Suasana malam ini kebetulan cerah. Sudah banyak siswa-siswi SMA Zervard berdatangan. Karena satu jam lagi acara puncak ulang tahun sekolah tercinta mereka akan dimulai.Mereka mengenakan baju andalan dari rancangan designer yang sudah dipesan dan dipersiapkan sebelumnya. Tidak hanya model party dress saja yang digunakan, tetapi jenis-jenis gaun lainnya.
Bukannya ingin merayakan ulang tahun sekolah, tetapi niat mereka hanya untuk bergaya dan mengukur derajat sesama. Bahkan tak sedikit untuk menggaet mata para kaum adam.
Hanya saja, kebanyakan berfikir seperti itu biasanya.Para anggota panitia seperti osis pun sudah tidak bertugas. Karena mereka tinggal menikmati hasil kerja mereka selama tiga bulan terakhir ini. Pulang lebih petang, sibuk mengerjakan proposal, konsultasi kepada guru dan kakak senior, dan hal lainnya. Tolong, itu sangat melelahkan.
Ternyata mengurus sebuah kegiatan tak semudah yang dibayangkan. Tak semudah juga orang-orang mengkritik kinerja mereka tanpa tahu yang sebenarnya.
Lupakan semua anggapan itu,
Para orang tua pun sudah berada di tempat yang disediakan. Dengan konsep white gold mendominasi, sangat cocok dengan suasana yang terdapat sisa-sisa salju di sekitarnya."Baiklah, semua murid SMA Zervard diharap berkumpul ke meja yang sudah disediakan begitu juga para tamu undangan dan guru yang terhormat"
Terdengar suara dari mikrofon dua pembawa acara yang sudah siap di atas panggung.
"Terima kasih kepada para wali yang sudah menyempatkan waktu untuk datang di puncak acara ulang tahun sekolah tercinta kita. Tanpa menunggu lagi mari kita mulai"
Acara setelah pembukaan adalah pembagian kejuaraan pada lomba mencari bakat. Diumumkan lebih awal karena para wali dihimbau dari undangan hingga jam setengah 9 saja. Sedangkan para murid, bisa hingga jam 10 bahkan lebih, untuk menikmati acara yang telah di suguhkan.
Mungkin agar murid dan anggota sekolah lebih leluasa mengekspresikan dirinya dalam pesta nanti. Agar tidak malu dengan para wali, sifat reflek yang nanti akan keluar tiba-tiba. Entahlah.
"Jeno-ya, kenapa kau tidak ikut bersama kami tadi?" Pemuda dengan setelan jas merah maroon itu menghampiri Jeno ketika baru tiba disana.
"Aku pergi bersama kedua orang tuaku Mingyu-ya, maafkan aku"
"Itu tak masalah Jen, ayo kita pergi ke kursi depan. Biarkan para orang tua berkumpul dengan yang lainnya. Pasti pembicaraan mereka seputar bisnis dan pekerjaan. Kau tahu? Itu sangat membosankan."
Jeno yang mendengar ungkapan dari sahabatnya itu hanya menggeleng sedikit tertawa. Bahkan ia juga membenarkan apa yang dikatakan sahabatnya itu. Pertemuan para orang tua memang membosankan.
"Kau kira aku tak pernah mengikuti pertemuan sejenis itu? Hey Mingyu-ya itu makanan keseharianku juga kalau kau lupa."
"I know, we have the same fate.. haha"
Mereka terkekeh bersama. Mengingat mereka punya nasib yang sama. Sama-sama anak orang kaya intinya.
Setelah mereka mencari teman-temannya berkumpul, akhirnya mereka duduk. Sambil berbincang ala ala anak jaman sekarang.
Hingga sampai pada puncak acara yang ditunggu oleh semua siswa yang berpartisipasi lomba. Mereka sangat antusias akan hal ini. Dimana yang menang, akan dipandang. Yang menang, memang pantas dikagumi. Itu adalah tradisi sekolah Harbour dari jaman nenek moyang. Sudah turun temurun.
Bagaimana tidak? Sekolah mengadakan lomba 1 minggu berturut-turut tanpa jeda hari. Dimulai dari jam efektif, seperti pembelajaran biasa yaitu jam 7, hingga jam 2 siang. Itu luar biasa bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER.
FanfictionYang diperebutkan sebenarnya yang paling berhak memilih, tetapi keadaan membuatnya bungkam ditarik-ulurkan. Ingin rasanya mengulang kehidupan tanpa tahu kebenaran, atau paling tidak Ia hanya ingin ketenangan terjadi. =Note= • Semua gambar pinterest...