Lorong Harapan

18 0 0
                                        

Hari masih terlalu pagi untuk mereka yang beraktifitas di gedung-gedung pencakar langit. Mereka yang bekerja dengan duduk manis di dalam ruangan yang sejuk. Mereka yang pakaiannya berhias dasi hampir setiap hari. Sebagian besar mereka pasti masih tertidur pulas di kasur empuk nan nyaman.

Tidak untuk Zakir dan sebagian teman seprofesinya yang lain. Terlambat bangun sebentar saja, kemungkinan mereka untuk mendulang pundi-pundi rupiah akan semakin berkurang. Hal itu akan berimbas pada kehidupan mereka keesokan harinya. Biaya cicilan yang semakin memasuki tenggat waktu, biaya pendidikan anaknya, belum lagi persediaan beras yang kian menipis. Semakin hari, hidup orang-orang seperti Zakir akan semakin berat jika mereka tidak benar-benar bekerja keras.

"Ayah."

Lelaki paruh baya itu menoleh ke arah anak perempuannya yang tanpa sengaja terbangun karena suara berisik.

"Kenapa bangun? Tidur lagi aja, ayah lagi siap-siap mau pergi kerja."

Zakir melangkah kearah anaknya yang terduduk dengan wajah mengantuk. Di Rumah ini, mereka tidur dengan hanya beralaskan kasur usang. Ruangan kecil itu harus menampung Zakir, istrinya, dan kedua orang anaknya.

"Aku mau anterin ayah sampai berangkat kerja." Kata Rani, putri bungsu Zakir dengan wajah kantuknya.

"Ya udah ayo ke Depan, ayah udah mau pergi." Zakir menggendong anaknya keluar dari kamar tidur  menuju pintu rumah.

Diturunkannya Rani di hadapannya. Ia menunduk, dipandanginya Putri semata wayangnya itu. Baru saja kemarin sore ia mendapat teguran dari sekolah untuk segera melunasi uang bulanan anaknya. Tekadnya hari ini semakin kuat untuk pergi bekerja.

"Ayah pergi dulu ya." Diciumnya kening Rani.

Setelah menutup pintu rumah, Zakir mulai mengayuh sepeda menuju tempat kerjanya.

***

Zakir adalah satu dari sekian banyak porter bandara di salah satu ibukota Provinsi. Sebelum berkutat dengan pekerjaan utamanya, Zakir juga dipercaya oleh pihak bandara untuk mengurusi musholla yang ada di Bandara. Setiap hari sebelum bekerja menjadi porter, Zakir selalu membersihkan musholla.

"Pak Zakir udah dari tadi?" Suara Kinan mengejutkan Zakir yang sedang mengepel lantai.

Kinan juga salah satu porter yang bekerja di Bandara. Usianya masih sangat muda, ia terpaksa menjalani hidupnya yang sekarang karena kesalahan yang dibuatnya dimasa lalu. Semasa SMA, Kinan terjerumus ke dalam pergaulan bebas, alkohol, narkoba, seks. Hampir tak satupun kenakalan remaja yang ia lewatkan. Kinan berasal dari keluarga serba berada. Orang tuanya adalah salah satu pemilik multi corporate yang ada di Indonesia. Sampai pada suatu hari semua aset keluarga harus ludes dimakan penyakit yang menggerogoti ayahnya.

Sekarang Kinan bekerja sebagai porter di Bandara. Ia tidak punya pilihan lain. Ia harus menghidupi istri dan bayi di dalam kandungan istrinya yang juga merupakan imbas dari seks bebas yang dilakukannya pada masa lalu.

"Udah bapak kerjain semua? Maaf pak, salah saya datang terlambat jadi bapak yang harus menyelesaikan semuanya." Ucap Kinan merasa bersalah.

"Gapapa, Nan. Lantai di Dalam udah kering, kamu susun sajadahnya aja."

"Siap pak."

Pada saat ditawari untuk mengurusi musholla bandara, Zakir diberi kebebasan menunjuk satu orang lagi teman untuk membantunya. Zakir memilih Kinan karena saat itu pendirian Kinan untuk menjadi lebih baik masih sering goyah karena cobaan yang tak kunjung selesai menghampiri. Zakir mencoba membantu Kinan dengan memberikan pekerjaan tambahan untuk meringankan beban yang sekarang ditanggungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanah LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang