"Abi Semangat!!!!!", teriakan Kala dari tribun penonton terdengar jelas.
Aku dan Almira berjalan menghampiri Kala dan Cindy yang sedang fokus menonton pertandingan basket antara SMA ku dan salah satu SMA swasta unggulan di kotaku yang sudah cukup terkenal kualitas permainan basketnya.
"Udah berapa-berapa?", tanyaku pada Cindy.
"26-29, unggul lawan"
Masih bisa terkejar, sebelum wasit membunyikan peluit panjang maka semua masih bisa terjadi. Main di kandang sendiri pasti meningkatkan kepercayaan diri tim basket SMA ku.
Almira berbisik ke arahku, "Pemain cadangan tim kita yang nomor 11 siapa tuh namanya?"
"Andang?"
"Iya, Andang anak IPS 1 kan? dari tadi ngeliatin Kala terus"
Aku tersenyum. "Nggak usah heran deh mir, dari dulu kan emang banyak yang naksir Kala. Dianya tapi tetep pilih-pilih dong". Almira mengangguk sambil menyeruput sebungkus es teh di tangannya.
****
YEEEEEEE
Teriakan riuh pendukung SMA ku pecah. Tim kami berhasil memenangkan pertandingan di quarter empat dengan skor tipis, 72-70. Tentunya menjadi kekecewaan besar bagi tim lawan. Tapi apa mau di kata, di sebuah permainan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Keberuntungan sedang memihak tim SMA ku. Aku, Almira dan Cindy bergegas keluar dari tribun penonton. Tapi kami tak melihat Kala mengikuti kami.
"Kala mana Cin? tadi kan ada di belakangmu", tanyaku pada Cindy. Almira yang berjalan di depan ikut menghentikan langkahnya. Matanya menerawang ke seluruh sudut, memastikan untuk bisa menemukan sosok Kala.
"Loh daritadi masih di belakangku kok", Cindy sedikit panik tapi matanya langsung menuju ke area pemain. "Itu dia!!!", tunjuk Cindy.
Kala berjalan menghampiri Abi di pinggir lapangan. Kuakui, kepercayaan diri Kala memanglah tinggi. Prinsipnya juga kuat, kalau sudah bertekad akan ia usahakan semaksimal mungkin. Sifat itu yang hanya dimiliki seorang Kala. Kalau aku? ya, untuk tidak menjadi insecure saja sudah Alhamdulillah.
Aku dan yang lainnya menunggu Kala diluar lapangan. Wajah Kala tampak berseri setelah berbincang sebentar dengan Abi.
"Mereka habis ngomongin apa ya?", Almira berbinar dengan rasa penasarannya.
"Udah nanti pasti Kala bakalan cerita kok", ujarku menuju teras kelas. Matahari siang itu begitu menyengat. Dehidrasi akibat es teh yang tadi kuminum mulai bereaksi. Almira dan Cindy berjalan mengikutiku, disusul Kala yang berlari kecil dengan senyuman kecil di wajahnya.
*****
Malam itu menjadi malam yang indah untuk Kala pastinya. Semenjak percakapan singkatnya dengan Abi di pinggir lapangan basket tempo lalu, mereka memutuskan untuk jalan bersama. Malam minggu, aku melihat dari balik jendela kamarku hujan turun sedang. Tidak deras, tanpa petir yang menyilaukan.
Lain waktu aku harus belajar dari Kala sepertinya. Pikirku sejenak. Setelah mendapat ijin dari Bunda pastinya.
Please don't see just a boy caught up in dreams and fantasies
Please see me reaching out for someone I can't see
Take my hand let's see where we wake up tomorrowAku mengeraskan volume lagi Lost Stars milik Adam Levine yang kuputar dari ponselku. Perasaanku terbawa bersama iringan hujan di luar. Aku terdiam, seperti gelisah tapi tak tahu sebab. Menaikkan selimut hingga menutupi setengah wajahku. Seperti ada yang kurindukan. Entah siapa atau entah aku yang memang tak ingin mengingatnya.

YOU ARE READING
METAMORFOLOVE
Storie d'amoreCinta adalah rahasia. Cinta tak bisa dipaksakan, bukan karena kekurangan tapi karena hati yang telah memilih sang tuan. Cerita cinta remaja yang penuh dengan ego dan keraguan. Namun ketulusan akan semakin terlihat seiring bertambahnya kedewasaan