungguh lelah, merasa penat, merasa gagal. Gagal menjadi segalanya. Rindu bunda dan adik.

Setelah kupikir, aku selamanya tak akan bisa mengembalikan bunda ataupun adik. Apalagi menjadi pahlawan untuk bunda atau adik. Karena mereka sudah tenang, tenang bersama Tuhan di surga.

Tae, aku sudah pernah bilang padamu bukan, untuk berdetak bersama-sama?

Aku, akan menepati janjiku itu. Selanjutnya, mari berdetak bersama-sama.[]

[√] EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang