Day 4

1.8K 353 20
                                    

"Eh, aku tidak bisa menemui Gakushuu?" tanya (Name) memiringkan kepalanya.

Alisnya berkerut, menatap pelayan yang berdiri di depan kamar Gakushuu.

"Maafkan kami, Nona (Name). Tapi itu merupakan perintah dari Tuan Gakushuu sendiri," sahut sang pelayan menunduk singkat.

(Name) mengembungkan kedua pipinya, kemudian menunduk.

"Aku yang akan merawat Gakushuu."

"Ya?" tanya sang pelayan karena suara (Name) terlalu pelan.

"Aku bilang aku yang akan merawat Gakushuu!" ucap (Name) penuh semangat lalu menarik tangan sang pelayan, "sekarang ajari aku cara membuat sup untuk Gakushuu! Atau jus buah!"

"Nona (Name)!?"

[][][]

Gakushuu menggerutu pelan, padahal AC di kamarnya sudah berada di suhu terendah tapi dia masih merasa panas. Dia bahkan tidak memakai selimut.

'Air.'

Baru saja Gakushuu meraih lonceng yang ada di atas nakasnya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, mengagetkan sang laki-laki.

"Astaga dingin sekali!"

Gakushuu mengenal betul siapa pemilik suara itu.

"(Name)," Gakushuu menggerang pelan—mencoba bangkit dari kasurnya, "apa yang kau lakukan di sini? Bukannya aku sudah—"

"Sst," (Name) berjalan mendekati Gakushuu lalu membantu sang laki-laki untuk duduk di sandaran kasurnya, "apa kau ingin minum?"

Gakushuu hanya mengangguk pelan. (Name) dengan cekatan mengambil gelas kosong yang ada di atas nakas Gakushuu, kemudian mengisinya. Gakushuu menyadari bahwa (Name) masuk sambil membawa nampan.

"Aku juga membuatkanmu bubur," sahut (Name) memberikan segelas air tersebut pada Gakushuu.

Gakushuu menerima gelas tersebut lalu meminumnya. Setelah itu Gakushuu meletakkan gelasnya di atas nakas.

"Aku yakin pelayan sudah memberitahumu tentang ini."

"Dan aku bersikeras~" sahut (Name) tersenyum.

Gakushuu mengerutkan alisnya, dan dia semakin heran saat melihat (Name) duduk di dekatnya.

"Sekarang bagaimana kalau kusuapi—"

"Tidak, aku bisa makan sendiri," potong Gakushuu dengan cepat.

"Eeh? Kupikir kau akan memanfaatkan kesempatan disuapi," sahut (Name).

"Aku sudah sering disuapi saat kecil, kenapa aku harus disuapi sekarang?"

"Oh, siapa tahu kau merasa tidak bisa makan sendiri?" tanya (Name).

Gakushuu memandang lama (Name), lalu mengerutkan alisnya.

"(Name), aku hanya flu, bukan patah tangan."

"Oh damn, you're right."

"Sudah tidak ada lagi yang ingin kau berikan padaku, kan?" tanya Gakushuu mengambil bubur buatan (Name) yang ada di atas nakas.

"Kau terdengar seperti ingin mengusirku," komentar (Name).

"Ya, aku memang berencana untuk mengusirmu," balas Gakushuu, "aku berterima kasih atas kebaikanmu, tapi kau bisa tertular flu dariku. Jadi lebih baik kau segera keluar."

(Name) hanya menghela napas, sebelum akhirnya mengangguk.

"Baik-baik," ucap (Name), "tapi—"

"Aku akan memanggil pelayanku jika perlu sesuatu," potong Gakushuu bisa menebak apa yang akan (Name) ucapkan.

"Heeei," protes (Name) mengembungkan kedua pipinya.

Tapi (Name) kemudian tersenyum lalu mengangguk.

"Kalau begitu selamat beristirahat, Gakushuu."

Gakushuu memandang (Name) yang berjalan keluar dari kamarnya, lalu kembali fokus pada bubur yang ada di pangkuannya.

"Terima kasih, (Name)."

One Week » Asano GakushuuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang