EPILOG

2.9K 343 365
                                    















"Seonghwa..."









"Seonghwa, bangun..."









"Seonghwa!"









"SEONGHWA!"

Seonghwa tersentak karena terkejut. Teriakan Heejin membuatnya langsung terbangun, ia lihat wajah gadis itu yang tampak kesal.

"Jangan teriak-teriak, astaga~" ujarnya sedikit kesal. Pasalnya, karena terkejut akan teriakan itu, dia sampai hampir tenggelam dan tak sengaja meminum air kolam. Ew...

"Lagian kamu kayak gak punya tempat tidur aja, berendem di kolam pun bisa tidur?"

"Aku tuh gak tidur..., cuma lagi penenangan aja."

"Iki tih gik tidir..., cimi ligi pininingin iji!" balas Heejin mengejek, ia kemudian duduk di kursi dekat kolam sambil membawa salad yang akan di nikmatinya pagi ini.

Seonghwa menghampiri ujung kolam, mendekati Heejin kemudian terheran saat melihat keberadaan salad buah segar buatan istrinya itu. "Kamu udah berapa kali sarapan pakai buah terus? Kayak gak ada nasi atau roti aja."

"Namanya juga lagi mau makan buah. Kenapa sih sewot banget, lagi red day?"

"Kenapa sih mau makannya buah terus dari seminggu yang lalu, lagi ngidam?" sontak, kalimat itu membuat Heejin hampir tersedak potongan apel yang belum lembut dikunyahnya. Ia melotot ke arah Seonghwa.

"Ngidam? Memang aku hamil anak siapa?!"

"Anak Lee Taeyong, mungkin?" ujar Seonghwa santai lalu lanjut menenggelamkan dirinya, berenang. Sementara Heejin masih dengan mulut yang sedikit terbuka, tercengang dengan kalimat yang diucapkan suaminya itu.

"Gimana bisa kamu bilang begitu?!" teriaknya sambil mengangkat sendoknya tinggi-tinggi, hampir melempar mangkuk salad itu. Seonghwa tidak membalasnya, pura-pura tidak dengar sampai membuat Heejin kesal.

Seonghwa yang melihat wajah kesal gadis itu lantas tersenyum, ia mendekati gadisnya kembali, mencolek ujung kakinya sementara Heejin langsung mengalihkan kakinya. Tentu itu membuat Seonghwa makin gemas.

"Idih, ngambek."

"Berisik!"

"Ambilin handukku dong~"

"Ambil sendiri!" astaga... Gadis itu benar-benar seperti anak kecil yang doyan sekali merajuk untuk hal-hal kecil. Mungkin bagi Seonghwa, karena bagi Heejin sendiri, ucapan lelaki itu tadi sedikit melukai perasaannya.

"Hee... Yang nyuruh suami kamu loh." akhirnya dengan kesal, gadis itu tetap meninggalkan mangkuk saladnya dan berjalan menuju meja dekat pintu- mengambil piyama handuk yang suaminya minta.

"Nih!" Heejin menyodorkannya, Seonghwa mengerutkan bibirnya.

"Tinggi banget, agak merendah dikit, gak nyampe."

"Ribet banget!" Heejin menurut, sedikit membungkukkan tubuhnya agar Seonghwa bisa dengan mudah mengambil benda itu. Namun, yang Seonghwa ambil bukan hanya handuknya, melainkan tangan Heejin yang langsung ditariknya masuk ke kolam. Handuknya malah ia lempar menuju kursi santai dekat kolam.

"Seonghwa!!!" pekik Heejin kesal. Oh Tuhan, dia benar-benar kesal dengan suaminya pagi ini.

Tapi, bukannya dia yang memberi hukuman dengan pukulan, justru Seonghwa yang segera datang dengan ciuman. Heejin tidak akan menolaknya kalau begini caranya.

Tak berlangsung lama, tautan bibir mereka dilepas sepihak oleh Heejin yang mulai kehabisan napas. Dia mendorong Seonghwa agak menjauh, "Ngeselin banget!" ujarnya kesal.

HEAVENLY PAIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang