Tiga

166 29 19
                                    

















Lena masih memainkan ponselnya. Di lihatnya kembali ruang obrolan yang sedari tadi ia tunggu perkembangannya. Ini sudah dua hari setelah pemberitahuan mengenai reuni. Tapi tidak satupun nama baru muncul disana. Lena sempat heran. Apa memang laki-laki itu tidak tahu tentang ini atau memang ia belum masuk dalam grup ini.

Lena menghela nafasnya panjang. Rasanya percuma saja menunggu nama itu muncul diantara setumpuk daftar nama teman-teman sekolahnya dulu. Bisa saja bukan, jika Malvin belum masuk ke dalam grup ini. Tidak ada jaminan laki-laki itu sudah ada disini. Karena memang masih ada beberapa orang yang belum berada di dalamnya.

Lena menggulirkan layarnya. Sekedar melihat satu profil milik teman sekolahnya dulu. Sekedar memastika apa sosok yang ia cari memang ada. Dan–

“eh ini kok?” ujarnya sembari menyipitkan matanya

Membuat lengkungan kecil berbentuk bulan sabit di wajah Lena. Rasa penasaran dan senang bercampur padu tampa batasan. Tapi itu berakhir begitu saja. Ketika ia tahu siapa si pemilik akun yang sempat Lena lihat tadi. Yang sempat pula membuat degub jantung Lena memompa beberapa detik.

“gue pikir siapa,” ujarnya lagi

Lena kembali menggulirkan layar ponselnya. Melakukan kegiatan yang sama sampai ia merasa bosan atas aktivitasnya sendiri. Lena menghela nafasnya panjang. Lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Kedua matanya memandangi langit-langit kamarnya. Mulai menerawang jauh ke dunia nostalgianya.

Lena benci menunggu. Dan ia benci menunggu Malvin yang entah kapan bisa ia temui lagi.

***

Malvin maju ke depan podium. Sekedar menuruti permintaan semua orang yang meminta dirinya maju kedepan. Hanya untuk melakukan hukuman yang seharusnya ia terima. Dengan tawa kecil Malvin mengambil microfon yang di sodorkan padanya. Seperti biasa pula Malvin akan mengakhiri tawa itu dengan senyumnya. Cukuplah untuk membuat Lena Clandia Agustina kejang-kejang.

“kenalan dulu vin, takutnya anak-anak lupa sama lu,” ujar si pembawa acara yang tidak lain adalah teman Malvin pula

Malvin tertawa lagi. Dan sekali lagi cukup berhasil membuat jantung satu gadis diantara segerombolan gadis di depannya berdesir. “hai, nama gue Malvinano Agustian Putra Gunawan. Anak pak Gunawan yang suka kalian panggil kacang nano-nano dulu pas jaman SD.” Ujarnya memperkenalkan diri

Semuanya tertawa kecil. Tentu saja mereka semua ingat itu. Bahkan ketika panggilan kacang nano-nano cukup terngiang di ingatan mereka semua. Tidak terkecuali Lena yang duduk diantara para gadis. Ia tertawa. Bahkan tidak bisa menahan tawanya. Sedikit membuat Malvin tersenyum kecil sampai ia memilih menatap si pembawa acara.

“jadi gini nih vin, sama kaya sebelumnya nih. Lu pilih apa truth or dare?” tanya si pembawa acara bernama Dani

“truth aja deh. Lebih seru kayanya,” Jawab Malvin santai

Dani mengangguk kecil. Sembari memasang senyum liciknya dan melihat selembar kertas berisi tumpukan pertanyaan yang akan diajukan. “anak-anak pasti penasaran nih, siapa sih cewek yang lu suka pas SD dulu? Jawab jujur ya vin.”

Malvin diam sejenak. Ia melihat seluruh teman-teman sekolah Malvin dulu dengan senyum khasnya.

“Lena.”

***






































Tbc.
Hati? Masih aman kah? 😂
Aman? Aman? 😂

Jangan lupa vote dan commentnya temen-temen 😍
See ya🍑
yeolki_

#1 Hey You | Song Minjae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang