Dejavu

51 10 4
                                    

"kejadian pahit yang terulang dengan balutan rasa bersalah akan masa lalu yang kelabu"
-amara mahreen aksama

      Mentari mulai menampakkan dirinya hari ini. Sinarnya menerobos masuk kedalam kamar amara, perlahan menembus gorden dan menyinari wajah mungil gadis tersebut.

"Engghh.." -dengkuh wanita yang terbangun karena cahya matahari yang menyilaukan itu.

"Udah jam berapa ini?" -ucapnya sambil mengambil jam beker yang ada di atas meja mungil samping tempat tidurnya.

"Amara, udah siang lho ini" ucap wanita yang lebih tua umurnya dari amara

"Iya.. " -katanya sambil melanjutkan tidurnya
jujur saja, amara sangat jarang bangun pagi karena biasanya setiap malam ia mengalami insomnia yang mengharuskannya untuk tidur pada subuh hari.

^tinggg

"Notifikasi apa pagi pagi gini.. "- ucapnya sambil beranjak dari tempat tidur dan segera mengambil benda pipih tersebut dari atas nakas.

"Hah? hari pertama sekolah apaan, Ara kan homescooling.. eh iya! astaga Ara kan udah SMA" teriaknya sambil berlari ke kamar mandi dan segera bersiap untuk menyambut keterlambatannya.

°dijalan°

"Ara yakinn pasti terlambat.." -ucapnya dalan hati

Sekarang ia sudah berada di depan jalan sekolahnya, ia berusaha mengayuh sepeda nya dengan sekuat tenaga tapi hasilnya.. nihil. ia tetap terlambat dan harus dihukum di hari pertamanya sekolah.

"Awal yang buruk.." -lirihnya dalam hati

"Ck ck ck sekarang kamu bisa ikut saya ke ruang bk" -ucap tegas guru yang sedari tadi berdiri di gerbang sekolah.

   ☁️☁️☁️

Sekarang Amara sudah berada tepat di ruang bimbingan konseling, atau yang akrab disebut "BK". Ya, ini adalah pertama kalinya amara harus masuk ke ruangan khusus anak anak yang mempunyai masalah, dan hal itu ada pada dirinya sekarang.

"Ini hari pertama kamu sekolah disini, apa alasan kamu terlambat?"-ucap guru itu

"tidak ada alasan, Ara cuma kesiangan." -lirih Amara

"Alasan yang sering ibu dengar, baiklah.. karena kamu murid baru jadi hukuman nya kamu tidak boleh mengikuti upacara, cukup berdiri di lapangan basket dan poin kamu akan ibu serahkan ke panitia pengurus mos" -lanjut guru itu.

Amara hanya mengangguk sebagai jawaban nya, ia pun keluar dan segera menuju ke lapangan basket, yang bersebelahan dengan lapangan upacara.

"Hari ini sial banget, mungkin ara bakal kena sial lagi hari ini" -ucap amara saat duduk di pinggiran lapangan basket itu.

tek.. tek.. tek..

"Langkah kaki itu.. kayak gak asing?" - lirih Amara dalam hati

Pria dengan tubuh tegap itu melewatinya, melewati Amara yang sedang terpaku diam dengan fikiran yang masih meracau. pria itu lalu duduk di bangku sebelah amara, yang berjarak sekitar 2 meter.

"Ini apa gak terlalu dekat.. " -ucap Amara sambil melirik pria itu dari ujung matanya.

"Kirain itu 'dia'.. mungkin Ara cuma terlalu terbawa dengan halusinasi" lirihnya lagi.

Saat ia melirik pria itu lagi.. tapi nihil. tidak ada siapapun disana.

"Apa ini? Masa Ara benaran cuma berhalusinasi? tapi tadi itu kayak nyata.." -ucapnya

melliflousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang