34.

7.3K 819 14
                                    

Han serasa ingin bertanya ke Juna, "Akankah kita seirama, saat terikat rasa hina?"

Namun, pertanyaan itu hanya muncul di benaknya saja, tidak Han tanyakan kepada Juna. Seperti kata-kata di lagu tersebut, itu hina. Pasti Juna akan merasa kalau Han itu aneh.

Setelah itu pesanan steak ayam dan milkshake mereka datang. Lalu, Han dan Juna menghabiskan makanan dan minuman mereka dengan lahap.

Selesai makan, sudah malam. Namun, ada satu tempat lagi yang ingin Han datangi bersama Juna.

Itu adalah perumahan Kejora yang lokasinya berada di atas bukit.

Tempatnya yang menanjak dan ada di dataran tinggi membuat pemandangan terlihat sangat indah, terutama saat malam.

Sehabis perjalanan sekitar 40 menit ke Kejora, sampailah Han dan Juna di sana.

Han terus naik sampai ke blok perumahan yang paling atas karena pemandangannya kelihatan paling bagus dari sana.

Kemudian, Han memarkir motornya dan mengajak Juna duduk-duduk di paving jalan yang sepi dan jarang dilewati kendaraan.

"Lo tau toko Kirana tadi, Jun?" tanya Han.

Juna menyahuti, "Iya, kenapa Han?"

"Kirana itu nama ibunya kakek itu. Dulu toko itu punya orang tuanya si kakek, terus turun-temurun gitu," cerita Han.

Juna mengangguk. "Pantesan, tokonya kayak udah lama banget. Gue suka," kata Juna.

Han langsung menoleh. Oh. Dia baru sadar kalau dirinya dan Juna sedang duduk bersebelahan, sangat dekat.

Lalu Han bertanya, "Lo suka toko tadi?"

"Iya, unik soalnya," jawab Juna.

Dia lalu balas menoleh ke Han, sambil tersenyum. Juna bisa melihat kedua mata Han yang sedikit sipit itu dari dekat.

Han kemudian meringis. Itu terlihat menyenangkan di mata Juna.

Lalu, Juna kembali memperhatikan taburan lampu kota yang terlihat berkelip-kelip di bawah sana.

Indah. Seindah Han, menurut Juna. Tidak tahu kenapa pemikiran seperti itu melintas di benaknya.

Lantas, Juna dan Han sama-sama tidak berbicara. Menit demi menit berlalu. Mereka asyik saja mengamati pemandangan kota dari atas di malam hari.

Han merasa, Juna membuatnya bisa menikmati momen hening dengan perasaan berbeda.

Biasanya, Han selalu berisik, dan jarang merasa kalau kesunyian itu juga seru. Tapi, kali ini, Han merasa kalau sepi itu bisa dinikmati.

Rasanya, ada emosi yang tidak dikenal Han, tapi terasa menyenangkan di hatinya.

Tahu-tahu, Juna menoleh ke Han.

"Lo tau aja tempat kayak gini, Han?" kata Juna. Dia tersenyum sambil memandang wajah Han.

"Kayak gini tuh kayak gimana. Bagus nggak?" Han balas bertanya.

Juna tertawa. "Iya bagus," katanya.

"Iya dong," kata Han pede.

Juna hanya tersenyum menanggapinya. Dia merasa beruntung mengenal Han. Hari ini, Han mengajak Juna melihat sisi lain kota itu yang jarang diketahuinya.

Lalu, Han menoleh ke Juna.

"Balik yuk habis ini? Malem gini keburu dingin anginnya," kata Han.

"Iya Han ayo," balas Juna.

Han mengangguk pelan, tapi dia lalu mengerutkan kening.

"Bentar, itu kayak ada daun di rambut lo," gumam Han.

secerah matahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang