Nenek Yang Baik #2

87 37 28
                                    

Lanjutan kisah sebelumnya...
.
.
.

* Kediaman nenek Hanif

  Setelah Adi dan Eka mendapat kabar jika nenek Hanif sedang berada di belakang rumah, mereka langsung menuju ke area dapur belakang. Seketika itu, Eka langsung menyiapkan peralatan syuting berupa kamera beserta microphonenya.

"Ayo, Ka... Siapkan kameranya, tapi jangan terlalu agresif gitu ya saat ngambil gambarnya. Soalnya nanti takut neneknya terganggu. Sama ini.. Nanti kamera set on nunggu instruksi yaa", tutur Adi.

"Baik, Boss ku. Siapp...!! ." Jawab Eka semangat.

  Akhirnya mereka bertiga berkumpul di belakang rumah nenek tersebut. Adi pun langsung menyapa nenek dengan sopan.

"Assalamualaikum.. Nek, mohon maaf menggangu waktunya, nek. " Sapa Adi dengan sopan.

"Waalaikumsalam.. Eh.. Ada tamu. Ada perlu apa, Dek?", Tanya nenek.

"Hmm.. Mohon maaf sekali lagi, nek. Saya sama teman saya menggangu santai nenek. Ehh... Kenalkan nek, nama saya Adi. Sedangkan yang ini Wicak dan yang di sana itu namanya Eka, nek. " Kata Adi memperkenalkan yang lainnya.

"Ehhmm... Gini nek, sebelumnya saya mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya ibu dari Hanif dua bulan lalu. Saya
mengetahui berita itu karena berita itu sempat viral beberapa waktu yang lalu." Bela sungkawa Adi berkabung.

"Mohon maaf, nek. Maksud kedatangan kami ke sini untuk menanyakan beberapa pertanyaan tentang Hanif dan ibu Hanif. Apakah nenek bersedia dan tidak keberatan untuk menyampaikan sesuatu hal, nek? " mohon Adi melas kepada Nenek.

"Ya.. Makasih sebelumnya dek. Ya, In Syaa Allah nenek akan menjawab semuanya.", jawab nenek.

"Ini adeknya dari kepolisian apa gimana...? Soalnya terakhir kali nenek diminta keterangan waktu nenek jadi saksi di kantor kepolisian atas meninggalnya anak nenek." Tanya nenek penasaran.

"Ndak kok, nek. Kami bukan dari kepolisian dan lembaga resmi lainnya. Kami sebenarnya dari sekelompok pemuda yang ingin membantu menemukan... Hmm.. Mohon maaf.. Menemukan pelaku atas meninggalnya anak nenek. " Tutur Adi canggung.

"Ohh.. Ya nggak papa, Dek. Silahkan aja mulai pertanyaannya....", kata nenek.

"Ini nggak papa.. Tempatnya kotor gini.. Bau kucing.. Pindah ke ruang tamu aja yaa? Nanti nenek buatin minum juga " tawar nenek.

"Nggak papa, nek. Ndak usah repot-repot. Di sini aja biar ndak usah pindah-pindah."Jawab Adi sebenarnya.

  Sebenarnya Adi tidak ingin pindah ke ruang tamu bukan karena sukar untuk pindah tempat, namun Adi merasa atmosfir di belakang rumah tersebut lebih dramatic. Dengan dikelilingi se-Rt kucing rumahan, mereka melangsungkan prosesi syuting. Adi pun mengintruksikan kepada Eka untuk menyalakan kameranya.

  Adi pun langsung memulai percakapan dengan nenek yang belum ia ketahui namanya tersebut. Suasana terasa sangat hangat dengan sesekali diselingi suara kucing yang mengeong. Eka duduk di posisinya dengan kamera bersiap di tangannya. Sementara itu, Wicak kembali hectic dengan sekumpulan kucing rumahan yang cantik.

Kamera... Roll... Action!!

  "Ya.. Kembali lagi dalam penelusuran tim Genipati di tempat saksi berikutnya. Dimana kita sedang bersama nenek dari Hanif... Oke langsung saja, kita akan menggali fakta lebih dalam dari nenek Hanif... Check it out!!" Adi menyampaikan narasi awal rutin di Genipati Channel.

"Ya...Benar dengan nenek Hanif..? Mohon maaf sebelumnya, nek. Dapatkah saya mengetahui nama nenek..?" tanya Adi.

"Ya.. Benar saya nenek dari Hanif. Nama saya nenek Rukhtinah. Panggil saja nek Ukhti. ", jawab nenek singkat.

Hmm... Neneknya agak gimana gituu yaa... :v

"Begini, nek Ukhti. Kami dari tim Genipati yang ingin mencari informasi tentang kejadian... Mohon maaf, nek... Ehh kejadian pembunuhan atas ibunya Hanif dua bulan lalu.", izin Adi agak nggak enak.

"Yaa.. Silahkan, dek. Memang sudah kewajiban nenek untuk menyampaikan kebenaran atas kejadian meninggalnya anak saya yang bernama Ibu Nur." Tutur nenek Rukhtinah.

"Nenek Ukhti.. Memangnya sebelum kejadian, ibu Hanif dan Hanif sempat izin mau keluar rumah ndak, nek? " Tanya Adi memulai menggali fakta.

"Pada dua bulan lalu, tepatnya hari kamis siang. Anak saya sama Hanifnya izin mau pergi ke toko buku pelajaran buat membeli buku yang diminta si Hanif. Terus sampe malam malah nggak pulang, dek." Jawab Nenek Rukhtinah sedih.

"Memangnya kenapa ibu Nur perginya ndak diantar aja, nek. Sama suaminya mungkin? " Tanya Adi penasaran.

"Hmm... Ayahnya Hanif udah lama meninggal, dek. Sekitar lima tahun yang lalu. Sekarang Hanif di rumah tinggal sama saya saja." Jawab nenek lebih sedih.

"Ohh.. Mohon maaf, nek. Saya belum tau sebelumnya kalau ayahnya Hanif sudah meninggal... Memangnya nenek tau kabar kalau Ibu Nur meninggal dari siapa? " Maaf Adi dilanjutkan bertanya.

"Kan kata saksi lainnya itu pembunuhannya jam 9 malam.. Terus selang beberapa menit langsung ramai di TKP. Nah saya denger kabar itu dari tetangga sebelah rumah ini yang waktu itu menyaksikan pengangkatan jenazah." Jelas Nenek sambil menahan air mata di pelupuk matanya.

"Kata saksi yang paling dekat, yaitu cucu saya Hanif. Dia bilang kalo yang membunuh Ibunya itu sekelompok Perampok jahat gituu." Terang nenek kembali kini meneteskan air mata.

"Aduh, nek. Mohon maaf sekali nih, nek. Jadi buat nenek teringat massa lalu." terang Adi.

  Adi menghentikan sementara dialog penggalian fakta dengan nenek Rukhtinah. Kamera pun cut scene sejenak. Disaat Adi menenangkan nenek, Wicak baru sadar kalau Bagus dan Toto belum datang ke rumah Nenek. Mungkin karena terbawa suasana, jadi mereka bertiga tidak ada yang sadar akan kekurangan anggota timnya.

"Heh... Ka... Bagus sama Toto kemana aja nih..? Kok belum dateng juga..? " tanya Wicak.

"Owhh.. Astaga.. Ya.. Lupa.. Bagus sama Toto kan tadi ban motornya bocor. Terus mereka katanya mau nyusul gitu kalau nggak salah." terang Eka.

"Lah emang mereka tau rumahnya di mana..? Kan kita belum ngasih alamatnya!! " Tanya Wicak sedikit ngegas.

"Ntar.. Nih aku mau ngirim shareloc dulu ke Toto. Biar langsung ke sini aja kalau udah bener bannya." respon Eka tepat.

"Ehh.. Ka.. Bilang sama mereka suruh kembali ke basecamp aja... Ndak usah nyusul ke sini. Soalnya sepertinya kita end syuting aja sampe disini. ", Sanggah Adi ke Eka.

  Dengan menggerakkan tangannya, Adi mengisyaratkan agar prosesi pengambilan vidionya tidak dilanjutkan. Mengingat kondisi nenek Rukhtinah yang mulai tidak stabil akibat menyingkap kejadian yang dulu dialami oleh anaknya.

  Seketika itu, Adi meminta agar Eka dan Wicak kembali ke basecamp menemui yang lainnya. Sedangkan dirinya mencoba untuk menenangkan nenek Rukhtinah dan berencana pulang setelah kondisi nenek stabil kembali.

  Hari ini... Tim Genipati Channel sedikit merasa kecewa karena mendapat informasi yang sedikit dari saksi ketiga. Walaupun demikian, mereka tetap lega karena sedikit demi sedikit kasus pembunuhan seorang Ibu bernama Ibu Nur mulai menemui titik terang. Hingga mereka belum berkumpul di basecamp semua, kabar yang lain pun belum terungkap.
.
.
.

Apakah mereka akan menyerah di titik ini?
Apakah yang selanjutnya akan mereka temukan?
.
.
.

Jawabannya akan tersaji di bagian selanjutnya... :)

To be continued...

Mystery in Halte, You Are The Killer!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang