5

55 17 15
                                    

"Seok?" Yoongi memanggil seseorang yang sedari tadi mengintip dari balik tembok. Dan itu membuat Hoseok terkejut.

"Oh. Hyung."

"Kemana tadi kamu? Dirumah di cari tidak ada."

"A-ah. Keluar sebentar Hyung."

"Lalu kenapa kau tahu kami disini?"

"Ah, itu..."

Tiba-tiba saja, lengan Hoseok dirangkul oleh seorang gadis yang Yoongi cukup kenal.

"Oppa."

"Oh. Ara, kan?"

"Ya. Yoongi oppa, kan? Kita beberapa kali bertemu. Masa lupa." Kekeh Ara. Hoseok hanya menatap Ara dan kembali menatap Yoongi.

"Ah begitu. Oh ya, ruangan Taehyung di sebelah sana. Kata dokter dia masih dalam keadaan koma. Mungkin beberapa minggu lagi dia akan bangun. Aku mau membayar administrasi dulu." Yoongi menunjuk ruangan dengan pintu besar. Ara mengangguk mengerti.

Sepeninggalan Yoongi, Ara melepas rangkulan tangannya pada Hoseok. Yang sedari tadi hanya diam saja.

"Kau tau apa yang kau perbuat, Oppa?" Ujar Ara kesal.

"Kau tahu apa yang aku rasakan?"

"Ini bukan tentang perasaan lagi, Oppa. Kau hampir membunuh adikmu. Aku tak habis pikir kau sampai menyewa pembunuh bayaran untuk mencelakai Taehyung." Ara yang sudah malah meninggalkan Hoseok yang hanya diam ke arah ruang ICU.

"Apa maksudnya Seok?" Suara itu mengejutkan Hoseok. Jantungnya berdegup sangat cepat. Ia mengangkat wajahnya dan menemukan Namjoon tengah menatapnya.

●◦──────●◦●──────◦●

Suasana menjadi canggung. Hoseok sudah menceritakan apa yang Namjoon dengar tadi. "Kau sungguh keterlaluan Seok."

Hoseok semakin menundukkan kepala. Ia sudah merasa menyesal hingga ingin menangis saja.

"Pokoknya, kau harus minta maaf pada Taehyung nanti. Dan masalah Jiya, nanti aku akan mencari keberadaanya." Fii yang ada disitu mengangguk setuju.

"Kau tidak sengaja memberikannya alamat website itu, kan?" Tanya Fii menyelidik.

"Tidak. Aku benar-benar hanya ingin memberitahunya bahwa ada situs semacam itu. Aku juga tidak tahu, kalau Jiya berada di dalamnya. Percayalah padaku." Jelas Hoseok. Namjoon mengangguk mengerti.

"Baiklah. Aku percaya. Ingat. Kau harus memberitahu Yoongi hyung juga."

"Baiklah. Aku harus menerima konsekuensinya."

Beberapa minggu sudah terlewati. Hoseok sudah memberitahu Yoongi dan akhirnya mendapatkan tamparan keras. Dan juga akhirnya Taehyung pun sadar. Saat membuka matanya, sudah ada Melissa, Yoongi, dan Fii di hadapannya.

"Oh. Kalian. Aku kenapa? Kepalaku pusing sekali." Ujarnya sambil mengambil posisi duduk.

Dengan cepat Yoongi menahannya untuk tetap berbaring. "Berbaringlah, Tae. Minum air ini dulu." Melissa memberikan segelas air putih. Taehyung pun meminum airnya dengan perlahan. Dan kemudian membaringkan kembali tubuhnya.

Sejak sadarnya Taehyung, kelima orang itu belum bisa memberitahu yang sebenarnya hingga Taehyung benar-benar sembuh.

Taehyung menjalani pemulihan hingga dua minggu sebelum akhirnya ia diperbolehkan pulang.

"Noona." Panggil Taehyung.

"Hmm?"

"Kenapa semuanya seperti menyembunyikan sesuatu padaku?"

"Menyembunyikan apa? Hanya perasaanmu saja."

"Serius?"

"Ah aku ingat. Yoongi tak sengaja memakai boxermu saat kau masih koma. Oops. Yoongi bilang tidak boleh memberitahumu." Taehyung terkekeh dengan lelucon Melissa.

Dari arah pintu, terlihat Yoongi yang sudah melipat tangannya di dada.

"Kau ingkar janji, Mel. Kemari kau." Melissa pun menghindari Yoongi saat laki-laki itu ingin menangkapnya. Taehyung yang melihat pasangan itu pun tertawa terbahak.

"Hei. Kalau mau pacaran jangan disini. Ayo pulang." Ujar Namjoon yang akhirnya berhasil membuat pasangan itu berhenti.

Yoongi pun menenteng tas yang berisi baju Taehyung dan juga peralatan yang Taehyung gunakan selama di rumah sakit untuk menghilangkan kebosanannya.

Lima hari sudah Taehyung dirumah. Namun, ia tak melihat Hoseok. Begitupun saat ia tersadar waktu itu.

Tiba-tiba saja, terdengar suara ketukan dari arah pintu. Perlahan pintu itu terbuka dan muncullah wajah Hoseok yang tampak pucat.

"Taehyung-ah. Apa aku boleh masuk?" Tanyanya. Taehyung yang tengah memikirkannya pun tersenyum dan mengangguk. Hoseok pun masuk dan duduk di pinggir ranjang Taehyung.

"Aku ingin memberitahumu sesuatu." Ujar Hoseok. "Kau boleh membenciku setelahnya."

Ucapan Hoseok itu membuat Taehyung bingung. "Sebenarnya, aku yang membuatmu seperti ini."

"Maksudnya?"

"Aku menyewa pembunuh bayaran untuk mencelakaimu." Taehyung terbelalak. Ia tak percaya bahwa kakak yang paling dekat dengannya bisa setega ini untuk mencelakainya.

"Aku minta maaf, Taehyung-ah. Ini karena perasaanku pada Jiya yang belum hilang. Dan berfikir kau tidak bisa menyayanginya setelah Jiya pergi ke LA. Aku tahu kau ada hubungan dengan sekertarismu." Taehyung terbelalak.

"Hyung. Dia hanya pelampiasanku saja. Perasaanku pada Jiya masih sama."

"Ah. Aku harus beritahu kau ini. Aku melihat kau sering sekali berkunjung ke situs yang ku beritahu tempo lalu."
Taehyung mengangguk. Tidak bisa dipungkiri, situs yang diberitahu Hoseok membuatnya bisa melepaskan penatnya.

"Kau tahu, gadis yang diikat itu siapa?"

"Tidak. Tetapi gadis itu terlihat familiar."

"Itu Jiya, Tae."

Taehyung terbelalak saat mengetahui berita itu. Ia tak habis pikir, bahwa gadis yang selalu ia dan komentator disana siksa dan lecehkan ternyata adalah kekasihnya. Park Jiya.

●◦──────●TBC●──────◦●

Into The Deep WebTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang