PROLOG

1.1K 8 0
                                    

Apa yang muncul pertama kali di pikiran kalian saat menonton film dewasa atau film porno? Apakah kalian merasa yakin kalau mereka benar-benar melakukan sex?

Aku Reina. Belum lama ini aku mendapat tawaran untuk membintangi sebuah serial Amerika bergenre Romance, namun dengan sedikit sentuhan dewasa. Pada awalnya aku terkejut ketika pertama kali membaca script. Di mana di pertengahan episode tokoh yang aku perankan harus melakukan hubungan intim atau making love bersama seorang aktor yang menjadi kekasihku di dalam serial itu.

Aku terkejut dan tak tahu harus berbuat apa. Tidak mungkin aku melepas peran pentingku di serial itu. Susah payah ikut casting dan beruntung mendapatkan peran penting dalam sebuah serial garapan rumah produksi ternama. Aku tidak mungkin menghancurkan mimpiku sendiri. Dan mau tidak mau aku harus profesional. Ya, aku harus melakukannya dengan profesional.

Dan beberapa hari setelah itu aku mendapat kabar mengejutkan. Sutradara bilang kalau lawan mainku—aktor yang akan menjadi kekasihku di serial ini, ternyata Tommy, kekasihku di kehidupan pribadiku. Walau pada awalnya aku sedikit kesal, karena Tommy merahasiakan casting-nya dariku, tetap saja aku merasa lega.

"Reina." Panggil seseorang dari arah belakang. Dia Tommy, yang selalu kupanggil dengan sebutan "Tom" di setiap harinya.

Aku merasa beruntung karena kehadiran Tommy di hidupku. Sebenarnya, sebelum kami menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih, kami sudah kenal cukup lama dan berteman baik selama kuliah di LA. Tommy juga pria yang dikenalkan orang tuaku sebelum aku terbang kemari. Berhubung keluargaku dan keluarga Tommy cukup dekat, membuat orang tuaku tak segan menitipkan aku pada putra teman mereka.

Tommy adalah sosok yang selalu bersinar di mana pun dia berada. Saat di kampus, Tom selalu menjadi pusat perhatian, bahkan menjadi standar ketampanan dan tipe ideal para mahasiswi di kampus. Lalu bagaimana denganku? Saat itu kami belum terlalu dekat. Aku hanya bisa mengaguminya, menepis jauh-jauh pikiran untuk menjadikan Tom sebagai kekasihku.

Ya, aku harus tahu diri dan tidak serakah. Selama beberapa tahun Tom sudah cukup baik padaku. Walau lebih sering memperlakukanku setara dengan perlakukannya pada wanita lain, tapi Tom juga terkadang menunjukan sisi manisnya padaku. Meski begitu, aku tak boleh berharap lebih. Maka dari itu aku terus meyakinkan diri kalau perlakuannya padaku hanya sebatas perhatian kakak pada adiknya. Lagi pula pasti alasan Tom baik padaku karena janjinya pada orang tuaku untuk terus menjagaku selama di sini.

Dan setahun lalu, Tom mengungkapkan perasaannya padaku. Benar-benar tak menyangka kalau selama ini kami memiliki perasaan yang sama. Kami pun mengikat hubungan tepat di hari ulang tahunku. Orang tua kami tahu, bahkan mereka yang memberi saran agar kami tinggal satu apartmen. Meski awalnya agak canggung, tapi kami tetap melakukannya. Lagi pula kami hidup di lingkungan penuh kebebasan, tak akan ada yang menggerebek kami dan menikahkan kami saat itu juga.

Jika kalian berpikir kalau sosok seperti Tommy itu sempurna dan suci, kalian salah. Tommy tetaplah pria pada umumnya. Dia tidak bisa menahan hasrat lelakinya dengan tidur satu ranjang bersamaku. Itu bukan salahnya karena dia juga lelaki normal. Tapi Tommy bukan gambaran dari karakter pria bajingan di novel-novel percintaan dewasa. Tom orang baik, jadi dia memperlakukanku sangat lembut. Ini kehidupan normal pasangan kekasih, kami melakukan apa yang orang-orang lakukan, termasuk bercinta dan berbagi tugas dalam mengurus apartmen.

"Hei," Tommy berbisik lembut tepat di telingaku. Kulihat pantulan wajah tampannya dari pantulan kaca di depan kami, dia tersenyum hangat. "Sebentar lagi bagian scene kita."

Aku terdiam. Hari ini kami akan melakukan adegan ranjang. Meski tidak terlalu vulgar seperti film porno, tapi aku masih belum nyaman menunjukan sisi pribadiku di depan kamera dan para crew. Sutradara memintaku untuk fokus berakting pada gerakan, ekspresi, dan suara desahan. Dia bilang ini bukan film porno, jadi aku tidak harus bertelanjang di depan kamera. Maka dari itu kami diminta berakting sex di balik selimut sutra. Aku pun tetap menggunakan penutup tubuh, meski hanya sehelai gaun tidur, tanpa bra dan celana dalam. Sedangkan Tom diminta untuk full naked, tapi itu tidak masalah karena tubuh kami bersembunyi di balik kain selimut.

My Sex JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang