pertemuan

10 1 0
                                    

Di rintik hujan ini ryn merenungkan nasibnya yang sungguh lebih malang dari pada kucing liar. Di sejuknya angin yang menusuk kalbu ryn juga merasa iba pada ryn, belum lagi dengan ayah nya yang begitu kejam dengan ibunya, bahkan tanpa di sangka sangka tega menghianati ibu yang selalu menuruti kemauan ayah. Dan secara tak bersalahnya ayah menyatakan talak, didepan anak semata wayangnya dan tanpa rasa iba sedikit pun.

Miris sekali

Ryn menertawakan dirinya sendiri yang sungguh malangnya. ryn bukan wanita sehebat yang di film drama yang suka ryn tonton, tapi kali ini dia tak bisa lagi menangis, air matanya sudah habis.

Sekarang untuk menggantikan tangisnya, ryn hanya bisa tertawa kecil dan merenungi nasibnya di halte di tengah malam rintik rintik ini.

ryn berharap sekali hari esok tidak ada. Namun tuhan sepertinya berhendak lain, belum lagi esok, dia sudah mendapat musibah lagi.

Di ganggu seorang pria

Ryn malas meladeni pria berjaket hitam tersebut. ryn baru ingin melangkahkan kakinya pergi dari situ, pria itu membuka suara "kau tahu hal yang paling memuakkan didunia ini? Ketika semua yang tak disangka begitu tega berbuat sesuka hati, dan melakukannya dengan perlahan tapi pasti dan menjadi kebiasaan yang tak kunjung berhenti" sungguh ucapan pria itu sangat menusuk kehati ryn.

Ryn ingin marah, tapi rasa penasarannya lebih tinggi "apa maksudmu?" ryn masih berdiri dengan muka yaang masih menghadap kedepan. "apakah kau tidak ingin duduk dulu?" oke baiklah, sepertinya dia tidak akan berbuat yang semacamnya.

Ryn mendudukkan kembali tubuhnya dan memandang pria bermasker dan bertopi serba hitam tersebut.
"ya seperti itu lah beberapa orang alami, kadang rasanya ingin bunuh diri, tapi percuma itu akan sia sia saja" santai pria itu, membuat ryn penasaran "kau berbicara seperti itu kenapa? Apa kau merasakan hal seperti itu? " ryn meyatakannya sangat bar bar sekali, ya ryn akui dia memang bukan wanita yang feminim namun bukan berarti dia tak bisa. Dia malas."kau tahu jawabannya" pria itu tertawa kecil dan menatap ryn " kau harus ingat jika kau juga mirip seperti yang ku alami, jadi jangan menyendiri terus seperti ini. Karena sejauh jauhnya bintang, juga bisa di raih, namun jika tak tergapai jangan takut dan jangan sedih, karena bintang itu akan datang sendiri . dan mengabulkkan permintaanmu" ryn melotot tak percaya apa yang di ucapkan pria ini bicarakan "maksudmu?". pria itu mengelus helai rambut ryn yang lepek itu dan berucap

"kebahagian"

¤¤¤

"ryn sudah siap?" lyn mengecek masakan yang telah di buat oleh ryn. "sudah dong, ryn gituloh" tawa ryn membawa lyn kesal " yasudah biar aku antar"mengambil masakan yang sudah di bungkus oleh ryn dan memberikannya padanya lyn. "dasar anak ayam ku yang manis" lyn menghamburkan dirinya pergi mengantar pesanan yang sudah di pesan oleh pemesan.

Namun tiba tiba, baru satu langkah lyn berjalan dia memegang perutnya sakit. Oke, dengan sigap ryn menolongnya "hmm pasti kau lupa makan dan minum obat mu lagi. Bisakah kau jangan nakal, minum obat mu dan makan sana, kau ini aneh, punya restoran namun jarang makan. Dan ini biar ku antar" oceh ryn membuat lyn tertawa " iya aku tahu, hey kau wanita, bicaralah seperti wanita, jangan bekacak pinggang seperti laki laki. Tapi ngomong ngomong makasih anak ayam"

"yak!!"

Di jalanan ini, ryn tahu sekali bahwa yang memesan pasti orang kaya. Rumah rumahnya besar sekali. Dan ryn tepat berhenti sebuah apartemen. Tunggu apartemen ini seperti rumah. Yah paling begitu lah orang kaya. Lagian percuma ryn berfikir aneh. Yang jelas ryn hanya mengantar makanan yang di pesan oleh pemesan. Bodo amat dengan bentuk rumahnya.

Ting ting

"permisi pesananmu sudah sampai" ryn menunggu orang yang ada di dalam ini membuka pintu. Detik kemudian terbukalah pintu abu abu itu dan telah berdiri seorang pria yang tinggi dan ya... tampan menurut ryn, tapi ryn tak peduli.

"tuan ini pesanan anda, bulgogi dengan japchaenya." pria ini hanya terpaku. Karena ryn lelah menunggu pria ini memberi uangnya, ryn melambaikan tangannya dan baru pria ini tersadar. "ah iya ini. Terimakasih"

Dengan ucapan itupun ryn hanya menutupnya dengan senyuman akhir. "eh tunggu!!" ryn terhenti dan membalikkan badan "kenapa" tanya ryn heran "boleh aku tahu siapa nama mu?" ryn mendengus dan berjalan beberapa langkah

"namaku OLIV RYNVIC"

Ryn melangkahkan kaki nya pergi dari sana dan melajukan motornya. Dalam perjalan itu dia terpikir. Mengapa pria itu menanyakan namanya. Ah mungkin karena dia ingin lebih akrab saja. Dan terlintas di pikiran ryn. "namun suara pria itu agak mirip dengan pria hitam dulu. Ah sudah lah kau mengada ada saja. Dasar tidak waras"

Karena sekelabat pikiran tersebut dia mengingat masalalu kelam, ryn menghentikan motornya di sebuah taman yang sekarang tempat kesukaaannya. Memikirkan bagaimana sekarang hidupnya sedikit lebih baik dari pada dulu sebelum perkataan lelaki itu.

"makasih atas saranmu. Kurasa kau ada benarnya juga"

"hahaha kau bar bar, siapa namamu?"

"namaku? Ah namaku oliv rynvic"

"semoga kita bertemu lagi"

Ryn tersenyum manis. Ryn rasa mungkin karena pria itu , ryn bisa setegar ini. Ryn melangkahkan kakinya dan menyanyi kecil sambil megingat masa lalu

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang