Miranda's PoV
Aku menyipitkan kedua mataku, sekeras apapun kepalaku berpikir, reaksi yang Pak Park lakukan itu aneh.
Tadi waktu aku menanyakan apa aku dengannya pernah kenal sebelumnya, dia tiba-tiba tertawa lalu menjawab tidak dengan cepat.
Apa maksudnya?
"Oi, Payne. Kita akan rapat sebentar lagi, jangan bengong terus!" sahut Woo Shik.
"Ya," balasku dengan malas. Rapat tentang apa lagi kali ini? Ah, ini semua membuatku tambah pusing.
Ini bukan pertama kalinya aku menghadiri rapat di perusahaan ini. Sejak aku masuk ke perusahaan ini--tepatnya seminggu yang lalu--mereka sudah mengadakan rapat sebanyak 2 kali. Dan ini adalah yang ketiga kalinya.
Aku memasuki ruang rapat. Oh, ternyata aku yang masuk terakhir. Semuanya sudah ada di sini. Kenapa mereka semua sangat cepat dan terlihat tidak lelah?
"Miranda, silahkan duduk." Bu Seo bersuara, aku mengangguk dan duduk di sebelah Woo Shik.
"Kali ini kita akan mengevaluasi hasil kerja kita selama sebulan terakhir," jeda Pak Jin. "Dan pengumuman project terbaru kita."
Pak Jin berbicara sejumlah kata untuk memperbaiki kinerja kita semua dan bagaimana strategi kita untuk di masa yang akan datang. Lalu tiba saat pengumuman project baru yang tadi sudah dikatakan Pak Jin sebelumnya.
"Ini brand terbaru dari Chants Corp. mereka sudah mengirimi produk-produk barunya." Pak Jin memberikan tampilan gambar-gambar dari produk-produk yang disebutkan tadi.
Chants Corp. adalah perusahaan yang sangat terkenal di Korea. Dia seperti Channel tetapi ini milik Korea. Yang kutau, perusahaan kita memang sudah lama bekerja sama dengan Chants Corp. dan model atau idol di sini menjadi brand ambassador yang mewakili produknya itu.
Aku melihat ke arah layar yang menunjukan baju dan segala aksesoris dari brand tersebut. Wah, bajunya bagus-bagus.
"Kali ini, kurasa yang cocok dengan style seperti ini adalah Raymond, bukan?" ujar Pak Jin.
"Raymond? Hm, saya tidak yakin. Mungkin style itu memang cocok di Raymond, namun mustahil dia memgambil kesempatan ini. Bapak tau sendiri, dia sibuk dengan dunia acting dan belum lagi dia sudah mewakili banyak sekali brand di luar sana," ucap Woo Shik, mengutarakan pendapatnya.
"Benar juga, tapi kalau kita bisa membujuk Raymond agar bisa menjadi brand ambassador ini, perusahaan kita akan mendapat profit yang besar, bukan?" Bu Seo ikut berpendapat.
Kurasa semuanya berpendapatan kecuali aku.
Aku hanya memainkan pulpen yang ada di tanganku dan mendengar perdebatan antara Woo Shik dan Bu Seo.
"Miranda, bagaimana pendapatmu?" ujar Bu Seo kesal karena sampai ujung, Woo Shik tidak ingin mengalah.
"Eh? Saya..."
apa yang harus kujawab?
"Um, mungkin memang lebih baik jika Raymond yang--"
"Tuh, dengar! Bahkan Miranda saja berkata seperti itu, kau ini sudah lama di sini tapi masih saja seperti anak baru yang tidak tau apa-apa," sindir Bu Seo.
Woo Shik menahan napasnya sangking kesalnya dengan Bu Seo.
"Sudah, sudah," ujar Pak Jin menengahi mereka berdua. "Miranda, jika kau berpendapat seperti itu, lalu kurasa kau mempunyai solusi untuk masalah ini bukan?" lanjutnya.
Eh? Aku hanya berkata seperti itu karena jika aku berpihak ke Woo Shik maka semuanya malah akan berantakan, ternyata tebakanku salah.
"Ya, kalau begitu kau yang harus menangani project ini." Woo Shik tiba-tiba melontarkan senyuman liciknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Drama
RomanceDarahnya... mengucur di sudut kanan kepalanya. Rambutnya yang tadinya terlihat mempesona menjadi lepek karena aliran darah yang keluar dari kepalanya. Baju seragam yang ia pakai sudah berubah warna menjadi warna darahnya sendiri. Ia masih bernapas...