Part 4

16 3 0
                                    

Pagi ini Alice sarapan bersama ayahnya sebelum memulai aktivitasnya di kampus.

"Setelah selesai dengan urusan kampus, aku ingin mengunjungi Ibu" ujar Alice disela kegiatan makannya.

"Apa perlu Ayah antar?" tanya Arthur

"Tak perlu, selsaikan saja urusan Ayah di kantor. Aku bisa sendiri" balas Alice sembari menampilkan senyumnya

"Baiklah" tandas Arthur.

¤¤¤


Alice sedang membaca buku dibangku taman samping kampus sambil ditemani hembusan angin yang menggoyangkan rambutnya saat seorang
tiba-tiba mengambil tempat duduk disebelahnya.

"Apa kau membeli minuman di segitiga bermuda? Lama sekali" omel Alice tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

"Maaf?" Merasa aneh dengan suara yang ia kira Lucy yang berada disebelahnya, Alice sontak menoleh dan menemukan pemuda yang kemarin berada disampingnya.

"M..maaf. Aku kira kau sahabatku" sesal Alice disertai gugup.

"Maafkan aku mengejutkanmu. Hmm apa boleh aku duduk disini?" tanya pemuda itu sembari menatap mata Alice.

"B..boleh. Tentu saja boleh. Inikan tempat umum. Semua orang bisa sesuka hati disini dan sesuka hati pula ia pergi" setelah mengatakan itu Alice pergi dari taman.

"Hey kenapa kau selalu pergi jika dekat denganku?" teriak Devian diacuhkan begitu saja oleh Alice.

"Kenapa dia selalu muncul didepanku?" batin Alice.

S

aat memasuki kelas, Alice segera duduk ditempatnya. Tak lama Lucy menghampiri sambil bertanya penuh godaan.

"Entah mataku yang salah lihat atau kau memang berada ditaman bersama Devian tadi?" Lucy sengaja mengerlingkan matanya.

"Itu salahmu sendiri kenapa membeli minum lama sekali, sehingga aku diganggu olehnya" jawab Alice datar.

"Jika menurutmu itu adalah gangguan, aku bersedia diganggu setiap saat olehnya" mata Lucy seakan memuja sambil membayangkan sosok Devian.

"Sialnya aku memiliki sahabat aneh sepertimu" Disertai dengusan darinya.

"Kau yang aneh Alice, seluruh kaum hawa di kampus ini menyukai Devian" ujar Lucy

"Kecuali aku. Tolong garis bawahi kalimat itu" potong Alice sebelum Lucy mengoceh kembali.

"Apa jangan-jangan..." perkataan Lucy seakan menyelidik.

"Jangan-jangan apa?" Curiga akan kalimat yang selanjutnya Lucy ucapkan, Alice bertanya demikian.

"Kau..Kau.. Kau lesby? Alias penyuka sesama jenis?" teriak Lucy membuat Alice melotot dan langsung membungkam mulut sahabatnya itu. Pasalnya mereka sedang berada di kelas dan kini beberapa anak memusatkan perhatian kepada mereka berdua.
Setelah dirasa aman, Alice melepaskan tangannya dari mulut Lucy.

"Kau gila? Kau bisa saja menggemparkan seluruh sekolah dengan opini konyolmu itu Lucy!" tampak Alice menahan amarahnya

"Lagian hanya kau yang berbeda tau" cicit Lucy kemudian.

"Aku hanya sedang tak ingin terlibat dalam perasaan apapun. Kau tau sendiri apa sebabnya bukan? Aku ingin fokus terhadap masa depanku. Aku ingin fokus mencari petunjuk keberadaan mereka. Aku ingin hidup tanpa teka teki Lagi Lucy" ucap Alice panjang lebar berharap Lucy mengerti. Tapi..

"Oh bagaimana kalau aku mendekatkanmu dengan Devian. Kurasa itu ide bagus" semangat Lucy tak mempengaruhi Alice.

"Lucy, sudah ku bilang aku tak ingin ada apa-apa dengannya ataupun dengan siapapun. Dan itu sudah keputusanku"

"Apa kau masih berharap dia kembali, Alice?" tanya Lucy to the point.

"Ya. Dan aku yakin harapanku akan terwujud" ucap Alice.

¤¤¤

S

etelah pulang dari kampus, Alice mengunjungi ibunya.

"Aku rindu bu" Alice manatap nanar kedepan.

"Ayah dan aku baik-baik saja jadi ibu jangan khawatir. Ayah tidak bisa datang karena ada pekerjaan dikantornya"

helaan napas Alice terdengar seraya kembali melanjutkan

"Ibu tahu? Mereka berdua belum juga kembali. Sangat menyebalkan menunggu mereka berdua. Mereka tidak tahu menunggu hal yang tidak pasti itu sangat menyakitkan"

"Ibu tenang saja. Jika mereka kembali, akan ku pukul kepala mereka berdua" hanya tawa singkat serta hambar yang dapat Alice berikan selanjutnya.

"Aku pergi dulu bu. Nanti aku kembali dengan kisah yang berbeda" tangannya terulur mengelus batu nisan didepannya. Menaburkan bunga pada makam tersebut. Tempat peristirahatan terakhir ibunya. Sarah.L William

Saat perjalanan pulang dari pemakaman, Alice manatap kalung yang selama 5 tahun sudah bertengger setia di lehernya. Kalung dengan 3 bandul lempengan tembaga berukuran sedang bertuliskan nama-nama anggota timnya dulu.

"Kalian pergi tak membawa serta kenangan ini"

~~~
"Akhirnya kita mendapatkannya juga" ucap lelaki berambut agak kecoklatan kepada kedua sahabatnya.

"Iya. Setelah sekian lama aku menanti dan sekarang aku memiliki identitasku di kantor ini"  jawab si gadis.

"Aku akan menjaganya" Ujar Si lelaki yang memiliki surai dan iris berwarna hitam.

Mereka menggenggam kalung berbeda bertuliskan nama mereka masing-masing.

"Tim kita sangat hebat" ucap Si lelaki beriris hitam tersebut.

Tiba-tiba si lelaki berambut kecoklatan menarik kedua sahabatnya itu untuk berpelukan dan merekapun tertawa bahagia.



























Tinggalkan Jejak, please🙏

The Cracked Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang