masalalu

6 0 0
                                    

mengapa kau bisa berfikir sesukamu?” marah jimin pada jungkook. Bagaimana jimin tidak marah dengan jeon jungkook. Sesukanya saja meninggalkan ayahnya yang sakit dan membutuhkannya saat ini. “aku lelah hyung”

Jimin tahu pasti jungkook belum bisa memaafkan ayahnya. Tapi jimin tahu sekali bahwa sebernanya bukan seperti yang jungkook pikirkan dan simpulkan seenak jidatnya saja. Tapi dia menolak terima. Atau lebih tepatnya tak terima dengan apa yang menimpanya.” Ah terserah kau saja aku pusing dengan tingkahmu”


“hyung kau memesan makanan?” tanya jungkook membuat jimin membolak matanya “ menurutmu?” sambil melanjutkan makanannya.

Tanpa di suruh jungkook langsung menghamburkan dirinya untuk memakan .berbeda dengan jimin. Dia masih memikirkan wanita pengantar makanan yang membuatnya teringat akan masalalu yang begitu singkat dengannya.

“sayang sekali dia sudah pergi” guman jimin. Jungkook mendengar itu pun merasa aneh “siapa yang pergi hyung?” belum selesai jimin menjawab jungkook sudah memotong “kau membawa seseorang kesini hyung? Wahh tumben sekali. Sepertinya kau sudah membuka hati lagi untuk seorang wanita da-“

Plak

Sebuah pukulan manja jimin mendarat ke kepala jungkook.” Kau kalau kalau bicara saring dulu dan dengar kan dan tanya kejelasannya terlebih dahulu. jangan asal menyimpulkannya saja” jungkook pun hanya terkekeh kecil melihat jimin mengomelinya. Namun satu hal yang jungkook tahu,

Dia yakin jimin memiliki perasaan
pada wanita itu.

“ya baiklah. Aku tak akan mengatakannya lagi. Aku langsung menunggumu saja melamarnya” mendengar perkataan jungkook jimin diam. Dan jimin baru menyadari bahwa perkataan jungkook ada yang aneh. Astaga

”yak kau ingin mati?”

“ampun hyungku bantet”


¤¤¤


“kau sudah sampai?” tanya lyn sambil mengantarkan pesanan ke meja pembeli. “astaga lyn kau melihat aku ada disini. Ya berarti aku sudah sampai. Apa kau tak waras?” ryn merasa aneh dengan sikap lyn selama ini tak berubah selalu sama. Menanyakan jawaban yang dia sudah tahu jawabannya sendiri.”hanya sebagai pembuka” ryn mendengus kesal “dasar anak kucing”
“dan kau anak ayam kesayangan ku” 

Ryn merapihkan meja yang telah di gunakan pelanggang untuk menyantap makanan dari restoran dia bekerja. Tetap saja pikiran itu masih sekelabat di otaknya. Membuat dia kesal sekali “AISH KENAPA AKU MASIH MEMIKIRKAN HAL ITU.” Tentu karena hal tersebut ryn beserta pelanggangnya kaget. Mungkin sebagian dari mereka menganggap ryn gila alias tidak waras.

“ASTAGA RYN KAU TERLALU BAR BAR SEKALI”

“JANGAN PERNAH KAU UCAPKAN LAGI UCAPANMU ITU!”

serius memang pada saat itu dia biasa saja namun makin lama, ryn makin jengkel. Ya jatuhlah perasaan dongkolnya ke meja yang tak bersalah

¤¤¤


Samahalnya dengan jimin saat ini, namun dia menangkasnya dan meyakinkan dirinya bahwa wanita itu hanya masalalu yang dia temui di saat situasi yang sama dengannya.
dan tak terasa air matanya jatuh.

mengingat kejadian serupa tiga tahun lalu di saat semua sangat berantakan.

“kau ingin menjadi anak durhaka jim?”

“apa yang kau katakan? Anak durhaka? Apakah aku masih dianggap anak oleh mu?”

“jaga bicara mu jimin jangan membuatku marah hargai aku sebagai ayahmu!"

“jhahaha ayah? Coba kau ulang. Ayah? Hahaha tolong tuan jangan mengada ngada aku bukan anakmu. Aku tidak sudi punya orang tua yang tega meninggalkan istrinya sekarat dan menikahi wanita jalang lain untuk memuaskan hasratmu memiliki istri baru. Kau terlihat sangat menjijikkan. Aku tak menyangka bahwa kau aslinya ayahku. Kau tidak lebih dari seorang berengsek. Sampah”

“JIMIN jaga ucapanmu.” Tak terbendung lagi terangkaatlah tangan pria tua itu menampar pipi anak semata wayang nya

Plak

“PERGI KAU DARI SINI!!! SEKARANG!”

“nah…itu yang ku mau. Kau mengusirku. Aku tak sudi tinggal dengan orang sepertimu. Bahkan kau tega meninggalkan istrimu di rumah sakit. Dan ingat aku tak sudi menjalankan perusahhanmu yang kau banggakan itu. Berikan saja pada anakmu.”

Jimin melangkahkan kaki nya keluar dari rumah. Sampai di depan pintu jimin berhenti dan berkata

“setelah aku keluar dan melangkah dari sini. Jika kau menyesal dan ingin aku bersamamu lagi . jangan harap. Dan jangan pernah mencariku lagi. Dan aku keluar dari rumah ini dan sebagai keluargamu.”

“lihatlah sekarang tuan…aku sudah berhasil dan kau telah menyia nyiakan aku sebagai  anak semata wayangmu”

.
.
.
.
.
.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang