Part. 15

16.4K 1.1K 174
                                    

Sabtu pagi, tampak Erik tengah menyapu teras tanah rumahnya. Dengan hanya menggunakan kaos dalam dan sarung kotak-kotak merah. Sedangkan Tara sibuk di dapur, membuat nasi goreng untuk sarapan hari ini.

"Eeekk..hheek...," suara tangisan Yusuf terdengar dari kamar. Tara mengecilkan api kompor, setengah berlari Tara mengangkat Yusuf dari ranjang dan membawanya ke dapur. Karena memasak nasi gorengnya tanggung, tinggal memasukkan garam dan daun bawang, jadi inilah yang Tara lakukan.

Membuka tiga kancing bajunya, mengeluarkan pabrik asi sebelah kiri dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menggendong Yusuf. Jadilah Tara mengaduk-aduk nasi goreng sambil menyusui Yusuf. Ibu yang luar biasa cerdas. Tara mengintip sebentar keluar dari jendela. Alhamdulillah pamannya tengah asik menyapu teras depan yang penuh dengan daun jambu air yang berguguran.

"Tumben belum berangkat ke kebun karet."  Tara bermonolog, lalu mengambil garam sesendok dan menaburkannya di atas nasi goreng yang hampir jadi. Dengan tubuh bergoyang-goyang menimang Yusuf yang sedang menyusu, Tara tak sadar jika suaminya masuk ke dapur untuk menaruh sapu ijuk yang ia gunakan tadi.

"Astaghfirulloh!" pekik Erik kaget, melihat pabrik asi yang sedang dikenyot bayi.

"Ehh, Apih." Tara tidak kalah kaget langsung berbalik, memunggugi Erik. Wajahnya merah menahan malu.

"Kamu ngapain nyusuin sambil gendong Yusuf gitu, ntar kalau dia jatuh gimana? Bisa dimatikan dulu kompornya, Ra, nyusuin dulu, baru lanjut lagi masaknya."Erik panjang kali lebar mengomeli Tara, dan dalam sejarah hidup Tara, baru kali inilah Erik berbicara banyak kata.

"Saya normal lho Ra, jadi jangan mancing-mancing," ucap Erik sambil mencuci tangan dan kakinya, tanpa melihat Tara, namun mulutnya masih saja mengoceh.

"He he ... iya Paman, saya minta maaf. Janji deh gak begini lagi." Tara menyeringai, dadanya telah tertutup rapi. Erik mengambil Yusuf dari Tara membawanya ke depan melihat ayam Mbok Minah dan kelinci Fia, yang baru saja dibelikan Erik.

Tara melanjutkan merapikan meja makan, menyiapkan nasi goreng beserta teh hangat, tak lupa bakwan goreng sebagai pelengkap.

"Apih, saya mandi dulu ya. Nitip Yusuf dulu," ucap Tara dari depan pintu.

"Mau saya temani ndak?" ucap Erik sambil melirik sekilas Tara. Tara mengepalkan tangannya, sebal. Erik mengulum senyum melihat Tara sudah berbalik dan berjalan menuju kamar mandi.

"Beraninya pas saya lagi tidur saja, curang!" gumam Erik sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Kini mereka tengah duduk di bawah beralaskan tikar, menikmati sarapan bersama. Fia juga sangat menyukai nasi goreng buatan mamanya.
Tara memakai baju daster selutut yang dibelikan Erik, bewarna hijau. Erik memperhatikan Tara dengan seksama. "Sangat cantik istriku," pujinya hanya di hati.

"Saya baru tahu, kalau nasi goreng susu rasanya seenak ini," celetuk Erik sambil melirik ke arah Tara.

"Enakkan? belum tahu aja kalau langsung susunya lebih ...."

"Taraaaaa ... jangan mulai!" potong Erik menekan suaranya.

"Hahahaha," tawa Tara menggema. Fia yang duduk diantara mereka hanya senyum-senyum, tanpa mengerti pembicaraan keduanya.

"Kita jalan-jalan yuk, ke kebun binatang." ajak Erik pada Tara.

"Lihat hewan ya, Apih?" tanya Fia antusias.

Erik mengangguk. "Fia mau ikut?"

"Mau." Fia melahap habis nasi gorengnya. Menanti tak sabar segera pergi ke kebun binatang.

"Istriku yang cantik, siap-siap dulu, sana!" titah Erik pada Tara, yang diikuti anggukan Tara.

"Apih tidak ke kebun karet?" tanya Tara saat mereka ada di bis menuju kota untuk selanjutnya ke kebun binatang. Tara memangku Yusuf, sedangkan Erik memangku Fia.

Aku dan Teman SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang