16.

9.7K 1K 27
                                    

Ken mencubit pipi Han. Itu membuat Han bingung.

"Ngapain Kak," Han heran.

Kata Ken, "Lo yang ngapain, Han. Jangan jalan sambil ngelamun."

"Sapa yang ngelamun. Kamu kok muncul di sini tiba-tiba?" tanya Han asal.

Ken menjawab antusias, "Mau ada tanding basket, Han. Se-kota aja tapi lumayan hadiahnya. Tadi gue dibilangin Pak Galih."

Pak Galih adalah guru Olahraga sekaligus pembina tim basket SMA Horizon.

Mendengar itu, Han tidak jadi galau. Dia ikut antusias apalagi sedang ada kompetisi seperti ini. Menang kalah urusan belakangan tapi tim basket SMA Horizon biasa menang. Mereka jago.

"Gue barusan mau ke kelas lo. Eh lo nongol di sini," kata Ken lagi.

Han menyahuti, "Hehe aku disamperin. Kapan Kak tandingnya?"

"Sebulan lagi Han. Kayaknya nggak sampe," jawab Ken.

Kedua mata Han melebar, dia bersemangat. "Oke," katanya.

Ken tersenyum melihat reaksi Han. Memang seperti itulah Han yang dikenalnya saat sedang akan ada kompetisi basket. Kemudian, bel masuk berbunyi.

"Oke siap-siap, Han. Kita bakal latihan minggu-minggu ini," kata Ken. Dia sambil memegangi kedua pundak Han.

Han mengangguk, "Siap, bos."

"Semangat Han," Ken mengguncang pundak Han pelan membuat Han ikut merasakan semangatnya.

Han mengepalkan satu tangannya sambil mengangguk menatap Ken. Rasanya Ken lega ada seorang Han di tim basket.

Han tidak hanya jago bermain, tapi sikapnya yang fun selalu bisa mendongkrak semangat teman-teman satu tim mereka.

Setelah itu, Han dan Ken kembali ke kelas masing-masing.

***

Dua hari kemudian, Han akhirnya ketemu Fadil. Kemarin Fadil sudah masuk, tapi dia dan Han sama-sama sibuk dengan tugas dan PR, jadi baru sempat nongkrong hari ini.

Setelah bel pulang berbunyi, Han merapikan barang-barangnya dengan santai.

"Han, lo mau tanding basket?" tanya Umar.

Han menjawab, "Iya. Tau aja Mar?"

"Iya kata si Riski," balas Umar.

Oh benar, Han baru ingat kalau Riski si anak IPS itu teman akrab Umar juga, dan mereka satu band.

"Ooh. Iya Mar. Gatau paling tiga atau empat minggu lagi," kata Han. Dia sembari mengemasi barangnya lagi.

Umar mengangguk, "Mantap. Semangat Han."

"Tumben lo nyemangatin gue," kata Han cengengesan.

Umar berkata, "Gue kan temen yang baik, suportif."

"Waduh oke siap," kata Han asal. Umar tertawa.

Kemudian Umar pamit, "Duluan Han," dan dia menggendong ranselnya.

Han menoleh lagi ke Umar yang kini sudah berdiri dari bangkunya. "Oi, iya Mar," kata Han.

Setelah itu Umar beranjak meninggalkan kelas bersama teman-teman yang lain juga. Kini, Han sedang melangkah keluar kelas, setelah Umar tidak kelihatan lagi.

Tepat saat Han berada di depan pintu kelas, dia melihat sosok Juna. Juna ada di depan kelasnya juga. Dia juga sepertinya baru saja keluar dari kelas.

Han menelan ludah. Seketika mimpinya yang syur kemarin teringat kembali. Fuck.

secerah matahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang