04 : Aska's Birthday

619 119 7
                                    

Mona memoleskan perona berwarna merah muda dengan nuansa coral dikedua pipinya, tak lupa ia ulas liptint merah dibibir.

Sempurna.

Hari ini ia memakai dress velvet selutut berwarna beige, lengkap dengan tas tangan aksen kayu dengan warna senada.

Mona memeriksa arlojinya, masih ada waktu sekitar satu setengah jam lagi. Dengan bergegas ia memesan taxi online menuju pusat perbelanjaan, berniat membeli sebuah hadiah untuk Aska.

Sesampainya di sana Mona langsung memasuki sebuah toko buku. Ia mengambil beberapa buah buku mengenai cara belajar efektif, kiat-kiat menghadapi ujian dan sebagainya.

"Gak akan gue kasih si Aska barang-barang mahal, dia mampu beli sendiri. Tapi kalo beli beginian kan bermanfaat, hihi."

Saat akan menuju kasir tiba-tiba antriannya didahului oleh seorang pria.

"Budayakan antri, woy," sindir Mona, pemuda itu masih tak menggubrisnya. Dari belakang, Mona terus menyindir dengan nada yang lebih tinggi.

Pemuda itu menoleh.

"Berisik," ucapnya datar, "gue lagi buru-buru."

"Lah, lo lagi, lo lagi. Sial banget hidup gue, di setiap masalah pasti selalu ada lo." Tunjuk Mona pada pemuda itu, yang tak lain adalah Niskala.

"Terserah."

"Harusnya gue dulu dong, dasar cowok gak gentle banget sih. Tau gak gue tuh ya ..." cerocos Mona, sementara Niskala membalikkan tubuhnya dan merogoh headset dari dalam saku.

Ia memasang headset itu ditelinganya dan memutar lagu dengan volume kencang. Dari belakang Mona makin menggerutu, "Ya Tuhan, semoga ini kali terakhir gue ketemu manusia macem ini. Gak mungkin deh sampe ketiga kalinya."

Mona menggerutu kesal, sudah nyaris tiga puluh menit ia terjebak macet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mona menggerutu kesal, sudah nyaris tiga puluh menit ia terjebak macet. Sebentar lagi acaranya akan dimulai, Mona dengan gelisah terus menerus memeriksa arlojinya.

"Duh, kalo gini bisa telat gue." Ia membuka ponselnya dan membuka aplikasi, "pak, pak. Saya berhenti di sini aja, saya mau naik ojek online aja."

Mona pun merogoh lembaran uang di dalam tasnya dan memberikannya pada pak supir. Kemudian ia menunggu pesanan ojek onlinennya dipinggir jalan.

Sekitar lima menit kemudian pengemudi ojek online pun tiba, dengan cepat pengemudi tersebut mengendarai motornya, sesuai arahan Mona.

Selang lima belas menit berlalu Mona akhirnya tiba di depan sebuah rumah megah. Saat turun dari motor ia merapikan pakaian dan juga rambutnya yang terlihat berantakan.

"Capek-capek nyatok rambut malah acak-acakan gini," Ia merapikan rambutnya. "bodo amat deh, langsung masuk aja."

Mona pun memasuki rumah megah itu, di depannyq terdapat sebuah taman yang cukup besar. Dihiasi oleh berbagai macam jenis bunga, yang didominasi oleh jenis mawar.

Ia pun membuka pintu besar berwarna cokelat, yang terbuat dari kayu mahoni itu. Mona melangkah maju melewati ruang tamu, mencari keberadaan Aska.

Kemudian ia berjalan kembali menuju taman belakang, ternyata benar Aska dan tuan Attar sedang duduk di sana. Keduanya memakai stelan formal-casual, menambah kesan richman yang tak bisa Mona pungkiri. "Like father like son," batin Mona.

"Selamat ulangtahun, Aska!" pekik Mona.

Ia kemudian berjalan menghampiri keduanya, terlihat senyum kedua ayah dan anak itu nampak mengembang. Bahagia akan kehadiran Mona.

"Akhirnya kak Mona dateng juga, telat 15 menit nih!" gerutu Aska, ia menggembungkan kedua pipinya.

Mona mencubit pipi Aska, "Di jalan tadi macet, dasar manja!"

Aska meringis, mengusap pipinya yang memerah. Sementara itu tuan Attar tak henti-hentinya menatap Mona.

"Hari ini kamu cantik, Mon," puji tuan Attar, pipi Mona memerah seketika. Baru kali ini ia dipuji cantik oleh seseorang.

"Ekhm, udah gombalnya udah?" delik Aska, keduanya tertawa melihat tingkah bocah itu, ada-ada saja.

"Eh iya, ini hadiah buat kamu." Mona memberikan sebuah bingkisan besar kepada Aska.

Bocah itu mengambilnya dengan wajah berbinar, "Apa ini kak? Wah berat banget, game konsol terbaru ya?"

"Buka aja, ini game konsol terbaik buat kamu," kekeh Mona.

Kemudian Aska membuka hadiah dari Mona dengan antusias, ia tak sabar melihat apa isi di dalam kotak besar itu.

Namun ekspresinya berubah masam, saat ia mengetahui isi hadiah itu. "Apaan nih buku-buku? Katanya konsol game!" gerutunya.

"Lah, ini juga konsol game tau. Game buat otak kamu biar gampang ngapalin rumus!" Mona tertawa sembari menatap ekspresi Aska yang kesal. Tuan Attar menggelengkan kepalanya, ia tersenyum simpul.

Namun momen bahagia itu terhenti saat seseorang tiba dan berdiri mematung di depan Aska.

"Mas Aksa?" tanya Aska dengan wajah terkejut. Sementara disisi lain tuan Attar menyunggingkan senyumnya.

Sama halnya dengan Aska, Mona tak kalah terkejut. "Aksa?" gadis itu mengerutkan dahinya.

"Lah, bukannya ...," Mona menunjuk pemuda berekspresi datar dihadapannya, "Niskala?"

"Aksara Niskala Putra Sinaga."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Lovable, Mona | (HANLICE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang