36.

6.9K 759 7
                                    

Juna menoleh ke Han, lalu dia tersenyum. Kemudian, yang terjadi selanjutnya tidak disangka.

Han melihat Juna melangkah ke arahnya seperti dalam gerakan slow motion.

Rasanya, Juna dengan seragam putih abu-abunya itu terlihat begitu tampan.

Terus, senyum Juna membuat Han memahami apa artinya keindahan.

Lantas, Juna berhenti di dekat Han. "Lo mau ke mana, Han?" tanya Juna.

Tidak tahu kenapa, Han merasa seperti perih di hatinya. Han tidak bisa memikirkan apa-apa.

Dalam sekelebat, semua memori tentang dia dan Juna melintas di benaknya, seperti sebuah cuplikan film yang di-rewind dengan cepat.

"Juna."

Kayaknya gue jatuh cinta. Sepertinya begitu.

Tapi Han terdiam. Dia tidak tahu mau bilang apa.

Juna mengangkat alis. Dia melihat ekspresi Han yang tampak konyol. Serasa Juna ingin mencium Han sekarang juga.

"Lo mau ke mana?" Han bertanya balik.

Juna menjawab, "Gue mau ke fotokopian di depan. Ini ada yang mau gue fotokopi."

Lalu Juna menunjukkan buku-buku yang dibawanya. Ternyata, hanya satu yang merupakan buku perpustakaan. Dua buku lainnya milik Juna sendiri.

Tanpa berpikir, Han merangkulkan tangannya di satu bahu Juna. Kemudian Han berkata, "Gue ikutan, gue juga mau ke sana."

"Beneran?" tanya Juna, "ya ayo," ajaknya.

Han tersenyum. Tanpa melepaskan tangannya dari bahu Juna, Han berjalan bersamanya ke tempat fotokopi di depan sekolah.

Han jadi lupa, dia tadi mau ke kantin untuk bertemu Ken. Sementara Ken di kantin menunggu Han yang tidak kunjung muncul.

Ken lalu mengirim pesan chat ke Han, bertanya Han ada di mana, tapi tidak ada balasan.

Soalnya, Han menaruh hp-nya di saku celana dan itu sedang mode silent.

Jadi, Han juga tidak mendengar notifikasi apa-apa, getar pun tak terasa karena dia sekarang sedang berjalan ke depan sekolah.

Di kantin, Ken merasa penasaran tentang keberadaan Han.

Ken juga awalnya ingin tahu tentang apa yang mau Han bicarakan, karena Han cuma bilang kalau dia ingin bertemu dan ngobrol dengan Ken.

Namun, berhubung Han tidak kunjung merespon, Ken jadi malas dan akhirnya bodo amat.

Kalau sampai bel masuk, adik kelasnya yang tidak sopan itu tidak muncul juga, Ken akan langsung kembali ke kelas.

Lalu, Ken melanjutkan makan pempek dengan ceria, bersama teman-temannya di kantin.

***

Han sekarang berada di tempat fotokopi. Sedang sepi di situ, hanya ada dia dan Juna. Anak-anak yang lain sedang tidak ada yang butuh fotokopian.

Han melirik Juna yang duduk di sampingnya. Mereka menunggu sebentar sampai fotokopian Juna itu selesai.

Melihat Juna sedang memangku tangannya, Han melakukan sesuatu yang mengejutkan Juna.

Han memegang tangan Juna lalu memanggil namanya, "Arjuna."

Juna menoleh lalu memandang Han dengan kedua mata yang sedikit melebar.

Kenapa Han memegang tangannya. Juna merasa semakin aneh ketika dia justru menyukai itu dalam hatinya.

"Iya Han?" tanya Juna. Dia menatap Han, sambil sekilas memperhatikan rambut poni Han, yang membuat wajah Han enak sekali dipandangi.

Han lalu mengatupkan bibir. Dia sedang mengalami gejolak batin yang sulit dijelaskan. "Gue---"

Suka sama lo. Ada yang nggak beres sama otak dan jantung gue. But fuck this shit.

"---mau nanya aja, ntar lo langsung pulang?" tanya Han.

"Iya. Kenapa Han?" balas Juna. Suaranya terdengar lembut di telinga Han.

"Gue nanya doang," kata Han. Dia masih memegangi tangan Juna.

"Gitu lo nanya serius banget, kirain apa," kata Juna.

"Hehe, nggak penting kan," balas Han.

Juna tersenyum. Lantas dia mengulurkan satu tangannya yang tidak dipegangi Han. Lalu Juna menggosok rambut Han.

Ketika Juna tersenyum sambil menggosok rambutnya, ini pertama kalinya Juna begitu, Han menyukainya.

"Mas, udah ini ya," kata penjaga fotokopian di situ tiba-tiba.

Han dan Juna menoleh. Han lalu melepaskan tangannya dari tangan Juna.

"Oh iya," kata Juna, menyahuti cowok penjaga fotokopian tersebut.

Kemudian, Juna menoleh ke Han, dia tersenyum.

Lantas, Juna berdiri untuk mengambil fotokopian yang sudah dimasukkan rapi ke dalam plastik kertas. Juna lalu membayarnya.

Setelah itu, Juna mengajak Han kembali ke dalam.

Jujur, Juna merasa nyaman dengan Han saat ini. Juna tidak tahu apa benar begini rasanya jatuh cinta.

Tapi, kedekatannya dengan Han sekarang ini, sudah terasa nyaman dan cukup baginya.

Memang mengherankan, menakutkan, karena Juna tak menyangka dia bisa menyukai Han, yang juga seorang cowok.

Apalagi, Juna juga tidak tahu apakah Han mungkin sedang naksir cewek.

Juna pun tidak tahu tentang apa yang harus dilakukannya, dengan perasaannya sendiri. Juna berpikir, lebih baik begini, dia menyukai Han dalam diam saja.

Mana mungkin dia mau langsung mengaku ke Han. Itu akan membuat Han kaget, dan bahkan mungkin menjauhinya. Juna tidak mau itu terjadi.

Setelah itu, Juna dan Han kembali ke dalam sekolah. Keduanya masih memendam perasaan tidak wajar yang dirasakan masing-masing.

Perasaan yang tidak tahu harus diapakan, diungkapkan atau dibiarkan tersembunyi saja selamanya.

***

Bel pulang berbunyi. Tadi, setelah istirahat kedua selesai, Han baru saja ingat kalau dia sebenarnya mau ketemu Ken.

Sayangnya, Han tidak jadi bertemu dengannya, karena sudah waktunya masuk. Lagipula, Mae tidak menanyakannya ke Han. Ya udah.

Sejujurnya, obrolan dengan Ken ini dirasa Han tidak penting-penting amat. Makanya, dia pun terlupa.

Han bukannya tidak peduli dengan Mae yang sedang naksir Ken. Dia peduli.

Hanya saja, bagi Han saat ini ada yang lebih penting, yaitu tentang dirinya sendiri, dia dan Juna.

Han cuma bingung, apa yang harus dilakukannya sekarang? Dia merasa yakin kalau dirinya suka kepada Juna.

Fuck.

Terserahlah.

Akhirnya, setelah mengemasi barangnya, Han melangkah keluar kelas dengan perasaan ragu yang menggelayutinya.

Sesampai di depan kelas, Han berjalan pelan dan pada saat itulah, Juna keluar dari kelasnya.

"Juna," panggil Han tanpa berpikir. Juna menoleh ke Han, dia lalu melambaikan tangan.

Han mendekati Juna. Lalu, tanpa bicara apa-apa, mereka bertukar senyum dan berjalan turun ke bawah bersama-sama.

Sesekali, Han merasakan tangannya bersentuhan dengan tangan Juna. Itu menciptakan sensasi aneh yang bergejolak di dalam dada.

Baik Han dan Juna sama-sama merasakannya.

Lalu, saat Han dan Juna makin dekat ke parkiran, tiba-tiba seseorang menarik tas ransel Han dari belakang dengan keras, dan langsung merangkul pundaknya.

Han sangat kaget.

secerah matahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang