'Haaha! Dasar kerbau! Kalau makananmu habis, makan rumput sana!'
'Hey, badanmu besar sekali! Kau menindihku, Babi!'
'Tidak akan ada pria yang mendekatimu. Lah, mikir! Mana ada yang mau perut buncit? HAHAHA!'
'Ish, gendut sekali! Aku jijik! Jangan temanan sama aku!'
'Kalian jangan makan dekat-dekat Kikan, ntar dicuri lagi! Diakan gendut, sekotak makanan mana cukup !? Ew!'
Ini Kikan. Sedang meringkuk di balik selimut. Setiap malam saat ia ingin tidur, ucapan-ucapan itu selalu muncul menjadi mimpi buruknya. Saat ia ingin memejamkan mata, susah sekali untuk terlelap.
Perlahan, setetes air keluar dari matanya, perlahan, kemudian deras. Tak ada yang ia pikir selain hujatan terhadap dirinya.
Bahkan, di saat seperti ini, pikiran negatif selalu berdatangan.
Bagaimana jika orang tuanya malu memiliki anak seperti dia?
Bagaimana kalau teman-teman masa kininya sebenarnya jijik kepadanya? Bagaimana jika setiap orang yang mengenalnya selalu menceritai kejelekan dirinya? Bagaimana jika petugas kasir Indomaret itu selalu menertawai dirinya? Bagaimana jika Haru jijik terhadapnya?Bagaimana jika.. Haru mencari gadis lain?
Ah, itu cukup keras menghancurkan hatinya. Ia menangis tertahan dengan gumpalan selimut yang menyumpal mulutnya.
'Itu sakit, mereka tidak mengerti.'
------------------0000-------------------
Malam hari pada jam 7, Kikan mendapat ajakan reuni dari teman-teman semasa SMA-nya. Kikan tidak menolak, ia ingin memperlihatkan tubuhnya yang sekarang pada mereka.
Kikan sudah berpakaian rapi dengan birai soft cherry-nya. Kemudian di sebelahnya ada Haru yang sudah datang setelah 10 menit, dia juga tak kalah rapi. Kikan dan Haru tampak seperti pasangan serasi.
"Hai." Haru menyapa saat Kikan telah masuk di dalam mobil, "Juga." Kikan menyunggingkan bibir manisnya. 5 menit tak ada yang membuka suara, suasana sudah tak pernah seriuh dulu.
"Kamu cantik," sang pencair suasana mengangkat suaranya.
Dan ya, itu membuat Kikan---entah kenapa---kesal. "mereka akan kagum padamu." Tambahnya lagi. "Tidak usah berbohong, ya sudah, aku tahu aku memang buruk seperti babi, tapi kumohon.. setidaknya jangan berbohong." Kikan menjawabnya sedikit serak.
Haru mengerutkan alisnya, "Aku tidak berbohong. Kau kenapa?"
"Kau.. sudah lelah denganku?"
"Kamu kenapa lagi? Aku berusaha----"
"Sudah. Diam dan fokus pada jalan di depan."
Kikan berusaha menahan genangan air di matanya. Setelah itu, suasana kembali sangat dingin dan canggung. Tidak ada lagi tawa kecil, tidak ada lagi lelucon basa-basi, dan tidak ada lagi kata-kata hangat Haru.
Kikan kembali berfikir negatif, jika benar saja Haru telah menemukan wanita cantik di luar sana, yang sebentar lagi menggantikan Kikan.
------------------0000-------------------Sekarang, mereka sudah sampai di kafe itu. Meja besar yang melengkung dengan banyak orang bertengger di sisinya. Termasuk Kikan dan Haru. Membuat sorot mata banyak tertuju pada Haru dan Kikan.
"Eh, ciee, kalian jadian?"
"Wuih, ingat tidak, dulu Kikan pernah ditolak sama kakak kelas, lho! Selamat, nih! Udah punya aja."