PROLOG

390 132 170
                                    

Adhara Kusumaningrum atau akrab disapa Dhara adalah nama gadis cantik bersurai hitam sebahu yang sedari tadi hanya berdiri di depan pintu masuk pemakaman umum. Terlihat juga gadis tersebut tengah membawa sebuah kue ulang tahun lengkap dengan lilin warna-warni diatasnya. Setelah hampir sepuluh menit hanya berdiri disana, akhirnya Dhara mulai berjalan memasuki area pemakaman, sebelum benar-benar sampai di tujuannya, seorang penjaga makam menyapanya,

"Eh non Dhara jenguk ibu ya?" Tanya sang penjaga makam

"Iya pak, makam Mama sudah dibersihkan?" Jawab Dhara tak lupa di iringi dengan senyum sopannya.

"Beres kok non. Yasudah Bapak tinggal dulu ya"

Setelah mengatakan hal ini, sang penjaga makam pun berpamitan lalu pergi meninggalkan Dhara. Dhara pun melanjutkan perjalanannya, hingga sampai di sebuah gundukan tanah yang terlihat sekali baru selesai dibersihkan tersebut. Disalah satu ujungnya terdapat sebuah nisan bertuliskan nama orang yang terkubur di dalam gundukan tanah tersebut. Dhara mulai berjongkok di dekat nisan tersebut sambil mengarahkan kue yang di pegangnya.

"Happy birthday to you, Happy birthday to you, Happy birthday Happy birthday, Happy birthday Mama" Suara lirih dan merdu keluar dari mulut Dhara. Sesaat setelah itu beberapa bulir air keluar dari kelopak matanya, Dhara pun menghapusnya dengan kasar sembari menarik nafasnya dalam.

"Selamat ulang tahun Mama. Mama bahagia gak disana ? Dhara baik-baik aja disini" Dhara mulai mengoceh seperti biasanya. Mengunjungi Mama nya sudah menjadi rutinitas mingguan bagi Dhara selama beberapa tahun terakhir ini.

"Ma, kemarin Dhara ulang tahun yang ke-17 loh! Mama gak lupa kan ?"

"Waktu make a wish Dhara berdoa biar keluarga kita utuh lagi. Ada Mama , Papa , Dhara. Tapi kayaknya musthail ya Ma ? "

"Dhara pengen banget kita kumpul bertiga lagi, piknik bareng lagi, paling Dhara kangen itu kasih Mama surprise waktu Mama ulang tahun. Kayak sekarang"

Dhara selalu menceritakan hal yang sama setiap megunjungi makam Ibunya, pembicaraannya hanya sebatas keluarga kecilnya di masa lampau. Sebelum tragedi naas yang merenggut Ibunya dan merenggut semua kebahagiaan yang sepantasnya dirasakan oleh seorang gadis kecil berusia 12 tahun.

Dhara memandangi langit, menerawang hari dimana ia kehilangan Ibunya untuk selamanya.

/FLASHBACK ON/

5 Tahun yang lalu

Suara petir yang menggelegar sangat jelas terdengar di telinga Dhara. hari itu cuaca sangat buruk, hujan lebat di sertai petir mengguyur kota sejak satu jam yang lalu. Hari minggu yang cukup buruk untuk Dhara yang sejak satu jam yang lalu memandangi guyuran air yang turun dari langit. Seharusnya ia bisa bermain dengan teman sebayanya kalau hujan tidak turun.

Rumah sepi, hanya ada pembantu rumah tangga yang sedang sibuk membereskan rumah hingga tidak bisa menemani Dhara bermain. Orang tuanya sedang tidak ada dirumah, mereka sedang sibuk bekerja padahal seharusnya hari ini mereka libur.

Dhara kecil sangat bosan, hingga beberapa menit kemudian telepon rumah berdering, Dhara yang sedang berada di dekat telepon pun berinisiatif mengangkat telepon yang masuk tersebut

"Halo ?"

".........."

"Iya benar, saya Dhara anaknya"

".........."

"APA!? Gak mungkin Mama kecelakaan! Pasti kakak salah orang!"

Dhara yang shock segera melempar gagang teleponnya lalu berteriak memanggil asisten rumah tangga mereka, Bi Minah. Segera Bi Minah menghampiri anak majikannya lalu dengan cepat mengambil gagang telepon tersebut dan melanjutkan pembicaraannya dengan seseorang disebrang sana. Terlihat wajah Bi Minah sangat terkejut.

Setelah menutup telepon segera Bi Minah menarik tangan Dhara dan mengajaknya untuk ke Rumah Sakit.

Singkat cerita, Dhara sampai di Rumah Sakit dan melihat Papa nya sudah duduk disebuah kursi di luar ruangan dimana Mamanya berada. Beberapa saat kemudian Dokter keluar dari ruangan tersebut dan mengatakan bahwa Mama Dhara meninggal akibat kekurangan darah. Saat itu juga dunia Dhara terasa hancur, Dhara menangis dengan histeris di pelukan Papa nya.

/FLASHBACK OFF/

Setelah membuka memori lama yang menyakitkan itu, Dhara
mengusap pelan nisan yang bertuliskan nama Mama nya itu, lalu bangkit untuk pulang kerumahnya. Tidak lupa ia berpamitan dengan Mama nya dan penjaga makam yang selalu menjaga makam Mama nya tersebut.

Iya, ini ceritaku kesekian dan selalu takut buat cerita karena pertama aku newbie banget dalam hal menulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iya, ini ceritaku kesekian dan selalu takut buat cerita karena pertama aku newbie banget dalam hal menulis. Kedua kerena takut terbengkalai.

EPIPHANY✔.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang