(-Bagian 1-) Masa lalu Ella

131 15 2
                                    


"Ella! sini makan dulu mama udah masakin nasi goreng kesukaan kamu, buruan nanti kakakmu habisin loh".

"Iya bentar Ma, ini udah pake sepatu kok" jawab Ella. Seorang gadis sederhana dengan bulu mata hitam melentik indah, lengkap dengan mata bola berwarna kecoklatan yang terpampang rapi diwajah imutnya. Siapapun pasti terpesona melihatnya.

Meskipun terkesan manja, Ella adalah seorang yang pemberani, gak sabaran bahkan nekat. Walau begitu dia adalah orang yang sangat tulus dan apa adanya. Sifat apa adanya itulah yang membuat dia memiliki banyak teman.

"Cepetan dong, sebelum perut karet ini menghabiskan semuanya" teriak abang Ella tertawa.

Ella tau yang teriak tadi adalah abangnya Afdhal Dendhyka Pramukhti. Baginya Afdhal adalah lelaki terbaik yang pernah dia miliki setelah papanya, Dhani Pramukhti.

Meskipun terkadang Afdhal sering kali usil kepadanya dengan aneka celotehan konyol nyindir yang keluar dari mulutnya, tapi itu semua mampu membuat Ella tersenyum. Ella bangga bisa memilikinya.

"Apaan sih" koreksi Ella atas ucapan Afdhal tadi.

"Udah ah jangan berantem, buruan makan nanti telat loh ke sekolahnya" bujuk mamanya, Andryani.

"Iya Ma" balas Ella lagi menjawab bujuk dari ratu di istana kecilnya.

"Ella berangkat ya Ma, dahh" pamit Ella dengan melambaikan tangannya sambil berlalu.

Dengan sigap dia meraih kunci motor diatas meja, tak lupa dia memakai helm berwarna merah miliknya. Ella pun berlalu meninggalkan istananya menuju sekolah.

Entah apa yang sedang Ella pikirkan. Dia sangat bersemangat hari ini. Memang tidak aneh, semua remaja pasti akan sama sepertinya. Sangat bersemangat saat masa awal masuk sekolah, apa lagi sekolah baru dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Begitu banyak harapan manis dihati kecilnya.

Jarak rumah Ella ke sekolah barunya memang tidak begitu jauh, hanya butuh waktu beberapa menit saja untuk sampai ke sekolah.

Setibanya di sekolah dia memarkirkan motor matic putihnya, lalu bergegas menuju kelas.

"Untung aja gak telat".

"Hai La!!" sapaan hangat menyapanya.

"Naurah!!, loh sekolah disini juga ya, kirain loh pindah?" balas Ella terkejut heran lalu bertanya pada sahabatnya itu.

"Gak jadi La, gue milih disini aja" jawab Naurah dengan nada ringan.

"Wihhhh, bagus dehh gue kan jadi punya temen" sambung Ella sambil tertawa nyindir.

"Apaan sih La, ini kan juga karena loh. Loh kan yang minta ke gue jangan pindah, ini gue udah nurutin" gerutu Naurah kesal.

"Iyaa iyaa maaf yaa, loh emang sahabat terbaik gue, makasih yaa" bujuk Ella.

"Udah ahh, ke kelas yuk nanti telat" ajak Naurah menyelesaikan percakapan ringan keduanya.

Ella dan Naurah memang sudah bersahabat sejak lama. Sikap pengertian keduanya membuat persahabatan mereka terjalin begitu sempurna. Sangat jarang ada kesalahan pahaman diantara mereka yang membuat mereka bertengkar.

"Gue gak sabar nih, semoga di kelas kita banyak cogan yaa La" harap Naurah sembari tersenyum manis.

"Masuk kelas aja belom udah cogan mulu yang loh pikirin, dasar halu" koreksi Ella atas ucapan sahabatnya.

"Ehh bentar dehh kayaknya hp gue ketinggalan dimobil, gue ambil dulu ya loh duluan aja La".

"Tuh kan halu mulu sih, cepetan yaa" teriak Ella ke arah Naurah yang nampak sedang berlari kecil.

Ella melanjutkan langkahnya, dengan tatapan lurus ke depan. Tak jarang dia juga melirik ke arah lapangan basket tepat dibalik jaring pembatas tinggi berwarna hijau gelap rapi, nampaknya baru dicat.

Tak lama memandang, Ella menunduk sendu. Sepertinya Ella tengah memikirkan sesuatu. Rupanya yang dia pikirkan tak lain adalah Raihan, seseorang yang pernah mengisi hatinya.

Seseorang yang pernah begitu berarti baginya, mungkin hingga sekarang Ella masih mengharapkannya. Begitu besar kenangan Raihan dihati Ella.

Raihan adalah sosok yang sangat pengertian. Sangat tulus menghadapi sifat Ella yang gak sabaran.

Satu kenangan yang paling sulit Ella lupakan, yaitu ketika mereka bermain basket bersama. Saat itu Ella terjatuh ketika sedang berlari dan Raihan dengan sigap menolongnya, karena rasa khawatirnya tanpa sadar Raihan telah menggendong Ella ke bangku panjang samping lapangan. Ella tersenyum.

Hari itu adalah hari terbaik bagi Ella, namun sayang semua harus berakhir ketika mereka lulus dan Raihan pindah entah kemana.

Raihan menghilang bahkan sampai sekarang belum memberikan kabar apapun kepada Ella.

Ella hanya bisa terdiam dengan penuh kerinduan. Berharap ada anugerah yang dapat mempertemukan mereka.


* * * * * * * * * *

-
-
-
Bagaimana ceritanya?
Maaf kalau banyak typo bertebaran 😆
Jangan lupa meninggalkan jejak
Dengan vote & comment 🙏
-
Terima kasih telah membaca🥰
Enjoy 👇

Ella #Terima Kasih Telah Hadir🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang