TRUST
---
Kim Taehyung melangkahkan tungkainya ringan. Mengendap tanpa suara dibalik hoodie warna gelapnya. Sebisa mungkin ia tak menimbulkan suara sehingga objek incarannya curiga.
Nampaknya Taehyung sangat ahli menjadi maling.
Ia sedang menguntit —sebut saja begitu- sesosok mecurigakan dengan pakaian serba hitam yang familier di ingatannya. Hanya bermodalkan kepo semata, Taehyung rela mengekori sosok itu sampai pada lorong gelap di ujung kota.
Taehyung terpaku. Berbeda dengan nuansa gelap itu, suara gemuruh hiruk pikuk dari dalam gedung —yang rasanya berada di bawah tanah- menggema senada dengan musik khas club malam.
Tempat ini begitu asing bagi para pelajar SMA sepertinya. Seharusnya bgitu juga bagi sosok yang tengah ia ikuti.
Ditengah lamunannya, pada detik berikutnya Taehyung berdecak kagum, lebih kepada menyindir. Ia melihat pemandangan tak terduga di hadapannya. Sosok mencurigakan itu -dengan seorang ajusshi -diberi uang -di belai dagunya -kecupan ringan di bibirnya.
Wah hebat. Kalau bisa Taehyung ingin bertepuk tangan sekencang kencangnya sekarang. Rasanya seperti sedang menonton drama picisan di sctv.
Taehyung melangkah mendekat ketika didapatinya sosok itu sudah ditinggal sendirian sekarang. Nampaknya ia sedang asik menghitung lembaran uang dan sebagiannya di sisihkan pada saku celananya.
Otak cerdas Taehyung mulai bekerja. Ia mendekat. Hatinya sudah bertekad untuk memastikan sesuatu.
"Hey babyboy."
"yes daddy —eh!?"
Senyuman miring penuh kemenangan tersungging elok di wajah taehyung. "Wah wah wah." Ia benar benar bertepuk tangan sekarang. "Ternyata begini hm kelakuan Jeon Jungkook di luar sekolah?"
Sosok itu, Jeon Jungkook —yang Taehyung ikuti sedari pulang sekolah. Niat sekali.
Jungkook menggeram marah. Menggertakkan giginya kencang menahan kesal. "Apa maumu?" Nadanya menusuk. Lagipula bagaimana bisa Kim Taehyung tiba tiba berada di sini. Di tempat ini.
Taehyung lagi lagi tersenyum. Lebih licik kali ini.
"Jadilah kekasihku."
Bogem mentah sukses mendarat di rahang kokoh sang pemilik kulit tan menimbulkan memar membiru dan lelehan darah di sudut bibirnya. Bukannya minta ampun, ia malah mendecih pongah.
"Kalau begitu biarkan satu sekolah tahu siapa sebenarnya Jeon Jungkook."
Sedetik kemudian tinggal Taehyung sendiri disana. Tersungkur. Jungkook sudah meninggalkannya setelah meninju perut si tampan dan mengumpatinya dengan kata,
"Bangsat!"
---
Jeon Jungkook melenggang terseok diantara kerumunan berseragam sama dengannya. Semua mata seakan tertuju padanya secara diam diam. Para murid di sekolah itu sudah tahu betul kalau berani sedikit saja mengusik si brandal itu maka tamat riwayatnya.
Sudah bagaikan peraturan mutlak tambahan di sekolah, jangan ganggu Jungkook. Atau ini adalah hari terakhirmu melihat matahari.
Tapi seseorang dengan berani menghadang jalannya. "Menyingkir." ultimatum telak dari Jungkook sepertinya tidak memberi efek apapun ada pemuda Kim tersebut.
Ya. Kim Taehyung satu satunya yang berani mengusik hidup Jungkook. Lelaki berstatus ketua kelasnya tersebut selalu saja punya cara untuk membuat Jungkook kesal setengah mati.
Sungguh Jungkook sebenarnya sedang tidak ingin ribut. Ia hanya mau segera memejamkan matanya dengan tenang di atap sekolah sambil menikmati sejuknya angin sepoi yang berhembus disana.
Bahkan dengan sengaja Jungkook mengalah tak ingin ambil pusing bergeser ke kanan. Taehyung ikut bergeser ke kanan.
Jungkook menghela napas kuat. Bergeser ke kiri, diikuti pemuda di hadapannya.
"Bangsa— akh!"
Sebelum Jungkook sempat mengayunkan kepalannya menuju bagian rahang lain Taehyung —yang belum memiliki ruam, ia berhasil ditahan.
Dengan cepat Taehyung memiting Jungkook, membalik tubuhnya menghantam tembok, memelintir kedua tangannya dibalik punggung dan menahannya disana.
Taehyung mendekat saat Jungkook sibuk meronta. "Hey, jangan kasar. Atau benar benar ku bocorkan pada seluruh murid." ia berbisik tepat pada titik kelemahan Jungkook, belakang telinganya.
Jungkook meremang. Ia menggigit kuat bibir bawahnya mehan suara sialan yang hampir saja lolos.
Taehyung takjub, baru pertama dilihatnya sang berandal seperti ini. ia meniup daun telinga jungkook pelan saat sadar akan hal itu.
Sementara Taehyung masih sibuk berbuat jail, ia tak sadar Jungkook sudah membuat ancang ancang untuk menyepak pusat tubuhnya.
Sehingga detik berikutnya Taehyung kembali ditinggal sendiri dengan keadaan mengenaskan. Tersungkur sambil memegangi singa kecilnya yang berkedut ngilu.
---
Taehyung memandangi langit kota kelabu yang mulai bercucuran rintik kecil melalui jendela kelas. Si brandal itu belum kembali ke kelas? apa dia bolos?
Sambil mengompresi rahangnya dengan es batu —sisa es teh yang dibelinya tadi, Taehyung mengangkat tangannya, pertanda minta ijin untuk ke toilet kepada guru yang sedang mengajar di kelas tersebut.
Taehyung tidak sepenuhnya berbohong. Setelah menuntaskan hajatnya, ia bergerak ke rooftop. tempat terakhir yang dapat ia pikirkan untuk mencari Jungkook.
Ia mendongak, menatap langit yang sudah rembes oleh hujan deras setelah membuka pintu atap.
Sial.
Taehyung mana mau hujan hujanan demi mencari Jungkook.
Iya. Otaknya berpikir begitu. Tapi hatinya yang menuntun, menerjang begitu saja butiran hujan yang menghantam sekujur tubuhnya tanpa ampun, melangkah lebar lebar dengan cepat.
Ia menemukan Jungkook. Lelaki itu tertidur membelakanginya.
Gila. Pikir taehyung.
Sedetik kemudian ia berbalik. Meninggalkan tubuh bergetar Jungkook yang basah kuyup sendirian diatas atap sekolah.
---
TBC
trust ini aku buat beberapa part biar gabosan bacanya. atau dijadiin book lain aja ya?
![](https://img.wattpad.com/cover/216474043-288-k918213.jpg)
YOU ARE READING
EPHEMERAL | vkook
RastgeleKumpulan one-shoots vkook. 21++ on some parts. Tae Top! Kook Bottom! bxb enjoy!