Pagi ini lalu lintas tidak terlalu ramai seperti hari-hari biasanya. Banyak sekali orang yang sedang joging di trotoar.
Begitupun jassie, dia joging dengan tubuh yang dibaluti oleh kaos putih, traning ungu muda, sepatu putih, handuk ungu yang di lilit di leher jenjang nya, tidak lupa rambut yang di kuncir kuda.
Jessie beeniat pergi ke suatu tempat. Sudah beberapa bulan dia tidak mengunjungi tempat itu.
Ketika sampai di tujuannya Jessie melihat gedung apartemen yang sepi, keadaannya sama saja tidak ada perubahan seperti bulan bulan kemarin. Bangunan tersebut di bangun kembali setelah insiden kebakaran yang terjadi tiga tahun yang lalu.
"Masih sama. Gaada yang berubah." Jessie tersenyum pilu mengingat kejadia itu.
Tiga tahun yang lalu saat insiden itu terjadi.
Para petugas pemadam membawa dua korban kebakaran. Korban tersebut di bungkus oleh plastik berwarna kuning.
"Dimana kalian menemukan korban ini? " tanya salah satu polisi kepada petugas.
"Kami menemukan nya di kamar no 801"
"Kamar ayah.. Ayah.. Ayah... Hiks" tubuh Jessie bergetar, perlahan Jessie menghampiri mayat itu.
Jessie membuka sleting plasti dan dilihatnya bukan muka ayahnya, melainkan muka tseorang perempuan tua yang penuh dengan darah.
"Bi.. BIBIIIII" pria bernama Shalan Diego itu berlari memeluk bibinya yang tergeletak dengan mata yang terpejam.
Para polisi hanya menonton adegan itu dan melihatnya dengan kasian.
"Adek kalau adek sudah melihat jenazahnya kami akan membawanya keruang otopsi, karna sepertinya ini bukan kebakaran karna kecelakaan, tapi ini seperti sudah di rencanakan sebelumnya. Karna mayat mayat ini terkena tusukan di bagian perutnya. Jadi kami harus membawanya ke ruang otopsi untuk di periksa lebih lanjut."
"Saya ikut boleh pak?" tanya pria itu sambil menangis.
"Ngak boleh.. Nanti saya hubungi adek lagi ya kalau udah beres" ucap polisi itu dan mengusap puncak kepala pria itu.
Para petugas mengangkat kedua jenazah itu kedalam ambulance.
"Maaf pak apa boleh saya melihat jenazah yang satu lagi?" Tanya Jessie, dia memastikan kalau jenazah itu bukan ayahnya
"Ya cepat ya de." Jassie mengangguk dan membuka sleting plastik jenazah itu. Jessie kaget ketika melihat mukanya ternyata bukan ayahnya.
Jassie bersyukur karna masih ada harapan ayahnya masih hidup. Tapi Jassie bingung kenapa ayahnya dari tadi tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali?
"Woy ngapain lu disini?" seorang pria mengagetkan lamunan Jessie.
Jessri berbalik menghadap pria itu.
'Diego sialan' batin Jessie
Jessie berjalan meninggalkan Diego dan lebih memilih masuk ke dalam apartemen. Diego berlari mengikuti Jessie karna penasaran kenapa Jessie pergi ke tempat seperti ini.
Jassie dan Diego menaiki tangga menuju lantai 8, tepatnya dilantai tersebut adalah kamar apartemen Jassie dan ayah Jessie.
Diego terdiam dan menatap pintu bernomor 803. Jessie yang melihat Diego melamun tidak peduli dan memilih melanjutkan tujuanmya.
Langkah Jessie berhenti di kamar no 801,Jessie melangkah masuk. Pintu apartemen memang tidak di kunci karena gedung tersebut masih dalam tahap membangun ulang. Diego yang sadar akan kepergian Jessie, dia menyusul gadis itu masuk ke kamar 801.Diego melihat Jessie yang berdiri di depan kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota. Diego menghampirinya dan berdiri disamping Jessie.
"Kenapa lu bawa gue ke tempat ini?" ucao Duego, seketika tatapan Diegio menjadi kosong seperti ada hal yang mengganjal dirinya.
"Lu yang ngikutin gue" Sahut Jessie.
Diego menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Tempat ini ngingetin gue kejadian tiga tahun yang lalu" Jessie diam dn menyimak kata-kata diego."Waktu itu gue masih smp, gue tinggal di apartemen ini kamar 803, disitu gue tinggal sama paman dan bibi gue." seketika Jessie mengingat pria yang ia lihat ketika insiden kebakaran itu terjadi, dan Jessie meyakini pria itu pasti Diego.
Jassie menatap Diego dengan lekat, Diego yang merasa ditatap membuat salting dan langsung berbicara.
"Udah lah daripada gue cerita masa lalu gue.. Cari makan aja yu laper" Diego melangkah keluar tanpa persetujuan dari Jessie.
Jessie hanya pasrah mengikutinya.Diego membawa Jessie ke sebuah Restoran Ayam yang menyediakan berbagai macam makanan dari ayam.
"Mesen apa lu?" tanya Diego.
Jassie membuka-buka buku menu di hadapannya dan tersenyum sebentar ketika menemukan sesuatu kemudian memasang ekspresi dingin kembali.
"Gue mengen Ayam Rica-rica""Mbak ayam rica-ricanya dua sama minuman nya... Minumannya mau apa? "tanya Diego kepada Jessie.
Jessie memutar bola matanya jengah.
"Teh manis es batunya pisah""Teh manis es batunya bisah dua mbak"
Pelayan itu pergi dan pandangan Diego terarah kepada Jessie yang sedang memainkan Phonsel nya.
"Gue penasaran. Kenapa tadi lo pergi ke gedung apartemen tadi? "
Jessie menghentikan akhivitasnya sebentar dan kembali menggeser geser layar phonselnya.
"Apa jangan-jangan lo sama kaya gue? Ada hubungan nya dengan insiden kebakaran itu?"
Jessie yang kaget menjatuhkan phonselnya ke atas meja dengan refleks dan menatap Diego dengan tatapan kosong.
"Mas, mbak ini pesanan nya ayam rica-rica dua sama teh manisnya dua. Mbak kalau teh nya kurang manis liat aja mas nya ya mbak. " lamunan jessie buyar ketika pelayang tersebut berbicara.
"iya" Jessie dan Diego mengangguk simpul.
Jessie cepat-cepat memakan makanannya dan membuang muka ke luar jendela. Diego yang merasa aneh pun memilih diam.
Mereka menghabiskan makanan dengan suasana canggung.
"Jess.. Gue minta teh lo boleh ga? " Jessie menatap Diego dengan wajah yang dibanjiri oleh keringat.
"Pedes? "
Diego mengangguk.
"Suruh siapa sama" Jessie mengambil phonsel nya dan men ngeser geser layar menu.
"Biar ga ribet.. Minta boleh ya" ucap Diego memohon.
"Hmm"
Diego langsung meminum habis teh milik Jessie. Jessie melotot karna teh miliknya itu masih banyak.
"Diego?"
Diego dan Jessie berbalik melihat siapa yang memanggil diego.
"Ngapain disini? "
Haiii apa kabar!!!!!
Seperti di part sebelumnya jangan lupa setelah kalian baca, follow akun aku ya.. Dan juga jangan lupa tinggalkan JEJAK! Vote da coment okey:)
Terimakasihh yang sudah membaca:)190320
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Fire
Teen FictionMasa lalu yang terus menghantui kedua remaja berstatus pelajar itu membuat mereka penasaran dan ingin mencari tahu kasus kebakaran itu lebih dalam. Kasus kebakaran itu melibatkan anggota keluarga mereka meninggal dunia dengan luka tusuk. Kasus yang...