Lima

132 26 9
                                    


















Minggu terakhir di bulan Mei. Lena benar-benar datang ke acara reuni itu. Sekedar menemui teman-teman lamanya dan pastinya Malvin. Meskipun sampai detik ini ia tidak tahu apa laki-laki itu akan datang atau tidak. Tidak terlalu penting sebenarnya. Tapi jujur Lena merindukannya.

Lena turun dari boncengan motor milik temannya. Alania Kianti Divanisa. Sahabat masa sekolah dasarnya dulu. “sini helmnya na,” pinta Alania

Tampa jawaban Lena langsung saja memberikan helm hitam yang sudah ia lepaskan tadi. Memberikannya pada Alania dengan senyum hangatnya. Sejenak Lena melihat café yang mereka datangi hari ini. Samar-samar ia mendengar beberapa orang bercengkrama di luar sana. Menandakan jika mungkin teman-temannya sudah cukup banyak yang datang.

“yuk na,” ajak Alania dan berhasil membuyarkan lamunan Lena

Lena mengangguk merespon ucapan temannya itu. Mereka pun berjalan beriringan. Menuju café yang menjadi tujuan mereka. Mendadak Lena merasakan ada hal menggelikan di perutnya. Membuatnya sedikit gugup sampai ia harus sesekali menghela nafas.

Tring

Suara bel berbunyi. Bersamaan dengan pintu yang terbuka. Alania yang membukanya. Di ikuti Lena yang memilih berjalan di belakang gadis berambut panjang itu. Sorot mata gadis itu berkeliling. Sekedar melihat dimana letak semua temannya berada.

“Alania!! Lena!! sini!!” panggil seorang gadis yang kini duduk di salah satu meja di café itu

Lena menoleh. Menemukan gadis yang tidak lain adalah teman lamanya pula. Yuna. Ia duduk bersama beberapa anak disana. Tapi cukup membuat dadanya mendesir. Terlebih ketika seorang laki-laki menemukan keberadaannya. Malvin. Ia mendongak setelah memainkan ponselnya dan menatap Lena yang berjalan ke arah meja mereka.

Lena kembali menghela nafas panjang. Senyumnya tersungging hangat untuk semua temannya itu. Sembari menjabat satu persatu tangan mereka. Mengikuti Alania yang juga melakukan hal yang sama. Jangan lupakan pula bagaimana wajah canggung Lena ketika harus tersenyum pada Malvin yang membalas senyumnya.

Lena mengikuti Alania lagi. Menuju dua bangku tepat di sebelah Malvin yang masih kosong tidak berpenghuni. Sayangnya kesialan menimpa Lena hari ini. Lena duduk tepat di sebelah Malvin. Tepat setelah Alania memilih duduk di sebelah Yuna.

Lena menghela nafasnya lagi. Di bukanya sling bag putih yang ia pangku itu. Sekedar mengambil ponselnya. Sekedar pula memainkan ponsel untuk menetralkan dirinya yang cukup gugup di tempatnya.

“Lena.”

Untuk pertama kalinya suara itu memanggil nama Lena. Lena menoleh. Menatap Malvin yang kini tengah tersenyum manis padanya. “hai, lama enggak pernah ketemu ya?” lanjutnya.

Lena hanya bisa mengangguk kecil. Sembari memasang senyum hangatnya. Sungguh ia tidak bisa berkata-kata lagi. “lu apa kabar?” tanya Malvin lagi.

“b-b-baik, lu sendiri?” tanya Lena balik.

“baik juga,” balas Malvin dengan senyumnya lagi.

Lena tersenyum hangat kembali. Sekedar membalas senyum milik Malvin itu. Setelahnya mereka saling berdiam diri. Malvin mengetuk-ngetuk telunjuknya pada meja kaca di hadapannya. Sekedar mencari topik yang terasa sulit untuk ia dapatkan saat ini. Sementara Lena mulai kembali  memainkan ponselnya. Sembari menghela nafas panjang.

“Len–“

“hai hai!! Ini udah pada dateng semua kan? kita mulai aja ya acaranya!!”

***

Acara berakhir begitu cepat. Bahkan sampai Malvin tidak sempat berbicara banyak dengan Lena selain di awal pertemuan mereka. Malvin keluar dari café itu sejenak. Sekedar menghirup udara malam. Sembari menunggu teman-temannya selesai berfoto di dalam. Pandangannya berkeliling sejenak. Melihat betapa luasnya parkiran depan café itu. Sampai ia berhenti pada satu titik. Lena.

Malvin berlari kecil mendatangi Lena yang berjalan menuju café. Lena baru saja kembali dari motor Alania. Ia mengambil barang temannya itu yang tertinggal di bagasi motor. Jadi mau tidak mau Lena harus mengambilkannya. Lagipula Lena ingin keluar sejenak tadi.

“Lena,” panggil Malvin pada gadis yang tengah berjalan sambil menunduk itu.

Lena mendongak. Ia juga menghentikan langkahnya. Dan menemukan Malvin yang kini berjalan mendatanginya. Jantungnya kembali berpacu. Membuat Lena harus mengehela nafas panjang lagi dan lagi.

“lu ngapain?” tanya Malvin setelah berdiri di hadapan gadis itu.

“g-g-gue habis ngambil itu, barangnya Al. Lu sendiri?” tanya Lena balik.

Bukannya menjawab Malvin malah tersenyum kecil. Ia lalu menjawab tampa dosa, “nyamperin lu.”

“nyamperin gue? Buat apa?” tanya Lena lagi.

“mau ngobrol aja,” jawab Malvin tampa melepaskan senyumannya.

Lena mengangguk mengerti. Di tatapnya Malvin sejenak. Meskipun itu tidak lama. Jantungnya sedikit tidak toleran jika masih berhubungan dengan Malvin. “mau ngobrol apa?”

“lu enggak kangen gue?” tanya Malvin spontan, dengan wajah seriusnya.

Lena membulatkan matanya. Di tatapnya Malvin yang kini kembali tersenyum tampa dosa itu. Lena tertawa kecil sejenak. Apa ini sebuah lelucon yang di buat Malvin.

“apaan sih vin? Enggak jelas banget.”

Malvin meghela nafas panjang. Ia lalu bertanya lagi, “gue serius kali na, lu kangen gue enggak?”

“kalau kangen kenapa kalau enggak kenapa?” tanya Lena.

Ia masih menganggap Malvin masih mencoba membuat lelucon khas reuni. Tapi jika boleh jujur Lena memang merindukannya. Sungguh.

“yaa enggak apa-apa sih.” Malvin menjeda ucapannya sejenak. Senyumnya kembali tersungging. Menambah estetika wajah manis Malvin di malam ini.
































“gue kangen lu soalnya.”

***





























Tbc.

Next part itu epilog yang artinya book ini akan segera usai :" 😢

Jangan lupa votementnya temen temen 😍
See ya🍑
yeolki_

#1 Hey You | Song Minjae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang