Entah mengapa setiap kali aku menatapmu, langkahmu tidak lagi sendiri. Kini, sosok lain selalu bersama menemani langkahmu. Aku tidak tahu itu siapa, yang kutahu hatiku terluka. Yang kutahu, hatiku terasa sesak. Entah sejak kapan sesak ini ada, yang ku tahu, melihatmu dengannya adalah hal yang tak pernah terpikir olehku.
Mungkinkah dia hanya temanmu? Entahlah, aku tidak tahu dia siapamu. Yang ku tahu, hatiku berontak, hatiku sesak. Segalanya terasa bukan untukku, segalanya terasa bukan akulah sang pemenang hati. Iya, aku merasakan itu.
Rasa yang sering kali aku tepis ketika hati bersuara. Rasa yang sering kali coba aku jauhkan untuk menjaga pertahananku. Sesak. Rasa itu yang coba selalu aku tepis, rasa itu yang selalu aku coba alihkan. Sebab untuk merasakan itu, aku takut jika benar-benar berada pada titik dimana aku sendiri tidak dapat kembali menata hatiku kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali Mengingat
Teen FictionIni bukan cerita, ini hanya sebuah ungkapan hati yang kutemukan dalam sebuah Diary. Diary yang bertuliskan tentang dirinya dan tentang tanya yang tak kutemukan jawabnya. Tentang sebuah ikhlas yang harus kau selipkan dalam setiap harap. Agar nantinya...