1. Saat-saat menggangur
Fyi, gue udah keterima kerja disalah satu perusahaan yang gue mau dan sejalan dengan jurusan gue. Allah itu Maha Baik yah. Saat gue benar-benar jatuh, gak percaya diri, selalu mengisolasi diri, Allah ngasih jawaban buat gue. Mengabulkan apa yang gue minta tiap kali sujud padaNya. Gue sampai ketitik ini karenaNya, dan tentunya berkat kepercayaan dan doanya Mama Bapak gue.
Kalau gue ingat, betapa kosongnya gue saat itu. Makan, tidur, bangun, membersihkan rumah dan main laptop selalu menjadi rutinitas gue. Tak ada yang berubah. Tiap bangun, gue mesti bengong dulu. Dan selalu berpikir, apa yang gue nanti lakukan. Dan begitu berulang-ulang.
Status gue saat itu, kalau bukan melamar yah gue dilamar. Dan itu sudah ter-stuck di pikiran gue. Yah dalam artian gue nyerah. Tapi dibalik semua itu, teman gue selalu menyemangati gue. "aya, yuk ada lowongan disana. Biar gue jemput loh."
Sesungguhnya gue gak benar-benar menyerah. Gue masih ikhtiar sama Sang Pemilik SegalaNya. Gue pun yakin, "Man Jadd Wa Jadda", kalimat itu masih gue pegang sejak SMA. Dan gue ngerasa, kalau kita dekat sama Allah, semuanya dipermudah OlehNya. Hidup gue lebih bahagia walau pas-pas saat itu. Ingat banget saat bapak gue belum terima gaji selama 2 bulan dan saat itu kita ngehutang ditetangga. Kami ngerasa susah tapi gak susah amat. Masih bisa makan Syukur Alhamdulillah saat itu.
Dari semua lamaran yang gue kasih masuk, gak ada yang lolos. Pernah dapat panggilan tes tapi hasilnya nihil. Disuruh nunggu sampai seminggu pun hamper 2bulan baru dapat panggilan. Namun pada akhirnya gak lolos juga. Hihihi. Mulai down saat itu.
Beberapa bulan kemudian, diadakan hiring campus disalah satu kampus. Pergilah gue sama teman gue, dengan keyakinan full. Tapi kenyataannya, patah lagi. Singkat ceritanya, 2minggu kemudian dapat panggilan langsung dari perusahaannya. Bimbang lagi. Tapi entah kenapa habis magrib, hati gue seketika dibalikkan dengan keyakinan full.
Gue bilang, "mama, aya mau kesana. Di coba gak mengapa, kan.. kalau gak lulus jangan kecewa yah.." mama gue langsung setuju. "iya gak apa-apa, daripada penasaran dicoba aja, masalah biaya kamu gak usah mikirin. Insyaallah ada rejeki mu."
Perasaan gue takut, takut mengecewakan lagi dan lagi. Namun, scenario Allah sangat indah. Gue akhirnya lulus. Entah apa yang terjadi di rumah saat gue mengabari mama bapak gue kalau gue lulus. Keesokannya mama gue buru-buru nyusulin gue kesana. Akhir penantian panjang gue membuahkan hasil. Hadiah dari tiap doa dan ikhtiar gue dan mama bapak gue. Syukur Alhamdulillah, Allah punya rencana tersendiri. Dia kepengen gue tahu kalau dengan usaha dan doa yang terus dilakukan akan membuahkan hasil. Dan gue percaya itu.
Kita cuman bisa bersabar dan jangan putus doa. Kita tak tahu kapan doa kita akan dikabulin sama Allah. Apa yang kita anggap baik belum tentu benar-benar baik dihadapan Allah.
Ohiya, selama menganggur gue nemuin hobi gue yang sempat ter-stuck. Menulis dan membaca. Ada beberapa tulisan yang gue tulis di wattpad loh guys. Heheh tapi rata-rata terstuck juga sih hihih. Dan mungkin saja dalam masa penantian kamukamu bisa menemukan jati diri loe.
YOU ARE READING
Penantian Panjang
Fiksi Umumcerita ini tentang kesabaran, keikhlasan, dan pengharapan akan penantian panjang yang tak berujung. sebuah kisah nyata dan sedikit improvisasi dari sang penulis. selamat membaca.