Takdir

3 1 0
                                    

Hari ini tepat di Hari Minggu. Rossa ingin sekali pergi ke taman. Tapi ia takut orang tuanya akan marah jika ia tidak mengikuti bimbingan les hari ini. Namun takdir berkata lain. Langit sudah mulai gelap karena mendung yang tebal.mungkin akan turun hujan lebat sore ini. Angin bertiup dengan kencangnya sampai ranting pohon tampak miring dibuatnya.

Akhirnya Rossa memutuskan untuk berdiam diri dirumah saja. Ia menuliskan isi hatinya di buku harian berwarna pink miliknya. Rossa sangat suka menulis. Berbagai macam puisi,cerpen,dan karya tulis mampu dibuatnya. Ia bahkan meraih Penghargaan Literasi Terbaik di sekolahnya. Bahkan jurnalis dari luar berharap bekerja sama dengan Rossa untuk menciptakan karya yang indah. Namun orang tua Rossa menolak dan menepis hal itu. Ia bahkan tidak mau tau potensi Rossa dalam menulis.

Dear Diary
Kenapa takdir berasa tidak adil padaku?
Apa salahku sampai semua harus membenciku
Mengapa harus aku yang merasakan pedh ini sendiri
Aku tak berdaya
Aku lelah
Aku gelisah
Aku lemah
Apa yang aku lakukan semua selalu salah
Dan aku harus selalu pasrah
Ingin rasanya aku marah
Tapi mulutku tak bisa
Berikan aku kekuatan untuk menghadapi semua

12 Januari 2020.
Salam resah
Rossa_Arselia

Kutipan pena Rossa kini menghiasi buku kecilnya itu. Hujan kini turun dengan lebatnya. itu sudah bisa diprediksi karena langit sudah tidak menampakkan titik cerahnya lagi. Mungkin kini dia tengah bersedih seperti yang dialami Rossa saat ini. Dia mengerti artinya sepi,pahitnya ditinggal pergi dan kesepian tanpa ada seorang teman lagi.

****

Angga masih setia duduk di tempatnya. Menengok ke kanan dan ke kiri mencari pembeli. Meskipun langit sudah gelap dan akan turun hujan. Dia tidak ingin pergi sama sekali. Ia mencari sosok gadis yang kemarin ia temui. Namun gadis itu tak kunjung muncul. Apa ia tidak jadi kesini karena hujan aku turun?pikirnya. Dia masih setia dengan dagangannya yang belum habis. Dia sangat berharap ada yang mau membeli walaupun hanya sedikit.

Namun takdir tak mendukungnya hari ini. Hujan lebat disertai angin turun dengan enaknya. Membawa hawa dingin yang menusuk sampai ke dalam tulang. Habis sudah hari ini Rangga juga tidak membawa jaket. Dia hanya mengenakan kaos dan celana panjang serta topi. Untung saja ada halte didekat taman yang bisa dia singgahi. Mungkin hanya sekedar untuk berteduh dan menyelamatkan sedikit sisa dagangannya itu.

"Jualan apa nak?" Tanya seorang bapak tua yang sedang ikut berteduh di halte tersebut. Dia tersenyum ramah sambil menatap Rangga yang sibuk dengan jualannya.
"Jualan kue laba-laba pak"jawab Angga.
"Saya beli 4 bungkus yah nak. Buat cucu saya dirumah"ucap bapak itu sambil memberikan uang 20 ribu kearah Rangga.
"Baik.pak" balas Rangga sambil bersemangat membuat kue meskipun hujan. Untung gerobaknya memiliki payung sehingga penggorengannya tidak basah terkena air. Setelah jadi Rangga kebingungan dengan kembalian uang bapak itu. Yang ia punya hanya selembar uang 2000 saja.
"Kembaliannya tidak usah bingung. Ambil saja untukmu nak"ucap bapak itu sambil tersenyum lalu pergi dengan motornya melawan derasnya hujan.
Akupun senang karena meskipun hari ini hujan. Allah masih memberiku rezeki lewat bapak itu.
Untunglah aku bisa membawa nasi bungkus dan lauk untuk pulang kerumah, juga membeli obat ibu yang hampir habis.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang