If you don't mind baby, crazy I may be in love - More & more (Finding Hope)
Gilsha belum bisa tidur sama sekali sejak tadi, ia melirik jam dinding lalu mendesah pelan melihat waktu menunjukan pukul setengah tiga padahal ada ulangan Fisika pagi ini.
Banyak sekali kejadian di luar dugaannya, sejak masuk kamar Gilsha merutuki diri sendiri hanya karena Gavin kembali bicara setelah hampir satu tahun lamanya, Gilsha bisa selebay sekarang sampai tidak tidur.
Gilsha masih memikirkan balasan chat terakhirnya pada Gavin, bahkan ia berharap cowok itu tidak akan masuk nanti pagi agar tidak bertemu hanya untuk meminimalisir rasa malu, karena kesannya Gilsha senang di perlakukan seperti itu oleh ibu Gavin.
Merasa haus Gilsha beranjak bangun untuk menuju ke dapur, saat di sofa ruang tengah ia melihat ibunya baru saja pulang dari kantor.
"Kamu belum tidur Sha?" Sapa Lita ibu nya Gilsha, sambil memandang anaknya dengan hangat.
"Hmm" Balas Gilsha dan melanjutkan langkahnya ke dapur mengabaikan Lita.
Selesai menuangkan air ke dalam gelas Gilsha sedikit terkejut mendengar suara ibunya dari belakang
"Mamah kangen sama kamu Sha, biasanya Mamah pulang cuman liat Adryan" Ada sesuatu yang sedikit membuat dada Gilsha sesak."Aku gapernah nyuruh mamah buat jadi gila kerja. Lagian kantor mana yang ngebuat pegawainya pulang sampe jam segini, atau Mamah punya cowok lain di luar sana?" Jujur saja Gilsha menyesal dengan ucapannya barusan. Tiba - tiba emosi itu datang.
"Kamu kenapa nuduh Mamah kaya gini Sha. Kamu harus tau, kita gabisa ngandelin Papah kamu yang udah punya keluarga sendiri! Mamah kerja supaya kebutuhan kamu sama Adryan engga kekurangan, tolong ngertiin sedikit aja dan hargain usaha Mamah" Lita menekan setiap perkataannya, kemudian pergi dari dapur meninggalkan Gilsha yang tanpa sepengetahuannya Gilsha menangis.
Gilsha membenarkan ucapan Litameskipun bercerai, Gilsha dan Adryan tidak pernah kekurangan, ibunya pun menyanggupi untuk Gilsha kuliah keluar negeri. Tapi bukan itu harapannya, ia hanya ingin ibunya mempunyai waktu untuknya dan Andryan.
Sewaktu Gilsha kembali ke kamar, ia sempat melihat kamar ibunya yang sedikit pintunya terbuka. Walaupun dengan posisinya membelakangi tapi Gilsha tau ibunya sedang menangis, Gilsha benar - benar menyesal.
***
Pagi ini kondisi Gilsha sangat berantakan, kantung matanya sangat terlihat jelas bahkan bengkak karena menangis sampai subuh.
"Lo ribut lagi ya sama Mamah" Adryan menghampiri Gilsha ke kamar, melihat penampilan kakaknya yang sekarang Adryan jadi tidak tega.
"Gausah sekolah dulu deh ya?"
Gilsha menggeleng pelan, Adryan duduk di sebelahnya, beruntung masih jam 6 jadi mereka masih ada waktu santai.
"Yan gue bingung harus apa"
Adryan memeluk Gilsha, tidak ada yang harus Adryan katakan. Bukan cuma Gilsha, Adryan juga merasakan satu tahun terberatnya. Mungkin dengan pelukan dapat menenangkan, mereka sama - sama rapuh hanya berusaha menutupinya masing - masing.
"everything will be fine, gue bakalan selalu ada buat lo, anggap aja gue sebagai pengganti Papah" Kata Adryan sambil mengacak rambut Gilsha, cowok itu langsung beranjak lalu keluar dari kamar.
Gilsha yang sudah siap dengan seragamnya, kemudian keluar kamar dan ia menemukan Lita serta Adryan berada di satu meja makan.
"Eh Sha, sarapan dulu, Mamah sama bi Ana tadi bikin nasi goreng"
Ternyata Lita pintar menutupi ke kecewaannya.
Adryan menatap Gilsha seakan memerintahkan agar Gilsha segera duduk.Setelah beres menata makanan Lita duduk di depan mereka.
"Gimana sekolah kalian? ngomong - ngomong Mamah udah dapet keluarga asuh buat nanti kamu di Melbourne Sha, kebetulan itu teman Mamah, kalau kamu di sini aja Yan entar kuliah nya biar Mamah ada temannya nanti kalau liburan kita nengokin Gilsha" Ucap Lita dengan nada semangat.Adryan hanya tersenyum, sementara Gilsha tidak bisa mengeluarkan kata - kata. Ia berpikir ibunya sangat baik menganggap seolah tidak ada yang terjadi dini hari tadi.
Gilsha mulai memakan nasi gorengnya, bahkan ia lupa kapan terakhir kali berada di satu meja makan seperti ini karena biasa Lita udah berangkat ke kantor pagi - pagi. Walaupun sekarang masih terasa kurang tidak ada Papah nya lagi yang dulu biasa duduk di samping Mamah nya.
Setelah selesai Adryan dan Gilsha pamit, mereka berangkat masing - masing karena Gilsha membawa mobil Bambang.
***
"Lo hutang penjelasan sama gue!"
Untuk kesekian kalinya Lala mengoceh sejak mereka bertemu di sekolah, padahal baru saja tiba di kantin setelah berpusing dengan ujian Fisika.
"Gara - gara si Bambang" Sahut Gilsha seadanya.
"Ihh bukan itu maksudnya Sha, gue juga tau yang pasti nyari gara - gara ya si Bambang."
"Ya lu mau di jelasin apaan, lagian ada orang nya La. masa kita ngomongin orang depan orangnya langsung" Ucap Gilsha sepelan mungkin, karena jarak Gavin dengannya hanya terhalang satu meja. Gilsha kira Gavin tidak akan masuk sekolah, padahal dari cara jalan cowok itu menunjukan kakinya sedang tidak dalam keadaan baik.
Karena setelah memasan makanan, tidak ada lagi meja yang kosong, selain yang di dekat Gavin, jadi mau tidak mau hanya itu yang tersisa.
Disana Gavin duduk dengan beberapa teman dari OSIS, mengingat Gavin adalah mantan ketua OSIS tahun kemarin."Iyasih, yaudah lo cerita kenapa tuh mata bengep gitu?"
Bukan Lala kalau gak kepo semua hal yang terjadi pada Gilsha."Ribut sama nyokap" Balas Gilsha, ia tidak akan menceritakan pada Lala soal insomnia nya karena memikirkan balasan chat bodoh padaGavin.
"Emang ya Tante Lita tuh apes punya anak kaya lo, tiap hari ngajakin ribut"
Ucap Lala sambil terbahak."Sialan Lala"
Lala hanya mencoba mencairkan perasaan Gilsha, ia tau maksudnya arti ributnya Gilsha. Lagian ia tidak mau melankolis, soalnya lagi di kantin takut gebetannya lewat, nanti malah ilfeel."Pokonya nanti lo harus jelasin gimana cerita lo di mobil sama Gavin, terus ngapain di rumahnya, sama gimana reaksi ibunya Gavin sewaktu lo ngambil tas yang ketinggalan!" Lala sedikit berbisik, agar Gavin tidak dengar.
Gilsha terkejut mereka tau dari mana sampe tas Gilsha ketinggalan.
"Ko tau sampe situ sih La!"
"Wkwk rahasia dong Sha, emang enak banget tau gibahin lo sama dia. Anak - anak keponya akut banget, sampe tau akar - akar nya"
Gilsha bergidik ngeri, kalau kaya gini caranya dia gapunya privacy apapun dengan Gavin.
Bersambung...
See u next Chap
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In You
Fiksi Remaja"Lo ibarat sebuah game yang berada di level difficult, level tersulit buat di menangkan" - Gilsha